Pertemuan Pertama.

Keesokan harinya.

"Ini sudah hampir sepuluh hari sejak kamu berjanji akan segera memberikan nenek cicit, tapi sampai detik ini kamu belum juga membawa seorang wanita kepada nenek untuk dikenalkan," ucap nenek ketika Aaric mendatangi kamarnya karena kesehatannya kembali menurun.

Aaric melihat ibunya.

"Jangan katakan kalau kamu lupa akan janjimu sendiri nak," tambah nenek dengan nada sedikit kecewa.

"Tidak nek. Mana mungkin Aaric lupa," jawab Aaric dengan cepat sambil duduk di samping tempat tidur neneknya.

"Lalu mana janjimu, nenek sudah tidak sabar ingin menggendong anakmu, kamu lihat sendiri nenek sudah semakin tua, ditambah penyakit jantung nenek yang semakin parah, membuat nenek sekarang bahkan tidak sanggup untuk duduk sendiri, nenek hanya bisa berbaring di tempat tidur saja,"

"Nenek bertahan hanya karena menunggu anakmu, tapi seandainya kamu tidak menepati janjimu dan ternyata belum akan menikah waktu dekat ini, nenek tidak sanggup lagi bertahan lebih lama, semoga tuhan segera mencabut nyawa ne--"

"Nenek!! Nenek akan segera menjadi seorang nenek buyut dengan segera karena sebenarnya aku sudah menikah dan sekarang istriku sedang hamil nek." Aaric terpaksa berbohong.

"Apa?" Nenek tampak kaget, dia melihat Aaric dan Winda bergantian.

Sama seperti nenek, Winda juga tak kalah kagetnya mendengar perkataan Aaric yang berbohong pada nenek namun dirinya segera mengendalikan diri, dia harus mendukung kebohongan Aaric agar nenek mempercayainya, Winda tersenyum sambil mendekati ibu mertuanya dengan gembira.

"Apa yang dikatakan Aaric benar Bu, cucu ibu ini ternyata sudah menikah diam-diam," ucap Winda sambil tersenyum

"Menikah diam-diam?"

"Aku juga baru tahu, Aaric baru saja memberitahu aku bahwa dia terpaksa menikah diam-diam karena takut kita tidak akan merestui pernikahannya."

"Mana mungkin kita tak merestui pernikahannya padahal kita sangat ingin melihatnya menikah?"

"Itu karena Aaric menikah dengan wanita yang tidak selevel dengan kita Bu. Dia menikahi wanita miskin. Bukan dengan wanita yang kita harapkan selama ini, wanita dari kalangan yang sama dengan kita," ucap Winda berbohong

"Apa itu benar?" nenek melihat Aaric

"Iya nek, istriku orang biasa, bahkan dia tidak mempunyai orang tua, dia anak yatim-piatu yang tinggal di panti asuhan."

"Apa?"

"Itu sebabnya Aaric merahasiakan pernikahan ini dari kita dan semua orang. Apa yang dikatakannya selama ini pada kita bahwa dia masih belum ingin menikah karena pekerjaannya itu hanya alasannya saja Bu, karena sebenarnya dia sudah menikah tapi menutupinya karena malu jika wanita pilihannya hanyalah wanita miskin yang tidak mempunyai apa-apa," jawab Winda.

Nenek melihat Aaric lagi.

"Benarkah seperti itu?"

Aaric mengangguk pelan.

"Iya nek, semua yang dikatakan ibu benar, karena itu aku takut memberitahu kalian mengenai pernikahanku"

Nenek tampak terdiam mencerna semua perkataan yang diucapkan menantu dan cucunya.

"Apa kamu mencintainya?" tanya nenek tiba-tiba.

Aaric kaget mendengar pertanyaan nenek.

"Tentu saja nek aku mencintainya, bahkan sangat mencintainya." Aaric terus-menerus berbohong

Nenek tersenyum.

"Dasar bodoh, mana mungkin nenek tidak merestui kalian jika kamu sendiri sangat mencintai wanita itu." Nenek memukul pundak Aaric pelan.

"Sudah berapa lama kalian menikah?"

"Baru dua bulan nek."

"Dan sekarang dia sedang hamil?"

Aaric mengangguk.

Nenek tampak berusaha untuk bangun, membuat dua orang perawat yang di pekerjakan khusus untuk mengurus nenek tampak cekatan membantu nenek untuk duduk sambil bersandar.

"Dia hamil sekarang?" tanya nenek lagi memastikan.

Aaric melirik ibunya.

"Iya ibu, dia sedang mengandung cucuku sekarang, mengandung cucu buyut ibu." Winda yang menjawab.

Nenek tersenyum lebar.

"Nanti siang bawa dia kesini, nenek ingin melihat istrimu."

"Iya nek, nanti siang aku akan membawanya kesini." jawab Aaric dengan yakin.

"Baiklah. Nenek tunggu, nenek sudah tidak sabar bertemu dengannya."

