Haruskah Jujur.

"Pak, maaf apa anda akan lembur?" tanya Rety, sekretaris Aaric dengan sedikit ragu.

Aaric yang sedang fokus melihat ke arah komputer langsung melihat jam tangannya lalu menyadari jika waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore, sudah lebih dari jam pulang kantor.

"Iya, saya akan lembur malam ini, kalian pulang saja," jawab Aaric melihat sekretaris dan asisten pribadinya.

Rety dan Julian saling berpandangan.

"Maaf pak, kalau memang anda akan lembur, kami akan menemani anda," ucap Julian.

"Iya pak, tolong beritahu kami anda sedang mengerjakan apa agar kami bisa membantu anda," ucap Rety.

Aaric menggelengkan kepalanya. "Saya tidak sedang mengerjakan apapun, hanya memeriksa beberapa file saja, kalian pulang saja karena saya bisa mengerjakannya sendiri."

Rety dan Julian kembali saling berpandangan.

"Baiklah kalau begitu pak, kami permisi pulang." Julian dan Rety pamit kemudian pergi meninggalkan ruangan bos mereka.

Aaric kembali melihat layar komputernya, namun tak berapa lama, dia yang sudah nampak lelah menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil mengendurkan dasi yang dipakainya.

Aaric nampak sedang memikirkan sesuatu, sebelah tangannya memijat keningnya dengan pelan.

"Besok lusa aku akan menikah," gumam Aaric pelan.

Rupanya pernikahannya dengan Naina yang akan dilaksanakan besok sangat membebani pikirannya, rupanya Aaric tidak secuek seperti apa yang ditunjukkannya pada kedua sahabatnya, Ryan dan Dani begitu juga pada ibunya karena sebenarnya Aaric cukup merasa sedikit grogi menghadapi pernikahannya dengan Naina.

Aaric sungguh tak menyangka jika akhirnya akan seperti ini, dirinya harus terpaksa menikah dengan wanita yang baru dikenalnya, sesuatu yang tidak pernah dipikirkannya juga ialah menikah secara mendadak dan dalam waktu dekat ini. Walaupun memang ini hanyalah pernikahan siri dan hanya sementara akan tetapi tetap saja membuatnya gugup dan takut.

Sebab utamanya adalah dia harus segera membuat istri sirinya nanti hamil dan mengandung anaknya, seperti dikejar deadline, Aaric harus bekerja keras melakukan sesuatu yang bahkan belum pernah dia lakukan sama sekali, dan malangnya dia harus melakukan itu dengan wanita yang tidak dicintainya, mereka akan sama-sama melakukannya dengan terpaksa demi hadirnya seorang bayi diantara mereka.

Memikirkan itu Aaric semakin memijat keningnya dengan kuat.

"Sialan. Bagaimana mungkin aku bisa melakukannya dengan wanita itu." Aaric berdiri dari duduknya, berjalan mondar-mandir di samping meja.

"Tapi demi nenek aku harus bisa melakukan apa saja, aku harus mengabulkan keinginannya untuk segera menimang anakku."

"Termasuk harus tidur dengan wanita yang tidak kucintai." gumam Aaric.

Tiba-tiba terlintas di pikirannya tentang Tari, mantan kekasih yang selama ini dia coba untuk melupakannya.

"Seandainya kamu tidak mengkhianatiku, maka mungkin sekarang aku tidak ada dalam situasi seperti ini, kamu dan aku pasti sudah menikah dan mempunyai anak, membahagiakan nenek dan ibuku"

***

Keesokan harinya.

Aaric masih terlelap tidur meskipun waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, sesuatu yang sangat jarang dilakukannya walaupun di hari Sabtu seperti ini.

Hal itu membuat Winda heran karena setelah ditunggu-tunggu putranya itu tak kunjung turun untuk sarapan bersama.

Winda akhirnya mendatangi kamar putranya, dia terkejut mendapati Aaric yang masih nampak terlelap tidur.

"Nak. Apa kamu sakit?" tanya Winda sambil duduk di sebelah putranya.

Aaric tampak menggeliatkan tubuhnya, membuka mata dan menguceknya pelan.

"Kenapa masih tidur? Apa kamu sakit?" Winda mengulangi pertanyaan sambil meraba kening putranya untuk memastikan jika putranya baik-baik saja.

"Memangnya jam berapa ini?" Aaric nampak kembali memejamkan matanya.

"Kamu baik-baik saja, bangunlah karena ini sudah jam setengah sembilan. Mandilah dan ibu akan siapkan sarapan untukmu."

