"Nenek, ini istriku. Namanya Naina." Aaric menunjuk Naina yang berdiri di sampingnya.
Naina menyunggingkan senyumannya yang manis, namun masih jelas terlihat jika dia sedikit gugup walau berusaha untuk disembunyikannya.
Nenek yang sedari tadi memang sudah melihat Naina, menatapnya lebih lekat lagi, dari wajahnya nenek tahu jika Naina masih berusia belia, wajahnya nampak polos, tak terlihat sedikitpun polesan make up disana, rambutnya yang hitam panjang nampak berkilau dibiarkan tergerai begitu saja, kulitnya yang putih bersinar semakin menyempurnakan kecantikan yang terpancar secara alami.
Pandangan Nenek beralih pada baju yang dikenakan Naina, kaos lengan panjang berwarna merah marun berpadu dengan rok hitam semata kaki, tampilan yang sangat sederhana, membuat akhirnya nenek mempercayai semua perkataan menantu dan cucunya jika wanita di depannya ini memang bukan berasal dari keluarga yang sederajat dengan mereka, namun entah mengapa seakan itu bukan masalah baginya, nenek tampak menyukai semua yang ada pada Naina.
Namun dari kesemuanya, ada satu hal yang paling nenek sukai darinya, Naina yang masih terlihat gugup dengan terus menundukkan wajahnya terlihat sangat polos dan apa adanya.
"Kemarilah." Nenek memanggil Naina untuk menghampirinya.
Naina berjalan perlahan mendekati nenek.
"Duduklah disini." Nenek meminta Naina untuk duduk di sampingnya.
Naina duduk berhadapan dengan nenek yang duduk di atas tempat tidur dan bersandar pada tumpukan bantal.
"Selama dua bulan ini, dimana kamu tinggal?"
"Di apartemen," jawab Naina dengan pelan, wajahnya masih menunduk tak berani menatap wajah nenek.
Nenek langsung melihat Aaric.
"Di apartemen?" tanya nenek dengan marah.
Aaric mengangguk pelan.
"Kamu membiarkan istrimu yang sedang hamil ini tinggal sendiri di apartemen?" tanya nenek lagi semakin terdengar marah.
Aaric terdiam.
"Mulai saat ini istrimu ini harus tinggal disini bersama kita."
Naina tampak kaget, begitu juga dengan Aaric.
Nenek kembali melihat Naina.
"Sudah berapa bulan kandunganmu ini?" Nenek memegang perut Naina.
Naina terdiam sejenak.
"Baru 2 Minggu nek." jawab Naina dengan sangat pelan.
Dalam hati, Naina mengutuk dirinya sendiri, menyesal karena terlibat dalam sebuah persekongkolan untuk membohongi seorang nenek tua yang sakit-sakitan. Seandainya kalau bukan karena memikirkan nasib panti dan adik-adiknya, dia pasti tidak ingin terlibat dalam kebohongan ini.
"Jaga baik-baik kandunganmu ini, asal kamu tahu jika nenek sangat menunggu kehadiran anak ini."
Naina menganggukan kepalanya.
"Aaric kemarilah." Nenek memanggil cucunya.
"Nenek tidak menyangka jika kamu pandai mencari istri. Kenapa kamu berpikiran jika nenek dan ibumu akan menolak gadis seperti dia, asal kamu tahu jika nenek sangat menyukainya, dia sangat cocok menjadi istrimu, kalian tampak sangat serasi."
Aaric tersenyum kecil.
"Sudah. Sekarang bawa istrimu ke kamar untuk beristirahat, jangan biarkan dia kecapaian, tidak baik untuk kandungannya yang masih kecil."
Naina beranjak dari duduknya, berdiri di samping Aaric.
"Iya nek. Kami permisi dulu."
Nenek mengangguk lalu tersenyum bahagia.
***
"Maaf. Tapi kapan program inseminasi itu dilakukan? Aku ingin segera hamil, aku tidak sanggup kalau harus berbohong terus pada nenek," tanya Naina pelan sambil terisak ketika Aaric membawanya kembali ke kamar Winda.
Winda dan Aaric tampak terkejut mendengar pertanyaan Naina, terlebih mereka melihat Naina menangis dengan sedih.
"Kenapa kamu menangis?" Winda menghampiri Naina.
"Maafkan aku. Aku hanya tidak sanggup kalau harus terus berbohong pada nenek. Beliau sangat baik." Naina masih terisak.
Aaric masih tampak kaget, dia berdiri mematung melihat Naina yang menangis, Aaric berpikir jika wanita di depannya ini ternyata memiliki hati yang lembut. Padahal dia baru bertemu sekali dengan nenek, tapi terlihat begitu peduli dan tak ingin menyakiti dengan membohonginya.
"Besok lusa jadwal kita akan melakukan inseminasi itu, kita harus sabar karena dokter yang tahu kapan waktu terbaik untuk melakukannya."
Naina mengangguk, dia menyeka air mata di pipinya.
"Sekali lagi aku minta maaf, tiba-tiba menangis seperti ini dihadapan kalian."
Winda tersenyum.
