Namun tidak bisa. Tidak peduli sekeras apa aku berusaha untuk diam dalam damai, keadaan di sekelilingku terlalu heboh dan mau nggak mau aku ikut dalam suasana itu.
Aku menjadi pengamat. Melihat bagaimana para pramugari memberinya perhatian yang lebih khusus. Mereka bolak balik datang ke arahnya dan bertanya jika dia membutuhkan sesuatu. Beberapa dari mereka bahkan berani meminta tanda tangan dan berfoto bersama. Satu atau dua orang dari mereka bersikap berlebihan, mengarah kepada genit. Aku berulang kali bilang dalam hati, masuk akal, wajar saja. Pria itu adalah Earnest Lee. Pria tampan sejagat raya dan kaya raya. Apalagi dia terkenal memiliki image yang positif. Siapa yang tidak ingin mendekatinya?
Dengan tubuh menjulang tinggi, sekitar 185cm, kulit putih, perawakan tubuh yang proporsional dan kuat dengan bisep di mana-mana, lengannya, lehernya... --apakah aku sedang ngiler?-- dengan gaya rambut undercut yang membuat wajah tampannya tambah keren tidak karuan. Dia mengenakan body-fit jeans warna hitam dipadukan dengan kaos hitam dan jaket bomber warna cokelat, serta memakai sepatu boots. Aku tau, itu semua dari Earnest Fashion. Style baju yang kelihatan simpel namun meneriakkan aura swag dan sangat laki.
Setelah duduk di pesawat, dia melepas topi dan masker yang menutupi wajahnya. Namun meskipun dia berusaha menutupi dirinya dengan samaran, tetap saja dia bisa dikenali dengan mudah. Bahkan, bagi sebagian penggemar, dengan melihat siluetnya saja, mungkin masih bisa menginformasikan dengan baik bahwa dia adalah Earnest Lee.
Dia benar-benar seorang pria yang sempurna! Pantas menjadi idaman semua wanita di dunia. Jadi, ya gitu. Aku maklum ketika mereka berusaha mencari perhatiannya dengan cara apa pun. Aku pun berterima kasih pada nyaliku untuk mengabaikannya sejak awal. Setidaknya ada satu orang di sekitar tempat itu yang membuatnya merasa tidak terganggu.
Aku menenggelamkan diri dalam duniaku, dengan bekerja, sibuk memandangi layar iPad. Aku membuka kembali file presentasi yang sudah ku siapkan dari jauh hari dan membaca lagi berulang-ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan. Presentasi itu sangat penting. Meskipun Earnest dan Gaia adalah teman baik... Tunggu, justru itu menjadi alasan paling kuat bahwa aku harus melakukan tugas itu dengan yang baik. Aku tidak ingin mempermalukan gaian dan menempatkan dia di posisi yang sulit. Sahabatnya harus tahu bahwa kami berada di liga yang sama, dalam hal kualitas, untuk dapat bekerja sama dengan mereka.
"Permisi..." Aku mendengar suara berbisik ke arahku. Jantungku berdegup kencang. Apakah dia berbicara padaku? Aku bertanya-tanya. Tapi aku mencoba mengabaikannya. Mungkin dia meminta bantuan dari pramugari. Mungkin aku salah mendengar.
Tapi lagi …
"Permisi ..." Suara yang sama, berbisik ke arahku dan bahkan lebih dekat terasa di telingaku. Aku tidak punya pilihan, aku berbalik dan mata kami bertemu. Aku diam terpana. Mungkin bisa disebut membatu. Mata kami saling memandang selama beberapa detik. Sudahkah ku bilang bahwa dia sangat tampan? Harus ku ulangi lagi, dia sangat tampan! Sorot matanya yang tajam menusuk tepat di jantungku. Selain itu, kedua bola mata itu berbicara sesuatu yang aku tidak tahu apa, tetapi dia mampu menyihirku. Aku kelu beberapa saat.
“Eh… Iya?” Aku berkata terbata, mencoba memecahkan diam kami. Dia tergagap kemudian diam, kelihatan berpikir. Mungkin dia kehilangan kata-kata. Masih melihat dia dalam keadaan diam, aku mencoba menebak apa yang sedang terjadi. Tetapi dia hanya mematung. Kemudian ku putuskan untuk kembali duduk ke posisi semula, duduk tegak dan melihat layar iPad. Aku menenangkan diri, dia pasti akan memanggil kembali jika itu adalah sesuatu yang penting kan? Aku membela diri jika kau berpikir bahwa tindakan cuek itu sedikit mengarah pada sikap tidak santun. Sambil berusaha menormalkan detak jantungku.
