Setelah makan Aaric langsung keluar kamar dan turun ke bawah untuk menemui nenek, namun ketika dia menuruni tangga aaric terkejut melihat neneknya sedang bersantai dengan ibunya dan tentu saja ada Naina disana.
"Nenek sudah bisa keluar kamar?" tanya Aaric sambil mendekati nenek dan mencium keningnya.
Nenek dan ibunya tersenyum.
"Apa nenek sudah benar-benar sehat?" tanya Aaric lagi.
"Seperti yang kamu lihat, Nenek sudah sangat sehat." Nenek menjawab dengan senang.
Aaric tersenyum.
"Syukurlah Nek, aku senang melihatnya, nenek sekarang sudah sehat seperti sediakala."
"Semuanya berkat istrimu, dia membantu perawat mengurus Nenek dengan baik, terima kasih nak, kamu sudah membawa Naina ke dalam keluarga kita, kamu tidak salah memilih istri, Naina gadis yang sangat baik." jawab nenek sambil terus memuji Naina.
Aaric hanya bisa tersenyum getir, sementara Naina seperti biasanya terdiam dengan semakin menundukkan kepalanya.
"Oh iya nak, kapan kamu akan melangsungkan resepsi pernikahan kalian? nenek pikir sebaiknya secepatnya saja, tidak baik jika pernikahan kalian terus ditutup-tutupi, nenek ingin semua orang tahu jika kamu sudah menikah."
Aaric nampak kaget, begitu juga dengan Winda dan Naina, mereka bertiga nampak saling berpandangan.
"Ibu. Naina kan sedang hamil, mengadakan resepsi pasti akan membuatnya capek dan kata dokter itu tidak baik untuk kandungannya." Winda menjawab dengan terbata-bata.
"Iya Nek. Apa yang dikatakan Ibu benar. Kita adakan resepsinya nanti saja, masih banyak waktu, setelah anakku lahir juga bisa," ucap Aaric.
Nenek mengangguk.
"Kalian benar, nenek lupa kalau Naina tidak boleh kelelahan di usia kehamilannya yang masih kecil ini, baiklah kita adakan resepsinya nanti saja." ucap Nenek.
Aaric dan Winda nampak lega karena Nenek mengerti alasan palsu mereka.
Aaric kemudian ikut berbincang dengan mereka, sambil sesekali memperhatikan Naina yang duduk di samping Neneknya, dan Aaric baru menyadari jika yang dikatakan Nenek tentang Naina memang benar, wanita itu tampak cekatan mengurus dan merawat nenek, Naina tanpa segan bahkan mengelap mulut nenek yang belepotan karena makan buah-buahan yang dikupas oleh Naina sendiri.
Aaric sejenak merasa kagum akan ketulusan hati Naina merawat neneknya, Naina gadis yang awalnya hanya akan disewa rahimnya saja itu nampak mengurus neneknya yang sedang sakit dengan penuh kasih sayang dan tanpa pamrih, padahal Naina tidak perlu melakukan itu karena Aaric dan ibunya sudah menyewa dua perawat terlatih untuk mengurus nenek.
Hal lain yang membuat Aaric takjub juga adalah kesehatan sang Nenek yang secara drastis kembali pulih dengan cepat, rupanya kehadiran Naina memang sangat berdampak positif pada kesehatannya selain juga karena kebohongan pernikahan dan kehamilan palsu yang mereka katakan padanya.
Tanpa sadar Aaric terus menatap Naina, Winda yang melihat itu mengulum senyumnya.
"Ibu memang tak salah pilih Nak. Naina perlahan akan mencairkan hatimu yang beku," gumam Winda dalam hati.
***
Malam ini Naina tak bisa tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Naina tampak gundah dan gelisah mengingat dirinya yang akan menikah besok.
Untuk mengurangi keresahan di hatinya, Naina bangun dan mengambil air wudhu, dia melaksanakan sholat malam dengan khusyu meminta ketenangan hati dan tentu saja ampunan kepada Allah SWT.
Setelah selesai sholat, hatinya merasa sedikit tenang karena dia sudah menyerahkan sepenuhnya pada Allah SWT, Naina juga yakin jika yang terjadi padanya saat ini sudah merupakan ketentuan Allah yang digariskan padanya, maka karena itu dia akan menjalani semuanya dengan hati yang ikhlas.