"Aku masih ingin tidur Bu," jawab Aaric masih dengan terpejam.

Sang ibu menghela napas.

"Nak ada yang ibu ingin bicarakan."

"Soal apa?"

"Pernikahanmu besok dengan Naina"

Aaric membuka mata lalu melihat ibunya.

"Ada apa?" tanya Aaric.

"Kamu akan menikah di rumah ustadz kenalan ibu, dia ibu sudah mengatur semuanya mulai dari saksi sampai wali nikah."

Aaric mengangguk

"Apa kamu sudah siap?" tanya Winda.

"Iya Bu, aku siap."

"Syukurlah, ibu senang mendengarnya."

Aaric kembali memejamkan matanya.

"Baiklah, ibu tahu jika kamu pasti capek, gunakan hari ini untuk istirahat. Ibu akan membawa makananmu kesini."

Aaric mengangguk.

Winda pergi meninggalkan kamar putranya.

---

Naina sedang mengupas jeruk bersama nenek di halaman belakang rumah.

Keadaan nenek sudah semakin membaik, kehadiran Naina memang sangat berpengaruh pada kesehatan Nenek yang kini menjadi bersemangat untuk sehat dan pulih seperti sediakala.

Nenek kini sudah bisa luar kamar walaupun masih menggunakan kursi roda, namun itu merupakan suatu kemajuan besar karena sekarang Nenek tidak hanya terbaring di atas tempat tidur saja.

"Mana suamimu? Apa dia belum bangun?" tanya Nenek membuat Naina kaget.

"Iya Bu. Aaric masih tidur, mungkin dia sedikit kelelahan setelah bekerja selama seminggu ini." Untung saja ada Winda yang baru saja datang dan menjawab pertanyaan nenek pada Naina.

Nenek tersenyum.

"Setelah menikah, dia menjadi pemalas. Kamu tahu nak, biasanya walaupun dia libur, suamimu itu akan tetap bangun pagi dan berolahraga, dia akan menghabiskan waktunya di ruang gym." Nenek menunjuk sebuah ruangan di seberang kolam renang di depan mereka.

Naina tersenyum kecil.

"Mungkin itu bawaan jabang bayi," ucap nenek lagi sambil terkekeh.

Naina langsung melihat Winda.

"Nenek benar." Winda juga ikut berpura-pura tertawa.

Naina terdiam.

"Nak. Kata dokter bagaimana keadaan kehamilanmu?" tanya Nenek melihat Naina.

Naina tampak kaget lagi.

"Kata dokter semuanya baik-baik saja bu, hanya harus di jaga saja karena kehamilannya masih sangat kecil, masih rentan terjadi keguguran." Lagi-lagi Winda yang menjawab.

Nenek mengangguk mengerti.

"Karena itu kamu harus beristirahat yang banyak nak, jangan banyak bergerak apalagi stres," ucap Nenek menasehati.

Naina mengangguk. Hatinya merasakan kembali rasa bersalah yang teramat sangat besar.

"Iya, apa ibu ingat dulu, sebelum aku mengandung Aaric, aku juga pernah keguguran, " Winda mengingatkan nenek pada masa lalu.

Nenek menganggukan kepalanya.

"Iya, tentu saja ibu masih ingat itu, waktu itu kita semua bersedih karena kita semua sangat menantikan kelahiran bayi itu," jawab nenek menerawang.

"Iya, tapi untungnya tak berselang lama kemudian aku mengandung lagi, dan lahirlah Aaric." Winda tersenyum mengingat masa itu.

"Iya. Aaric membawa kebahagiaan di rumah ini, terutama bagi kakek dan ayahnya, keduanya menyimpan harapan yang sangat besar pada Aaric untuk bisa menjadi pewaris dan penerus keluarga dan perusahaan kita."

"Sama seperti sekarang, kami menyimpan harapan besar pada anak kalian nanti." Nenek memegang tangan Naina.

Naina menitikkan air matanya. Membuat nenek kaget.

"Kenapa kamu menangis?"

"Aku.." Naina merasa tak sanggup lagi mendengar perkataan Nenek yang begitu menyimpan harapan yang besar pada kehamilannya yang hanyalah sebuah kebohongan semata, ingin rasa-rasanya Naina mengatakan yang sejujurnya apa yang sebenarnya terjadi.

"Nenek aku.."

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

mataq kena debu nek

2023-09-18

0

Bibit Sugiarti

Bibit Sugiarti

😀🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-22

0

Bibit Sugiarti

Bibit Sugiarti

ah masak sih.. awas sampek nanti ketagihan

2022-11-20

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!