Sesampainya di Rumah Sakit.
"Aaric, Nona Naina tidak bisa melakukan inseminasi." Dani melihat Aaric dengan serius.
Aaric terperanjat, begitu juga dengan Naina yang juga tampak tak kalah kagetnya.
"Kenapa? Apa yang salah dengannya?"
"Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata tuba falopi Nona Naina kecil, hal itu tidak memungkinkan dilakukannya inseminasi, akan percuma saja, karena dia tidak akan bisa hamil," ucap Dani menjelaskan.
Aaric tampak frustasi kemudian melihat sang ibu yang terdiam, sama sekali tidak bereaksi.
"Ibu. Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Winda hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Ibu tidak tahu," jawab Winda singkat, membuat Aaric semakin bingung.
Sementara Naina tampak sangat sedih, dia nampak sangat merasa bersalah karena dirinya semua rencana mereka akan gagal.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Aaric.
"Tentu saja ada." Kali ini dokter kandungan yang menjawab.
"Apa itu?" tanya Aaric cepat.
"Salah satu penyebab tuba falopi Nona Naina kecil kemungkinan karena nona ini masih perawan, belum pernah melakukan hubungan **** sebelumnya, itu hanya kemungkinan saja karena bisa saja dari yang lainnya, akan tetapi kebanyakan seperti itu," jawab Dokter kandungan.
"Sebenarnya kemungkinan Nona Naina untuk hamil sangat besar, kami lihat bahkan ovarium atau sel telurnya sangat bagus, tapi caranya bukan dengan inseminasi." Dani menambahkan.
"Lalu bagaimana caranya?" Aaric terlihat sangat penasaran.
"Dengan cara berhubungan intim langsung," jawab Dani enteng.
Aaric dan Naina sama-sama terkejut mendengar jawaban Dani.
Naina langsung menundukkan kepalanya, badannya nampak gemetar, begitu juga dengan Aaric yang langsung kelihatan salah tingkah.
"Apa yang dikatakan Dr. Dani benar, lagipula kami tidak menyarankan melakukan inseminasi pada pasangan yang belum pernah melakukan hubungan intim, karena biar bagaimanapun cara cara dasar harus dicoba terlebih dahulu dan jika gagal maka inseminasi merupakan salah satu solusi atau jalan keluarnya." Dokter spesialis kandungan ikut menjelaskan.
Aaric tidak bisa berkata apapun, dia hanya bisa terdiam, sama halnya seperti Naina yang juga terdiam dan terlihat serba salah.
"Kami juga yakin tidak ada masalah dengan ****** anda, setelah kami periksa hasilnya bagus. Membuat kami yakin jika kalian mencoba melakukannya secara alami dulu maka kemungkinan untuk hamil sangat besar."
"Nak. Sepertinya kita harus mendengarkan apa kata mereka." Winda yang sedari tadi terdiam mulai berbicara.
"Apa maksud ibu?"
"Kita bicarakan nanti dirumah." Winda beranjak dari tempat duduknya.
"Dok. Terima kasih banyak, kami akan membicarakan hal ini dulu dirumah, sekali lagi terima kasih untuk semuanya." Winda menyalami Dr. Dani dan yang lainnya.
Aaric dan Naina juga berdiri, keduanya juga berpamitan.
Mereka bertiga pergi meninggalkan ruangan.
Dani tertawa geli setelah yakin jika mereka telah pergi jauh.
"Kamu yakin temanmu itu akan mempercayai semua perkataan kita?" tanya temannya, Dokter spesialis kandungan sambil melihat Dani.
"Tentu saja, Aaric tidak akan mengerti tentang apa itu tuba falopi, pokoknya apa yang baru saja kita katakan aku yakin kalau Aaric pasti sangat mempercayainya."
"Bagaimana kalau dia mendatangi dokter lain."
"Tidak akan, dokter yang dia percayai hanya aku saja. Kamu jangan khawatir, lagi pula semua ini juga kan karena permintaan ibunya, Nyonya Winda." Dani menepuk pundak temannya itu.
"Baiklah, aku mengerti kenapa kalian melakukan semua ini."
Dani mengangguk.
