Kesepakatan.

"Menikah?" Naina terpana mendengar pertanyaan Aaric.

Aaric mengangguk pelan sambil menatap wajah Naina lekat.

Sedangkan Winda, diam-diam dia mengulum senyum, merasa bahagia karena akhirnya Aaric masuk dalam perangkapnya untuk menikah dengan Naina.

"Apa katamu nak? Kamu meminta Naina untuk menikah denganmu?" Winda berpura-pura kaget.

"Karena ini jalan keluar satu-satunya, ibu." Aaric melihat Ibunya.

"Kamu benar, ini jalan keluar satu-satunya." Winda melihat Naina. " Bagaimana denganmu?" tanya Winda pada Naina yang terlihat bingung.

"Aku..aku tidak tahu," jawab Naina pelan sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu tidak punya pilihan lain." Aaric melihat Naina.

"Tapi.." Naina terlihat ragu-ragu.

"Nak. Apa yang dikatakan putraku benar, kamu tidak punya pilihan lain. Maafkan ibu, tapi kamu harus ingat kesepakatan kita, kamu harus hamil dan melahirkan penerus keluarga ini, terlepas bagaimana caranya kamu hamil."

Naina menunduk, wajahnya terlihat semakin bingung.

Naina terus berpikir jika yang dikatakan Winda memang benar karena bagaimanapun caranya dia harus menepati janjinya untuk menyewakan rahimnya, dia tahu jika Winda telah mengeluarkan banyak uang demi kesepakatan mereka, belum lagi jika dirinya kali ini menolak, Winda pasti akan menarik semua janjinya untuk membiayai kebutuhan panti setiap bulannya, maka nasib puluhan adik-adiknya di panti akan terkena imbasnya.

"Kamu jangan khawatir, kita hanya akan menikah secara siri, kamu hanya perlu mengandung anakku, setelah kamu melahirkan maka pernikahan kita akan berakhir," ucap Aaric.

"Baiklah kalau begitu," jawab Naina langsung setelah mendengar perkataan Aaric.

"Aku setuju jika ini hanya pernikahan siri," tambah Naina lagi.

Winda tampak senang mendengar jawaban Naina.

"Baguslah, sebaiknya pernikahan cepat dilakukan, makin cepat makin baik."

"Terserah ibu saja," Aaric beranjak dari duduknya.

"Ibu saja yang urus semuanya." Aaric melihat jam tangannya.

"Aku harus pergi ke kantor sekarang." Aaric mendekati ibunya dan berpamitan.

"Iya nak. Kamu tenang saja semuanya ibu yang urus," ucap Winda.

Aaric pergi meninggalkan kamar ibunya, sekarang hanya tinggal Winda dan Naina yang setelah memberikan jawaban tadi terus terdiam.

"Naina, maafkan ibu karena akhirnya seperti ini."

"Tidak Bu, semua ini bukan salah ibu, justru semuanya karena aku yang ternyata bermasalah. Aku yang harusnya meminta maaf."

Winda tersenyum, dia mendekati Naina lebih dekat dan memeluknya.

"Naina, seandainya kamu tahu bagaimana perasaan ibu sekarang, ibu senang sekali."

Naina terdiam di pelukan Winda.

Naina bersyukur setidaknya masih ada yang merasa senang dengan keputusannya ini karena dengan perasaannya sendiri Naina masih merasa bingung, disisi lain dia merasa bersyukur karena akhirnya dirinya gagal melakukan dosa besar, dimana dia harus hamil tanpa adanya pernikahan terlebih dahulu, sehingga anak yang akan dilahirkannya nanti bukanlah anak haram yang dilahirkan di luar pernikahan.

Namun disisi lain, Naina masih merasa berat hati akan keputusan yang telah diambilnya, dia merasa sangat tidak siap akan resiko yang diambil dari keputusan itu, dimana dia harus hamil dengan cara alami, dengan cara berhubungan layaknya suami istri.

Naina bergidik memikirkannya, bagaimana bisa dia harus melakukan itu dengan orang asing, orang yang baru dikenalnya, orang yang tidak dicintai dan mencintainya. Mereka harus terpaksa melakukan itu tanpa ada cinta, tanpa ada rasa sayang, hanya ada beban. Beban untuk secepat mungkin membuat dirinya hamil.

Memikirkan itu membuat Naina tampak frustasi.

***

Di kantor.

"Lalu apa keputusanmu?" Dani melihat Aaric yang sibuk bekerja di mejanya.

Aaric tak menjawab, dia sibuk melihat beberapa berkas di mejanya.

Ryan dan Dani saling memandang.

