Mendatangi Panti.

"Ternyata masih ada satu kebohongan yang tidak aku ketahui, kalian membohongi ibu panti dengan mengatakan jika Naina sedang kuliah di luar negeri," tanya Aaric pada ibunya.

Winda yang sengaja dipanggil oleh putranya untuk datang ke kamarnya nampak merasa iba melihat Naina yang tengah menangis tersedu sembari duduk di atas tempat tidur, dia menghampirinya lalu mengusap pundak Naina dengan lembut.

"Maafkan aku ibu. Aku hanya tidak tahan harus terus berbohong pada Ibu Panti." Naina semakin terisak.

Winda mengangguk pelan, lalu memeluk Naina erat.

"Besok kita pergi ke Panti dan katakan yang sebenarnya pada Ibu Panti." ucap Aaric melihat Naina dan ibunya bergantian.

Winda tampak kaget, begitu juga dengan Naina.

"Tapi Nak, Naina tidak ingin ibunya tahu keadaan yang sebenarnya," ucap Winda.

Aaric mendesah, dia kembali menatap Naina yang menunduk.

"Lalu sampai kapan kamu akan terus berbohong?" tanya Aaric pelan.

Naina semakin menundukkan kepalanya.

"Kamu tidak bisa terus membohonginya, karena justru kamu sendiri yang akan merasa tersiksa." ucap Aaric lagi.

"Dan ada satu hal yang tidak aku mengerti disini, setahuku ibu mengeluarkan uang yang cukup banyak agar Naina mau mengandung anakku, dipakai apa uang itu dan kenapa sampai ibunya tidak mengetahui kesepakatan diantara kalian hingga kalian harus membohonginya?" tanya Aaric terlihat sangat penasaran.

Winda berdiri mendekati putranya.

"Naina mengorbankan dirinya demi nasib puluhan anak panti." Winda menatap wajah putranya.

"Maksud Ibu?"

Winda melihat Naina yang masih nampak tertunduk sedih, dia lalu kembali melihat wajah Aaric yang berdiri tepat di hadapannya.

"Kita bicara di kamar ibu." Winda menarik lengan putranya untuk pergi meninggalkan kamar itu.

Sesampainya di kamar, Winda kemudian menceritakan awal mula terjadinya kesepakatan antara dirinya dan Naina, dimana Naina mau menyewakan rahimnya dengan syarat ibunya harus membereskan masalah kepemilikan tanah Panti Asuhan dan juga mau membiayai pengeluaran Panti setiap bulannya.

Aaric tertegun mendengar penjelasan sang ibu.

"Aku tidak menyangka jika ibu tega memanfaatkan situasi Naina yang sedang kesulitan saat itu."

"Ibu tahu jika ibu salah. Tapi jujur saja, setelah kamu menyuruh ibu untuk mencari wanita yang mau melakukan inseminasi itu, ibu sudah mencari kemanapun, dan tidak ada yang cocok, tapi setelah ibu melihat Naina, ibu langsung jatuh hati padanya dan langsung yakin jika dia adalah wanita yang kita cari, dia sangat cocok untuk menjadi ibu dari anakmu, terlebih ibu juga mengetahui sifatnya yang sangat baik, ibu sudah lama mengenal Naina karena ibu menjadi donatur tetap di panti tempat dia dibesarkan."

"Kebetulan dia sedang kebingungan saat itu karena Panti yang terancam akan digusur, karena itu ibu manfaatkan situasinya agar dia mau mengandung anakmu dengan cara inseminasi."

Aaric nampak terdiam.

"Ibu tahu kalau aku sempat berpikir buruk padanya, aku pikir jika Naina mau melakukannya semata-mata karena uang."

"Tidak Nak. Naina tidak seperti itu, dia wanita yang baik, dia terpaksa mau melakukannya demi nasib adik-adiknya di panti."

Aaric mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lalu ibu membawanya kesini dengan cara mengatakan pada ibu Panti jika ibu akan memberikannya beasiswa untuk kuliah di luar negeri?"

Winda mengangguk.

"Hanya itu satu-satunya cara agar ibu panti mengizinkannya pergi karena kalau seandainya ibu Farida tahu jika Naina akan menyewakan rahimnya pada kita sudah pasti dia tidak akan setuju."

Aaric menatap wajah Winda.

"Kita harus mengakhiri kebohongan ini, kita katakan yang sebenarnya." Aaric berjalan mendekati pintu kamar lalu pergi meninggalkan ibunya.

***

"Jangan ada kebohongan lagi, besok kita akan datang ke Panti dan mengatakan semuanya pada ibumu."

Naina nampak terkejut.

"Ibu akan sangat marah dan kecewa padaku." ucap Naina pelan.

Aaric mendesah, dia yang juga duduk di atas tempat tidur namun agak jauh dari Naina tampak terus mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tapi kebohongan ini memang harus di akhiri, tapi sebelumnya aku ada satu permintaan." Naina melihat Aaric dengan ragu.

"Apa? Katakan saja." Aaric melihat Naina.

***

Keesokan harinya.

Mobil yang mereka kendarai telah sampai di halaman Panti yang luas, mata Naina tampak berbinar melihat anak-anak Panti yang tengah bermain di halaman dengan riangnya, membuat Aaric yakin jika selama ini Naina sangat merindukan mereka.