"Kalau tidak seperti ini, sampai kapanpun Aaric tidak akan bisa melupakan Tari." gumam Dani pelan.
***
"Aaric apa yang kita takutkan akhirnya menjadi kenyataan, Naina tidak bisa hamil, bagaimana ini?" Winda tampak menangis sesampainya mereka di rumah.
Naina terlihat sedih melihat Winda yang menangis, dia menyalahkan dirinya sendiri.
"Ibu. ini salah saya, maafkan saya Bu." Naina mengusap pundak Winda.
"Bukan nak, ini bukan salahmu." Winda memeluk Naina.
Aaric yang sedari tadi terdiam, hanya melirik Naina dan ibunya sekilas, dia yang duduk di sofa nampak berpikir dengan keras.
"Kita tidak bisa mencari wanita lain, karena nenek sudah terlanjur mengetahui kalau Naina adalah istrimu dan sedang mengandung anakmu." Winda melihat Aaric.
"Aku tahu maksud ibu," jawab Aaric pelan sambil mengendurkan dasi yang dipakainya.
"Jadi apa keputusanmu sekarang?" tanya Winda.
"Tidak ada cara lain, Naina harus tetap hamil." jawab Aaric pelan sambil menunduk.
Jantung Naina berdegup kencang mendengar jawaban Aaric.
"Bagaimana caranya?" tanya Winda dengan hati-hati dan pelan.
Aaric mengangkat wajahnya melihat Winda sejenak lalu menatap Naina yang juga sedang melihatnya, menunggu jawabannya.
"Dengan cara yang tadi dianjurkan oleh dokter."
Naina meremas kedua tangannya, badannya kembali gemetar
"Maksud kamu Naina dan kamu..." Winda tak berani melanjutkan perkataannya.
Aaric menarik napas panjang.
"Iya Bu, seperti apa yang ibu pikirkan," jawab Aaric pelan.
"Maaf saya tidak mau." Tiba-tiba Naina bersuara.
"Saya tidak mau jika harus melakukan itu dengan anda." Naina menggeleng-gelengkan kepalanya.
Aaric dan Winda terdiam seolah mengerti apa yang ditakutkan oleh Naina.
"Maafkan saya, tapi saya tidak mau, tolong cari saja wanita lain." Naina tampak menahan tangisnya.
Winda memegang tangan Naina yang duduk disampingnya.
"Tidak bisa. Karena nenek sudah mengenal kamu sebagai istri cucunya, dan setahu nenek sekarang kamu sedang mengandung cicitnya."
"Tapi saya tidak mau jika harus melakukan itu." Naina menitikkan air matanya.
Winda terdiam, melihat Aaric yang juga terdiam karena berpikir sedari tadi.
"Lalu bagaimana ini, nenek sangat menunggu kelahiran anak itu, jika nenek tahu ini hanya sandiwara maka nenek pasti akan langsung drop, penyakitnya akan kambuh atau bahkan nenek akan..." Winda tak sanggup melanjutkan perkataannya.
"Kita cari dokter lain saja, mungkin dokter lain bisa mengobati masalah yang ada pada diriku, setelah itu aku bisa melakukan inseminasi." Usul Naina.
"Tidak mungkin, kalau bisa seperti itu dokter Dani dan temannya pasti sudah melakukannya." jawab Winda dengan cepat.
Mendengar jawaban Winda, Naina kembali nampak bersedih.
Mereka bertiga terdiam sejenak.
"Apa yang membuatmu tidak mau melakukan itu?" Tiba-tiba Aaric bertanya pada Naina.
Naina langsung melihat Aaric yang sedang menatap wajahnya.
"Aku..Aku.." Naina tak bisa menjawab.
"Kalau karena kamu tak mau melakukannya karena kita tidak menikah, maka aku akan menikahimu dulu." Aaric berbicara dengan yakin
Naina tersentak kaget.
"Mari kita menikah," ucap Aaric lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
yes 👏👏👏
2025-04-09
0
Bundanya Aulia
😅😅akhirnya nikah,,,
2025-03-11
0
Yayan Maryana
mama Winda emang keren idenya mantul 😅😅
2024-08-10
0