"Mau apa kalian kesini, apa kalian tidak ada pekerjaan?" Aaric melihat kedua sahabatnya sekilas lalu kembali memeriksa berkas di mejanya.

"Kami hanya penasaran dengan langkah yang akan kamu ambil selanjutnya, kamu akan cari wanita lain atau mungkin saja kamu akhirnya memutuskan untuk meniduri wanita itu." Ryan menjawab sambil tersenyum terkekeh.

"Iya aku juga penasaran, katakan apa yang akan kamu lakukan." Dani bertanya dengan serius.

Aaric menghentikan pekerjaannya, dia melihat kedua sahabatnya yang duduk tepat di depannya.

"Aku tidak bisa mencari wanita lain, nenek sudah mengira kalau dia istriku."

"Lalu..?" tanya Ryan penasaran.

"Mau tidak mau kamu harus menghamilinya sendiri." Dani menjawab sambil menjentikkan jarinya.

Aaric menghela napas.

"Begitulah," jawab Aaric kembali membuka map di mejanya.

Dani dan Ryan kembali saling bertatapan.

"Kapan?" tanya Ryan.

"Apanya?" tanya Aaric cuek.

"Kamu dan wanita itu akan membuat anak?" tanya Ryan lagi dengan serius.

Mendengar pertanyaan Ryan, Dani tertawa geli.

Lain halnya dengan Aaric, dia langsung menyimpan penanya lalu menatap wajah Ryan sahabatnya itu dengan serius.

"Bukan urusanmu," jawab Aaric dengan kesal lalu kembali pada pekerjaannya.

Ryan tersenyum.

"Aku yakin setelah kamu tahu bagaimana rasanya membuat anak itu, kamu akan menyesal sudah sempat berpikir untuk melakukan inseminasi itu." Ryan tersenyum lebar, diikuti oleh Dani. Keduanya tertawa bersama, sementara Aaric terlihat tidak terpengaruh, dia terus saja fokus bekerja.

"Oh iya ric, sekarang sampai tiga hari ke depan masa subur wanita itu, kamu harus memanfaatkannya agar dia cepat hamil." Dani kali ini berbicara dengan serius.

Aaric menghela napas, sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Kami harus menikah dulu, walaupun hanya pernikahan siri."

"Itu bagus, aku setuju," Ryan memberikan pendapatnya.

"Kapan?" tanya Dani.

"Ibuku yang akan mengurusnya."

"Sebaiknya lebih cepat lebih baik, aku yakin nenekmu menghitung usia kehamilan palsu wanita itu, kita harus usahakan agar jarak dengan kehamilan aslinya tidak terlalu jauh." Dani memberikan saran.

Aaric mengangguk.

"Aaric, kalau kamu butuh obat penambah stamina, aku ada, kamu tinggal minta saja padaku," kata Ryan.

"Ide Ryan bagus juga, karena kamu membutuhkan stamina yang yang lebih, ingat wanita itu masih bersegel."

"Pergilah kalian, sudah cukup mengganggu waktu kerjaku." Aaric tampak kesal karena kedua sahabatnya itu terus-menerus menggodanya.

***

Malam hari.

"Nak, ibu sudah atur semuanya. Lusa kamu dan Aaric akan menikah."

Naina terdiam.

"Kalian akan dinikahkan oleh salah satu ustadz kenalan ibu, apa kamu sudah siap?"

Naina mengangguk.

"Nak. Untuk wali kita memakai wali hakim." Winda berbicara dengan sangat hati-hati kali ini.

Naina sedikit kaget, dia melihat wajah Winda.

"Wali hakim?" tanya Naina pelan.

"Iya sayang.." jawab Winda juga pelan sambil mengusap rambut Naina.

Tanpa disengaja air mata Naina menetes dengan sendirinya. Seolah dirinya baru tersadar bahwa untuk menikah seorang wanita membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikahnya, sedangkan dia harus menikah dengan wali hakim. Semua itu karena dirinya yang tidak tahu darimana asalnya, siapa orang tuanya, dimanakah mereka, masih hidup atau sudah mati, Naina tidak mengetahuinya.

Winda yang tahu pasti apa yang dipikirkan oleh Naina, mendekatinya kemudian memeluknya erat.

"Jangan bersedih, mulai sekarang kami adalah keluargamu."

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

terimakasih Bu Winda.... Ryan memang resek

2023-09-18

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Ryan kepo...Jgn ngintip yaaaa😄😄😄

2023-04-11

0

naynay

naynay

untung batire ora disamplong pulpen 😅😅

2023-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!