Aaric menganggukan kepalanya

---

Aaric memijat keningnya. Sementara sang ibu berjalan mondar-mandir di hadapannya.

"Apa yang sudah kita lakukan, kita sudah berbohong besar pada nenek." Winda tampak menyesal.

"Semua salahku Bu."

"Tidak apa-apa nak,kita ambil sisi baiknya, keadaan nenek sekarang jauh lebih baik, dia sangat bahagia mendengar kamu sudah menikah dan akan segera memberikan seorang cicit padanya."

"Ibu benar, nenek seperti tiba-tiba sembuh," jawab Aaric senang.

"Ibu akan menjemput wanita itu sekarang karena mau tidak mau kita harus membawanya untuk bertemu dengan nenek, tapi masalahnya wanita itu belum hamil, kita bahkan belum memulai prosedurnya. Bagaimana jika program itu gagal dan wanita itu tidak kunjung hamil sementara kita sudah terlanjur mengenalkannya pada nenek bahkan mengatakan jika wanita itu sedang hamil" Winda tampak sangat khawatir.

"Tidak apa-apa, aku yakin jika program itu akan berhasil Bu." Aaric menenangkan sang ibu.

"Kamu benar, kita harus yakin program itu pasti berhasil."

"Baiklah, ibu akan bersiap untuk pergi menjemput wanita itu di apartemen kita, jam makan siang nanti kamu pulanglah."

"Baik Bu. Aku pasti akan pulang."

***

"Jadi aku harus berbohong pada nenek?" tanya Naina melihat Winda.

"Iya, kita terpaksa melakukannya demi kesehatannya, dia menjadi kembali bersemangat untuk sehat dan berumur panjang ketika mendengar jika sebentar lagi dirinya akan segera mempunyai seorang cicit."

Naina terdiam.

Lagi-lagi dia harus melakukan sesuatu yang tidak disukainya, berbohong. Terlebih dia harus berbohong pada seorang nenek yang sedang sakit.

"Putraku sebentar lagi akan datang, ini pertemuan pertama kalian, tapi ibu harap kalian bisa berakting sebagai pasangan suami istri di hadapan nenek."

Naina menganggukan kepalanya.

Tak lama berselang, tiba-tiba seorang pria masuk kedalam kamar tempat dirinya dan Winda berbicara sedari tadi.

Naina berdiri dari duduknya ketika pria itu mendekati Winda.

"Nak. Kenalkan ini Naina." Winda memperkenalkan Naina pada Aaric.

Aaric melirik Naina sekilas. Dia lalu mengangguk pelan sambil kembali melihat ibunya, sementara Naina sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya, dia terus menunduk karena segan.

"Apa ibu sudah memberitahunya apa yang harus dilakukannya dihadapan nenek?"

"Sudah nak, Naina sudah siap. Sekarang kamu ajak dia masuk ke kamar nenekmu."

"Baiklah. Nona tolong ikuti saya." Aaric berjalan meninggalkan kamar, dengan diikuti Naina di belakangnya.

Akhirnya mereka berdua sampai di depan pintu kamar nenek, Aaric memutar badannya melihat Naina yang berdiri di belakangnya.

"Kita harus berpegangan tangan."

"Apa?" Naina kaget, dia mengangkat wajahnya melihat Aaric berdiri tepat di hadapannya.

Aaric tampak kaget, ekspresi wajahnya berubah.

"Sial. Dani benar! Wanita ini sangat cantik," gumam Aaric dalam hati dengan penuh takjub.

Tanpa sadar sejenak mereka saling bertatapan.

"Kita sudah suami istri dihadapan nenek, karena itu kita harus terlihat mesra didepannya. Seperti berpegangan tangan." Aaric mengangkat tangannya.

Naina tampak tidak setuju dengan ide itu, dia terlihat gugup sambil meremas kedua tangannya.

"Baiklah kalau kamu tidak mau, kita tidak usah berpegangan tangan, tapi aku minta tolong hilangkan wajah gugupmu itu, bersikaplah dengan normal, jangan membuat nenek curiga."

Naina segera mengangguk dengan cepat, dia senang karena ide berpegangan tangan tidak perlu dilakukan, kalau untuk bersikap normal Naina pikir dia bisa melakukannya.

"Kamu sudah siap?" tanya Aaric.

Naina menganggukan kepalanya. Dia menarik napas panjang ketika Aaric membuka pintu kamar nenek dengan lebar.

Naina masuk sambil tersenyum manis.

Terpopuler

Comments

Ayas Waty

Ayas Waty

udah langsung nikah saja gk usah pake program inseminasi

2023-09-18

0

Enung Samsiah

Enung Samsiah

waawww cantik ya rik,,,,riyan +dani tebakan nya pas

2023-05-23

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Ayo ubah rencanamu Aaric, nikahi Naina. Apa rela Naina diperawanin sama alat kedokteran? Cinta bisa datang belakangan yg penting nikah aja dulu 🤭🤭😁😁

2023-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!