Menyuapi Makan.

"Nak. Jaga istrimu baik-baik, tinggalkanlah dulu pekerjaanmu dan temani Naina." Nenek melihat Aaric.

Aaric menganggukan kepalanya sambil melihat Naina yang sudah tidak menangis.

"Iya Nek, aku tidak akan kembali lagi ke kantor."

"Bagus kalau begitu," jawab Nenek terdengar lega, lalu melihat Naina yang duduk di depannya..

"Nak, sudah jangan menangis lagi. Nenek yakin kalau secepatnya kamu akan mengandung kembali, karena itu sekarang kamu harus banyak beristirahat dan jangan banyak pikiran." Nenek mengelus pundak Naina.

Naina mengangguk.

"Nenek pergi dulu, nanti nenek akan kembali untuk melihatmu."

"Iya Nek," jawab Naina.

Winda mendorong kursi roda nenek keluar kamar, meninggalkan Naina dan Aaric yang kini hanya tinggal berdua di dalam kamar.

Aaric yang sedari tadi berdiri melihat Naina yang duduk ditepi tempat duduk tampak masih sesenggukan.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Aaric pelan.

Naina langsung mengangguk.

Aaric mendekati tempat tidur sambil membuka jasnya dan melemparkannya ke atas kasur, lalu duduk diatasnya, mengambil jarak agak berjauhan dengan Naina.

"Aku mengerti perasaanmu, kamu pasti sangat merasa bersalah karena harus terus membohongi Nenek," ucap Aaric sambil membuka dasinya.

Naina terdiam.

"Tapi ini terakhir kalinya kita membohonginya. Sekarang sudah tidak ada lagi kebohongan." Aaric mengusap wajahnya pelan.

"Tapi Nenek pasti sebenarnya merasa sedih karena sandiwara keguguran ini, padahal beliau sudah sangat ingin menimang seorang cicit." Naina terdengar menahan tangisnya.

"Tapi dengan begitu, kita jadi tak harus terburu-buru." jawab Aaric sambil berdiri dan membuka kancing bajunya satu persatu.

Naina yang melihat tampak kaget hingga meremas kedua tangannya. Dengan cepat dia menundukkan kepalanya agar tak melihat Aaric melepas baju di depannya.

Aaric yang sengaja menahan senyum melihat ketakutan Naina, ternyata sikapnya masih bertolak belakang dengan ucapannya pada Nenek tadi yang mengatakan akan segera hamil. Aaric tersenyum kecil berpikir bagaimana Naina bisa cepat hamil sementara baru melihat dirinya membuka baju saja sudah membuatnya ketakutan seperti itu, apalagi jika dia menyentuh atau bahkan mengajaknya melakukan hubungan lebih intim.

Naina berdiri dengan gugup melihat Aaric telah bertelanjang dada di depannya, dia lalu berjalan mendekati pintu keluar.

"Kamu mau kemana?" tanya Aaric.

"Aku.."

"Jangan pergi keluar, semua orang di rumah ini kecuali Ibu tahu kamu sedang sakit, jika kamu keluar dan bertemu dengan nenek maka dia akan memarahimu," ucap Aaric menahan Naina untuk meninggalkan kamar mereka.

Naina terlihat mengurungnya niatnya karena apa yang dikatakan oleh Aaric memang benar, jika dia keluar maka Nenek dan juga para pegawai dirumah ini akan mencurigainya.

Naina terlihat bingung, dia tak nyaman dengan situasi ini, dimana dia melihat Aaric yang kini tengah duduk sambil memainkan ponselnya dengan masih belum memakai baju, Naina lalu berjalan menuju walk-in closet ( tempat penyimpanan pakaian termasuk tas, sepatu dan lain-lain yang memungkinkan pengguna masuk ke dalamnya) berinisiatif untuk mengambilkannya baju tapi dia malah dibuat bingung ketika membuka lemari, harus memilih diantara banyaknya tumpukan baju disana.

"Kamu mencari bajuku?" tanya Aaric yang ternyata sudah berdiri di belakangnya, membuat Naina kaget.

"Iya.." jawab Naina pelan.

Aaric berjalan semakin mendekati istrinya.

"Aku lebih suka memakai kaos polos kalau di rumah."

Naina dengan cepat mencari kaos yang dimaksud, matanya nampak sibuk mencari diantara tumpukan baju di lemari besar itu.

Aaric tersenyum.

"Kamu menemukannya?" tanya Aaric lagi.

Naina tak menjawab, dia masih nampak sibuk mencari, hingga tiba-tiba Naina tersentak kaget ketika menyadari jika Aaric telah berdiri tepat di belakangnya, sangat dekat hingga dia bisa merasakan jika dada laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu sedikit menempel di punggungnya.