"Kita turun sekarang?" tanya Aaric.

Naina melirik Aaric di sampingnya lalu mengangguk pelan, dari wajahnya dia nampak sangat tegang.

"Hilangkan wajah tegangmu itu, atau ibu panti akan curiga," ucap Aaric sambil menahan senyum.

Naina langsung mengubah mimik wajahnya.

"Aku siap." ucap Naina pelan.

"Baiklah." Aaric membuka pintu mobil, diikuti oleh Naina.

Mereka berdua lalu berjalan berdampingan memasuki Panti, namun baru dua langkah saja, beberapa anak panti yang melihat langsung berteriak memanggil Naina lalu menghambur berlari menuju ke arahnya, berebut untuk memeluk dan menciumnya.

Aaric tentu saja kaget dibuatnya, belum lagi dia sedikit terdorong oleh anak-anak yang berebut memeluk istrinya.

Naina menangis terharu sambil memeluk dan membelai mereka semua satu-persatu.

"Kenapa kak Naina sudah pulang?"

"Kakak, kami merindukan kakak."

"Kakak jangan pergi lagi."

Naina tidak menjawab, dia hanya terus mengangguk sambil menangis bahagia.

Aaric terpana, baru kali ini dia melihat bentuk kasih sayang sebenarnya, kasih sayang yang begitu tulus dan murni antara Naina dan anak-anak panti. Membuat Aaric semakin menaruh simpati pada istrinya.

"Naina." Semua orang terdiam ketika suara ibu Farida terdengar memanggil Naina.

Naina yang sedari tadi berjongkok langsung berdiri lalu mendekati ibu Farida dan memeluknya.

"Nak. Kenapa kamu ada disini?" tanya Farida heran.

"Aku merindukan Ibu." Naina menangis terisak.

Farida melepaskan pelukannya, menatap wajah Naina dengan heran.

"Apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja kan?"

Naina mengangguk sambil mencoba menghapus air matanya.

Farida lalu melihat Aaric.

"Nak. Siapa dia?"

Naina melepaskan pelukannya.

"Ibu. Dia suamiku."

Farida tertegun.

***

Naina dan Aaric duduk bersebelahan di atas sofa, sedangkan di depan mereka ada Farida yang melihat keduanya dengan tatapan penuh intimidasi.

"Apa kamu mencintai Naina?" Tanya Farida pelan.

"Aku sangat mencintai Naina, karena itu aku menikahinya," jawab Aaric dengan yakin.

"Naina, apa kamu mencintainya?" tanya Farida melihat Naina.

Naina melirik Aaric.

"Tentu saja ibu, aku juga sangat mencintainya."

"Kalian tidak sengaja bertemu atau ibu Winda yang mempertemukan kalian?"

"Kami bertemu karena ibuku, beliau mengenalkan Naina padaku, dan saat itulah aku merasa kalau aku tertarik pada Naina dan ingin menikahinya."

Farida terdiam sejenak.

"Jadi kalian menikah tiga hari yang lalu?"

"Iya ibu, kami terpaksa menikah demi menghindari sesuatu yang tidak dibolehkan oleh agama," jawab Naina pelan.

"Jadi bagaimana dengan kuliahmu?"

"Naina akan melanjutkan kuliah disini Bu. Karena sebenarnya kuliah di dalam dan diluar negeri sama saja," jawab Aaric dengan cepat.

Farida tampak mengangguk mengerti.

"Maafkan kami ibu, kami menikah tanpa memberitahu ibu terlebih dahulu,"

"Naina, apa kamu merasa bahagia?"

"Tentu saja ibu, suamiku pria yang baik, dia sangat mencintaiku dan memperlakukanku dengan sangat baik, tentu saja aku bahagia."

Farida tersenyum.

"Tidak apa-apa kamu tidak memberi tahu ibu, asal kamu bahagia."

Naina menghampiri Farida lalu memeluknya.

"Terima kasih Bu."

Farida mengangguk.

"Malam ini menginaplah disini, ibu masih merindukanmu, anak-anak juga."

Naina melihat Aaric.

"Iya Bu. Malam ini kita akan menginap disini," jawab Aaric.

***

Naina dan Aaric nampak tertegun melihat tempat tidur kecil di hadapan mereka, Aaric lalu melihat sekeliling, tidak ada sofa atau kasur lantai selain hanya tempat tidur itu dan lemari plastik di dalam kamar yang kecil itu.

Naina tampak salah tingkah, sesekali melirik Aaric yang berdiri di sampingnya.

"Kamu tidurlah di atas sana, aku akan tidur di lantai," ucap Naina terbata-bata.

"Tidak akan ada yang tidur di lantai, kita berdua akan tidur di kasur ini," ucap Aaric melihat Naina.

"Apa?"

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Biar bisa menghilangkan kecanggungan Naina ya Ric..tidur dempet²an 😁😁

2023-04-11

0

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

kebetulan yg menyenangkan.Bisa mepet² ayang.Ish...bikin pikiran melayang layang 🥰🥰

2023-02-01

0

Sulisayaheaisyah Sulis

Sulisayaheaisyah Sulis

akhirnya tidur bersama seranjang,,,🤭

2022-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!