Aku kembali ke tempat duduk dan berusaha sebisa mungkin untuk menghindar menatapnya. Aku memalingkan wajah ke arah mana pun asalkan tidak melihat dia. Namun aku masih saja bisa melihat dia dengan jelas. Dia tampak fokus memandang ke layar iPad, yang membuatku merasa lega. Artinya tidak akan ada lagi interaksi di antara kami. Aku pun melakukan hal yang sama, sibuk dengan file yang sebelumnya ku buka. Berjuang untuk fokus, karena jujur, pikiranku masih sepenuhnya teralihkan padanya. Aku gelisah di dalam diam.
Perjalanan singkatku ke kamar kecil tidak menolong sama sekali.
"Permisi..." Aku mendengar suara itu lagi. Aku memutuskan untuk menanggapinya dengan cepat. Aku memutar kepalaku ke arahnya dan menatapnya. Mata kami saling menatap namun keadaan lebih tenang, tidak sebergumuruh yang pertama.
"Iya?" Aku menjawabnya. Dia berpikir selama beberapa detik.
"Saya butuh bantuan. Jika Anda tidak keberatan?" Dia sangat sopan, meminta izin sebelum meminta bantuan. Aku merasa agak aneh, tapi ya... Sikap sopannya harus diacungi jempol.
"Jika saya bisa bantu, boleh, kenapa tidak?"
"Nama kamu?" Dia bertanya. Aku tertegun, menatap matanya untuk memastikan bahwa dia sedang tidak bercanda. Itu adalah pertanyaan yang konyol. Namaku? Tapi dia kelihatan sangat serius.
"Nama saya?" Aku memastikan.
"Iya, nama kamu..."
"Kenapa saya harus memberitahu anda nama saya?" Aku tidak terima. Ada secuil perasaan tertipu dalam hatiku. Harusnya jika dia hendak kenalan, bisa bilang terus terang dari awal kan? Aku sedikit kesal. Dia agak terkejut menerima responku. Dia mungkin tidak menduga bahwa urusan tentang nama denganku tidak semudah yang dia duga. Mungkin.
Setelah beberapa detik hening, dia melanjutkan omong kosong lainnya dan aku sudah terlanjur kesal.
"Kamu bilang akan membantu saya..." Ada nada menuntut dalam perkataannya.
"Iya, saya akan lakukan. Tapi tidak ada hubungannya dengan nama saya." Ucapku tegas. Dia mengangguk-angguk ringan, sambil mengelus-elus dagunya. Jujur, ekspresinya lucu. Tapi aku menahan rasa geli. Aku harus berhasil terlihat serius.
"Kamu benar. Tapi bantuan yang saya inginkan adalah, saya ingin tahu nama kamu." Dia menegaskan lagi. Giliranku yang terkejut. Dia benar-benar ingin tau namaku. Untuk apa?
"Ah... Begitu. Mengetahui nama saya akan membantu anda dalam sesuatu... Apakah begitu maksudnya?" Aku pura-pura paham maksudnya dengan manggut-manggut.
"Betul. Itulah mengapa mengetahui nama kamu adalah hal yang sangat penting." Dia mengiyakan dengan segera. Baiklah, aku tahu bahwa kami harus melakukan percakapan konyol itu untuk beberapa saat.
"Bolehkah saya bertanya? Karena ini tentang nama saya, sejauh mana nama itu bisa berguna untuk menolong anda?" Aku memutuskan untuk ikut bersikap konyol. Bahkan lebih konyol dari dia. Dia menarik bibirnya ke salah satu sudut, tersenyum simpul, kemudian memainkan bibirnya, menjilat dan menggigitnya. Apakah aku kelihatan lucu?
"Well... Untuk membantu saya merasa damai selama sisa hari ini. Kamu tahu kan? Ketika seseorang kehilangan rasa damainya, tidak akan baik untuk kesehatannya. Secara fisik mau pun mental..." Dia mencoba membuat alasan yang masuk akal. Di sana ada kejujuran dan sedikit rasa putus asa. Raut wajahnya sedikit memelas, membantu menyampaikan perasaannya. Aku masih berjuang menahan geli dalam hati. Apakah aku merasa senang? Iya, sedikit.
"Ah, iya juga. Ini memang tidak baik. Jika nama saya menimbulkan efek negatif pada anda. Dan sebagai sesama manusia, saya harus berbaik hati untuk membantu kan?"
"Nah. Itu maksud saya. Wow! Saya bertemu dengan seorang wanita yang sangat baik tepat di samping saya. Saya sangat beruntung hari ini..." Aku sampai ragu, apakah dia benar-benar sedang senang atau sedang merasa apes? Aku mendesah pelan. Bisa-bisanya kami masuk dalam omong kosong itu.
"Kalau begitu, senang bisa membantu anda. Nama saya adalah Jade Moon. Saya sangat berharap anda akan memiliki rasa damai sepanjang sisa hari ini." Aku mengucapkan kalimatku dengan sopan dan selembut mungkin, memandang tepat ke matanya. Ekspresinya sangat tak ternilai harganya. Dia kelihatan sangat bahagia, senyum sumringah dan matanya berbinar-binar. Aku sampai heran, kenapa namaku bisa membantu dia menjadi terlihat bahagia.