"Semoga pernikahan besok yang terbaik, walaupun hanya pernikahan siri dan sementara, tapi aku berharap pernikahan ini akan membawa berkah untuk semua orang terutama untuk anak-anak panti dan juga nenek," lirih Naina dalam hatinya.
***
"Apa kamu sudah siap?" Winda menghampiri Naina di kamarnya.
Naina yang sudah memakai dress panjang berwarna putih dilengkapi pashmina warna senada yang sudah bertengger di pundaknya nampak menganggukkan kepalanya.
"Ayo kita berangkat, supir sudah siap, Aaric sudah pergi duluan kesana, kita pamit dulu ke nenek dan bilang padanya kalau kita akan pergi ke pengajian ibu-ibu tempat biasa ibu pergi tiap hari Minggu." Winda menggandeng tangan Naina.
Naina mengangguk, mereka berjalan bersama menuju kamar Nenek untuk berpamitan, setelah itu keduanya langsung meninggalkan rumah menuju tempat akan dilaksanakannya akad nikah.
Tak butuh waktu lama keduanya sampai karena jaraknya yang memang tidak jauh, Naina turun dan digandeng Winda memasuki rumah sederhana namun tampak asri dengan halaman luas di depannya.
Rupanya kedatangan mereka sudah ditunggu oleh beberapa orang di sebuah pendopo kecil yang terletak di samping rumah, dan dari kesemuanya, hanya satu orang yang Naina kenal, yakni Dr. Dani karena telah beberapa kali bertemu dengannya di rumah sakit.
Aaric lagi-lagi dibuat terpana melihat penampilan Naina yang terus membuatnya pangling, Naina tampak sangat cantik dengan balutan dress putih yang panjang lengkap dengan pashmina di kepalanya, dan tanpa disadarinya lagi, dia menatap terus wajah Naina yang duduk berseberangan dengannya.
"Cantik sekali," ucap Ryan yang ternyata turut hadir disana berbisik pada Aaric, dia juga rupanya ikut terpana melihat kecantikan calon istri sahabatnya karena baru kali mereka bertemu.
Aaric nampak tak senang karena Ryan terus menatap wajah Naina, dia menyenggol lengan sahabatnya.
"Jaga matamu." Ancam Aaric.
Ryan terkekeh
"Maaf, aku khilaf."
Acara akhirnya dimulai oleh Ustadz Zakaria, beliau yang didampingi oleh beberapa orang santri wanita dan laki-laki memulai dengan pembacaan doa.
Suasana nampak khusyu, semua seakan tenggelam dalam doa yang dilantunkan. Acara kemudian dilanjutkan oleh pembukaan sepatah dua patah kata masih oleh ustadz Zakaria.
Hingga tiba saatnya akad nikah akan dilaksanakan, Ustadz Zakaria meminta Aaric dan Naina untuk duduk di hadapannya, begitu juga dengan saksi yakni Dani dan Ryan juga beberapa santri. Tak lupa Wali Hakim yang sudah disiapkan juga nampak sudah duduk di tempatnya.
Ustadz kemudian bertanya pada Aaric apa mas kawin yang akan diberikannya pada Naina, Aaric lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam saku, rupanya dia telah menyiapkan satu buah cincin berlian sebagai mas kawinnya.
"Baiklah, kita mulai." Ustadz Zakaria mempersilahkan Wali Hakim dan Aaric untuk mengucapkan ijab kabul setelah dirinya membacakan doa.
Dan ijab kabul pun dilaksanakan, Aaric nampak dengan lantang mengucapkan ijab kabul tanpa kesulitan, kemudian disambut oleh ucapan kata 'sah' dari para saksi dan kesemua orang yang hadir disana.
"Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, cukup sekali untuk selamanya, cintai istrimu karena dia adalah jodoh yang diberikan Allah padamu, cintai suamimu karena dia adalah imammu. Kalian telah ditakdirkan bersama, maka hiduplah bersama dengan saling mencintai dan mengasihi." Nasihat Ustadz Zakaria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Yantik Purwati
sakinah mawardah warohmah aarich naina
2024-11-22
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Aamiin 🤲
2025-04-09
0
Nur Faris
Barakallah aaric dan naina
2024-02-11
0