"Tidak apa-apa, kami mengerti perasaanmu. Kami juga merasa sangat bersalah karena membohongi nenek, tapi kita terpaksa melakukan ini semua demi kebaikannya."
"Iya," jawab Naina pelan.
Aaric yang sedari tadi hanya terdiam menghampiri mereka berdua.
"Ibu. Nenek ingin mulai saat dia tinggal disini, Ibu saja yang atur semuanya, aku harus kembali ke kantor sekarang."
"Iya nak. Naina akan tinggal di kamar tamu."
"Baiklah terserah ibu saja. Aku pergi dulu."
Aaric pergi meninggalkan kamar.
"Mulai saat ini kamu terpaksa harus tinggal disini, tidak apa-apa kan?"
Naina mengangguk.
"Iya." jawab Naina pasrah.
Sementara itu.
Sepanjang perjalanan Aaric nampak bingung dengan situasi yang kini sudah diluar kendalinya, semuanya menjadi kacau karenanya yang mengatakan jika sudah menikah sehingga akibatnya kini wanita itu harus tinggal bersama mereka.
Sekarang Aaric hanya bisa berharap semoga program inseminasi itu langsung berhasil, entah apa yang terjadi jika seandainya program itu gagal karena mereka terlanjur mengatakan kepada Nenek jika wanita itu tengah mengandung sekarang.
***
Keesokan harinya.
Sejak kemarin Naina sudah tinggal di rumah besar itu, semua baju dan barang miliknya sudah diambil dari apartemen tempat dia tinggal sebelumnya.
Pagi-pagi sekali Naina mendatangi kamar nenek, dia yang merasa sangat bersalah padanya begitu ingin membantu merawat dan mengurus nenek yang sakit.
"Biar aku saja." Naina mengambil piring di tangan perawat yang akan menyuapi Nenek.
Naina duduk di hadapan Nenek.
"Nenek mau kan aku yang suapi?" tanya Naina dengan lembut sambil tersenyum.
Nenek mengangguk sambil tersenyum.
"Tentu saja nak." jawab nenek dengan senang.
Akhirnya Nenek makan dengan disuapi oleh Naina.
"Kenapa pagi-pagi kamu sudah kesini? Apa kamu sudah selesai mengurusi suamimu yang akan berangkat kerja?" tanya nenek sambil mengunyah makanan.
Naina tersentak kaget, dia sampai lupa kalau setahu nenek dirinya dan cucunya telah menikah.
"Sudah nek, semuanya sudah beres." jawab Naina berbohong. Padahal kenyataannya semenjak kemarin siang dia sama sekali belum bertemu kembali dengan cucunya itu.
Nenek tersenyum senang.
Naina dan Nenek nampak semakin akrab, setelah menyuapi makan keduanya mengobrol dengan hangat, nenek menanyakan banyak hal tentangnya, terutama tentang panti asuhan tempat dimana Naina dibesarkan.
Aaric yang memang setiap pagi selalu datang ke kamar nenek untuk berpamitan sebelum berangkat kerja terkejut melihat Naina yang sudah berada di sana, nampak sedang mengobrol akrab dengan Nenek yang tampak sangat bahagia.
"Istrimu pagi-pagi sekali sudah kesini untuk menyuapi nenek, padahal dia tidak perlu melakukan itu karena sudah ada dua perawat yang merawat nenek," ucap nenek dengan senang ketika Aaric datang ke kamarnya.
"Syukurlah kalau kalian sudah akrab, aku senang melihatnya," jawab Aaric sambil melihat Naina.
"Nek. Aku pergi dulu." Aaric menghampiri nenek dan mencium keningnya untuk berpamitan.
"Iya nak." Nenek mengusap lembut pundak cucunya.
Aaric nampak akan pergi.
"Tunggu! Apa kamu tidak berpamitan pada istrimu?" tanya nenek heran.
Aaric dan Naina tampak kaget.
"Oh iya, aku lupa." jawab Aaric gelagapan sambil mendekati Naina.
Aaric dan Naina tampak kikuk dan serba salah, mereka berdua nampak bingung harus melakukan apa.
Nenek tersenyum melihat keduanya yang bersikap canggung, nenek berpikir jika keduanya masih malu-malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan orang lain.
"Naina, antarkan saja suamimu sampai ke depan." Perintah Nenek.
"Baik Nek." jawab Naina cepat.
Aaric dan Naina nampak lega karena akhirnya mereka bisa lepas dari situasi canggung ini. Keduanya berjalan meninggalkan kamar nenek dengan cepat.
Sesampainya di luar kamar, Aaric menghentikan langkahnya, dia melihat Naina di belakangnya.
"Hubungan kita hanya sandiwara saja jadi sebaiknya kamu menjaga jarak dari nenek, jangan membuatnya semakin menyukaimu karena itu akan semakin mempersulit keadaan kita nantinya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Roshamilia
kawin sori aje aaric..
2024-03-24
0
Nur Faris
Halah awalnya ngomong gitu entar Lo sendiri ric yg gak bisa pisah dari naina😁😁
2024-02-11
0
Sulisayaheaisyah Sulis
jgn bilang gitu donk bang aaric,,tar kalau udah bucin akut gmn coba,,
2022-08-18
0