"Oh, begitu. Terima kasih nona Jade Moon. Tapi tunggu, haruskah saya menyebutnya Jade seperti yang tertulis dalam huruf J-A-D-E atau /Jeid/ yang artinya adalah batu mulia?" Oh, dia mencoba membuat percakapan itu lebih panjang. Dengan cara yang sopan. Memang sih, citra seorang Earnest Lee terkenal sebagai pria yang sopan santun. Aku melihat bagaimana dia bisa mendapatkan julukan itu dan diakui oleh seluruh dunia.
"Yang kedua, /Jeid/, batu mulia." Jawabku pendek.
"Oh begitu..." Dia manggut-manggut.
"Terima kasih nona Jade Moon. Dan dari nama belakang kamu, apakah kamu adalah orang Korea?" Dia masih kelihatan berniat melanjutkan percakapan itu. Aku kembali kesal.
"Apakah masih ada kaitannya dengan rasa damai dan kesehatan fisik mental yang anda sebutkan sebelumnya?" Aku menatap tepat di matanya. Dia terkejut lagi, untuk kedua kalinya, tapi dia tampak menikmati percakapan itu. Dalam hitungan detik, ekspresi wajahnya kembali sumringah.
"Ya betul. Saya kira begitu. Maksud saya begini. Ketika kita makan, biasanya kita tidak hanya memiliki 1 jenis hidangan. Maksud saya, untuk membuat sebuah jamuan makan menjadi sempurna, kita perlu memiliki satu paket hidangan lengkap yang terdiri dari beberapa jenis makanan. Benar?" Dari kesal, aku sampai kegelian mendengar argumennya yang sebenarnya tidak penting. Seolah-olah dia sedang bicara dengan anak kecil.
"Masuk akal. Kalau begitu, berdasarkan alasan itu, sepertinya saya harus tetap berbaik hati, menambahkan satu hidangan lagi ke seluruh paket hidangan ini kan? Iya, saya adalah orang Korea." Akhirnya aku memberikan jawaban yang dia mau. Dia manggut-manggut.
Aku berharap bisa membuatnya berhenti dengan mempersulit dia mendapatkan jawaban dariku, dan tampaknya berhasil. Dia terdiam selama beberapa detik. Tapi kemudian dia melanjutkan.
"Terima kasih Nona Jade Moon, atas kebaikan Anda. Tapi, apakah Anda tidak ingin tahu nama saya juga? Maksud saya, orang biasanya suka berbagi. Anda membagikan nama Anda dan saya akan membagikan nama saya pada anda? Bagaimana menurut Anda?" Dia masih berusaha memperpanjang percakapan itu. Bukankah itu bodoh? Aku menggerutu dalam hati.
“Iya. Biasanya begitu. Tapi untuk saat ini, saya memilih untuk berbagi tanpa menerima imbalan apa pun. Hidup tidak selalu tentang memberi dan menerima, bukan? Terkadang, kita perlu berbagi apa yang orang lain butuhkan dari kita tanpa mengambil sesuatu sebagai balasan. Saya pikir kita cukup bijaksana untuk memahami hal ini. Bukan begitu?" Aku benar-benar ingin menghentikan percakapan itu. Dia terkejut. Dia menggigit bibir bawahnya. Mungkin berpikir hendak berkata apa. Bagus! Dia kehilangan kata-kata untuk sesaat.
"Wah, saya sangat beruntung. Saya duduk di samping seorang wanita yang baik hati dan bijaksana. Saya tidak inginkan apa pun lagi. Saya benar-benar beruntung. Terima kasih nona Jade Moon, atas kebijaksanaan anda. Saya belajar sesuatu hari ini..." Akhirnya, dia mengucapkan pidato penutupan. Baguslah. Aku berpaling, tidak ingin melihat ekspresi wajahnya yang berusaha dibuat kelihatan bahagia padahal tidak. Lebih tepatnya, dia kelihatan kesal. Namun aku memilih cuek saja.
"Dengan senang hati." Aku menjawab dengan singkat dan kembali ke posisi awal, duduk tegak dan melihat ke depan. Aku berharap dia tidak akan melanjutkan percakapan bodoh itu lagi. Tidak ada gunanya. Aku tidak pernah ingin membagi perhatianku pada aspek yang tidak penting dalam hidup. Duniaku hanya tentang dua hal; ketika aku pulang ke apartemenku yang mungil untuk beristirahat dan ketika aku sedang bekerja. Sisanya hanyalah pelengkap dan aku tidak ingin menguras energi untuk hal-hal yang tidak penting.
Itu adalah akhir dari percakapan kami. Aku merasa sedikit bersalah karena menyia-nyiakan kesempatan berharga itu untuk dekat dengan lelaki idamanku. Namun di sisi lain, aku merasa bangga pada diriku sendiri karena bisa tetap dengan anggun menyikapi interaksi konyol itu dan tidak terkecoh untuk tergoda sampai akhir.
Untuk itu, aku mencoba untuk bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
CantStopWontstop
Enggak sabar nunggu kelanjutannya thor!
2023-07-13
1
Mehayo official
Yowes, gak usah ragu untuk baca cerita ini guys, janji deh mantap. 😍
2023-07-13
1
douwataxx
Semangat terus untuk menulis, thor! ☕💪
2023-07-13
0