"Kaos itu tepat ada di depanmu." Bisik Aaric di telinga istrinya dengan satu tangannya mengambil sebuah baju yang letaknya tepat di depan Naina.

Aaric sudah memegang baju di tangannya, namun dia tak segera beranjak dari tempatnya, masih berdiri tepat di belakang Naina, menikmati reaksi tubuh istrinya yang semakin gemetar.

"Aku belum menyentuhmu dan kamu sudah gemetar seperti ini, bagaimana bisa kamu mengatakan pada nenek akan segera mengandung anakku." bisik Aaric.

Naina berusaha mengendalikan diri, menghilangkan rasa ketakutannya.

"Aku permisi." Naina melangkah mundur sambil menutup lemari, membuat Aaric sedikit terdorong mundur juga olehnya.

Naina segera pergi meninggalkan ruangan itu, meninggalkan Aaric yang tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

***

Seharian ini Naina berada di dalam kamar dan dia merasa lega karena Aaric tidak ada disana, suaminya itu lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja hingga malam hari.

"Apa yang kamu lakukan?" Aaric yang baru masuk kamar nampak kaget melihat Naina sedang sibuk menyusun baju miliknya di lemari.

Bukan hanya itu, Aaric juga terkesima melihat walk-in closet miliknya kini lebih tertata dengan rapi, sepatu yang tadinya sedikit berantakan tampak berbaris rapi di tempatnya, begitu juga dengan dasi juga kaos kakinya yang banyak nampak disusun berdasarkan warna. Naina juga sudah menyusun ulang penempatan baju, kemeja dan jas yang nampak digantung lebih rapi dari sebelumnya.

"Kamu merapikannya?" tanya Aaric lagi.

Naina hanya mengangguk kecil, dia lalu menyimpan tumpukan baju terakhir ke dalam lemari.

"Iya, agar mudah mencarinya," jawab Naina pelan.

"Kamu tidak harus mengerjakannya sendiri, ada pegawai yang bisa kamu suruh."

"Tidak apa-apa, aku melakukannya karena bosan diam terus seharian ini, di panti aku terbiasa bekerja." Naina menutup pintu lemari.

Aaric baru teringat sesuatu, dia nampak melihat sekeliling tempat itu.

"Bajumu kamu simpan dimana?"

Naina menunjuk lemari kecil paling pojok.

Aaric segera menghampiri dan langsung membukanya.

"Hanya segini?" tanya Aaric kaget melihat Naina. Dia kaget karena rupanya Naina hanya mempunyai sedikit baju, bahkan lemari kecil itu tampak masih kosong saking sedikitnya baju yang disimpan disana.

Naina mengangguk sambil menutup lemari itu.

"Bajuku tidak kubawa semua, aku tinggal sebagian di panti."

Aaric terdiam mendengar jawabannya.

Mereka lalu dikejutkan oleh suara ketukan pintu, keduanya langsung berjalan tergesa-gesa keluar dari sana, seolah tahu jika yang datang mungkin saja Nenek, maka Naina langsung menaiki tempat tidur, segera duduk sambil menutupi kedua kakinya dengan selimut.

Sedangkan Aaric mendekati pintu dan membukanya.

"Bagaimana keadaan istrimu." Nenek masuk dengan di dorong oleh Winda, di belakang mereka ada seorang pegawai yang membawa nampan berisi makanan.

"Sudah lebih baik Nek."

"Kami membawakan makan malam untuk istrimu."

Nenek menyuruh pegawai untuk memberikannya pada Aaric.

"Suapi istrimu makan dan pastikan dia menghabiskan semua makanannya."

Aaric menerimanya dengan bengong, begitu juga Naina yang tidak mau jika harus makan disuapi oleh suaminya itu.

"Aku bisa makan sendiri Nek."

"Kamu diam saja, biar suamimu saja yang menyuapimu makan," jawab Nenek sambil menyuruh Aaric untuk duduk di samping Naina.

Aaric lalu duduk di sebelah Naina, menyimpan nampan di pangkuannya, keduanya nampak berpandangan sejenak, suasana menjadi lebih canggung saat Aaric mulai menyuapi Naina.

Nenek dan Winda yang melihat tersenyum melihat keduanya yang malu-malu.

Terpopuler

Comments

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

nenek sama Bu Winda emang top, pemersatu buat pasangan halal ini.Semoga cepet Deket,biar bisa melaksanakan kewajiban sebagai suami istri

2023-01-31

1

Yanti dian Nurhasyanti

Yanti dian Nurhasyanti

nenek beneran bikin baper deh🤭😁😁

2023-01-29

0

Yani

Yani

Semoga benih" cinta cepat tumbuh di hati dua"nya 😘

2022-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!