Lalu aku bangkit dari tempat duduk menuju kamar kecil. Aku membutuhkan ruang untuk menenangkan diri dan menarik nafas panjang membebaskan jantungku yang sudah bekerja lebih keras selama kurang lebih satu jam sejak duduk di sebelahnya. Jade, sadar dong. Konsisten lah, bersikap saja seolah-olah kamu tidak mengenalnya. Tolong Jade! Aku memarahi diriku sendiri selama berada di dalam kamar kecil sambil menatap wajahku di cermin. Masih tersisa semburat merah di pipiku. Kemudian berusaha ku dinginkan, ku basuh wajahku dengan air.
Harus ku akui, aku cantik. Jika diukur berdasarkan perspektif orang pada umumnya tentang kecantikan. Aku sangatlah cantik. Jika aku diminta untuk membandingkan diri dengan dia, secara fisik, dia tidak berada di level yang sama denganku. Aku sudah terkenal sejak SMP karena kecantikanku. Namun karena sikapku yang dingin, aku disebut sebagai tuan putri es.
Aku hidup sendirian. Tidak punya keluarga dan teman. Karena itu, aku sibuk memperjuangkan nasib. Aku memang dikaruniai penampilan fisik yang sempurna. Tapi itu sama sekali tidak menolong untuk bisa hidup enak. Sehingga kecantikan itu tidak ku anggap sebagai sebuah keberuntungan. Malah seringkali, justru menjadi sumber celaka.
Siapa pun tau, termasuk aku, untuk membebaskan diri dari kelaparan, aku harus sukses. Dan untuk menjadi sukses, harus mampu bersaing secara akademis. Itu sebabnya aku sibuk belajar dan mengejar prestasi selama duduk di bangku sekolah sampai kuliah. Sampai aku bisa mencapai posisi yang sedang ku geluti saat ini. Aku tidak pernah ingin meraih kesuksesan menggunakan penampilan fisik yang ku miliki. Entah kenapa, sikap yang seperti itu bagi ku menjijikkan. Meskipun aku sering diperhadapakan pada banyak kesempatan untuk melakukannya, aku menghindar. Berusaha mengabaikan pria atau siapa pun yang menginginkan hubungan romantis denganku. Itulah alasannya sehingga aku mendapatkan nama 'Icy Cold Princess'.
Ketika kuliah, orang-orang bahkan beranggapan bahwa aku tidak tertarik pada laki-laki. Tapi aku tidak peduli. Saking sibuknya untuk bisa hidup wajar. Mengapa harus peduli dengan apa yang orang lain katakan? Mereka tidak membayar tagihan bulananku atau pun memberi makan. Iya kan?
Ku lihat wajahku di cermin dan menyeka wajahku dengan tisu.
Rambutku yang hitam legam jatuh dengan indah mencapai pinggangku. Aspek lain pada tubuhku yang meneriakkan keindahan dalam bentuk yang langka. Aku sudah jarang melihat orang memiliki rambut sepanjang itu. Aku tidak ingin menyombongkan diri lagi, tetapi aku tahu bahwa aku cantik. Kadang-kadang, aku mengerti mengapa orang melihat ke arahku atau mengapa mereka kehilangan kata-kata ketika mencoba bicara padaku atau mengapa mereka tergagap ketika hendak mengucapkan kata-kata. Sebuah senyuman tersungging di bibirku. Aku menikmatinya, jujur saja, tapi tidak selalu. Karena itu berarti kecantikanku masih bekerja laksana sihir.
Belum lagi, bentuk tubuh yang sempurna. Aku memiliki pinggang berbentuk jam pasir. Ukuran dadaku melebihi ukuran normal dan bentuknya sempurna. Kakiku jenjang dengan bentuk yang sempurna. Sudah kubilang, sekali lagi, Earnest Lee tidak setara denganku, dalam penampilan fisik. Tapi jangan menyebutkan aspek kehidupan lainnya, aku tidak punya apa-apa. Aku bisa bilang, Earnest memiliki semua yang tidak ku miliki.
Tapi kemudian aku bertanya-tanya, kenapa aku harus memikirkan semua itu seolah-olah seseorang sedang tertarik padaku? Aku menyeringai pada diriku sendiri di depan cermin dan geleng-geleng kepala. Sadar Jade. Dia cuman bilang permisi loh. Tidak ada hal yang lain-lain. Jangan halu terlalu jauh sayang. Aku menghela nafas dalam-dalam. Oke lah.
Setelah memastikan bahwa aku sudah sadar sepenuhnya, aku keluar dari kamar kecil kembali ke tempat duduk.
Catatan Penulis:
Percayalah. Jade bukan seorang yang narsis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Bing Ruyue
sepertinya menarik. cus masuk library
2023-09-09
0
Handayani Sri
Menyentuh hati.
2023-07-13
1
Starling04
Karakternya sangat menarik, jangan berhenti menulis thor!
2023-07-13
1