Meninggalkan Panti.

Beberapa hari kemudian.

"Apa?" Ryan terperanjat kaget ketika dia yang baru saja datang tidak sengaja mendengar obrolan kedua sahabatnya, Dr. Dani dan Aaric yang sedang berbicara serius tentang program inseminasi.

"Apa aku tidak salah dengar? kamu akan melakukan program inseminasi?" tanya Ryan dengan sangat penasaran.

Aaric menepuk keningnya, dia merasa kesal kenapa Ryan sampai mendengar semua obrolannya dengan Dani.

"Aaric, jangan katakan kalau 'kepunyaanmu' itu tak berfungsi?" tanya Ryan dengan serius sambil menunjuk ke arah celana Aaric.

Aaric tampak tak menanggapi, hanya Dani yang terlihat tertawa cekikikan mendengar pertanyaan Ryan.

"Aku serius!" Ryan melihat Dani dan Aaric bergantian, berharap salah satu dari mereka menjawab pertanyaannya.

"Diam dan tutup saja mulutmu itu." Aaric melihat Ryan dengan kesal.

Ryan melirik Dani yang masih tertawa cekikikan.

"Neneknya meminta cicit, jadi Aaric berencana akan menyewa rahim untuk melahirkan anaknya, jadi dia akan melakukan inseminasi buatan" jelas Dani dengan masih sesekali tertawa geli.

Ryan tampak mulai mengerti. Dia menyeringai lebar.

"Kenapa harus inseminasi?kenapa tidak melakukannya dengan cara tradisional saja," ucap Ryan meledek Aaric.

Dani kembali tertawa geli, sedangkan Aaric hanya melirik Ryan dengan kesal.

"Kalau kamu tidak bisa menutup mulutmu, pergi sana! Aku dan Dani masih akan mengobrol serius."

"Baiklah-baiklah aku akan diam, silahkan kalian lanjutkan obrolan kalian, anggap saja aku tidak ada," ucap Ryan sambil tersenyum.

Aaric kembali melihat Dani.

"Sampai dimana kita tadi?"

"Wanita yang disewa ibumu masih berusia 19 tahun, dan dia masih perawan."

"Wow!!" Ryan yang kaget tak sadar mengeluarkan suara, membuat Aaric melirik kearahnya dengan kesal, membuat Ryan segera menutup mulutnya.

"Jadi?" tanya Aaric kembali kepada Dani.

"Dokter yang akan melakukan inseminasi itu awalnya ragu, tapi aku berhasil meyakinkannya, akhirnya dia memutuskan untuk terus lanjut."

"Syukurlah." Aaric terlihat bersyukur.

"Tapi yang harus kamu ketahui, peluang sukses untuk berhasilnya program inseminasi buatan ini tergantung dari beberapa faktor, akan tetapi prosedur ini sudah pasti harus dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali, harus beberapa kali, maka peluang hamil akan semakin besar."

"Prosedur awal sudah kami lakukan kemarin dengan pemberian obat hormon untuk merangsang ovarium, kita tinggal menunggu masa ovulasi atau masa subur wanita itu dan proses bisa segera dimulai."

Aaric tampak mengerti dia menganggukkan kepalanya.

"Semoga saja cukup dengan sekali atau dua kali percobaan bisa langsung positif hamil, karena aku lihat wanita itu sangat sehat dan subur," lanjut Dani.

"Dan satu lagi," tambah Dani

Aaric melihat Dani dengan serius.

"Dia sangat cantik, kamu harus bertemu dengannya karena mungkin saja kamu jatuh cinta padanya dan ingin menghamilinya secara tradisional, seperti yang Ryan katakan," ucap Dani menggoda Aaric.

Ryan terbahak mendengar perkataan Dani, lagi-lagi membuat Aaric kesal dan melemparnya dengan bantal sofa yang ada disampingnya.

"Aku serius Aaric, aku tidak bercanda. Wanita itu sangat cantik, sayang sekali jika dia harus hamil secara inseminasi apalagi dia masih perawan." Dani menutup wajahnya karena kini gilirannya akan dilempar bantal oleh sahabatnya itu.

Dani dan Ryan tertawa bersama.

"Eh.. tunggu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu Aaric. Ini serius." Ryan tetiba menghentikan tawanya, menatap Aaric dengan sangat serius.

Aaric mendengarkan dengan seksama.

"Bagaimana caramu mengeluarkan cairan milikmu itu? kamu mengeluarkannya sendiri atau---" Ryan tak menyelesaikan perkataannya karena Aaric sudah membuka sepatunya, Ryan berdiri dan berlari menghindari Aaric yang bersiap akan melemparnya.

***

"Terima kasih." Farida memeluk Winda dengan sangat erat.

"Anda adalah malaikat penolong bagi kami semua, khususnya bagi anak-anak panti," lanjut Farida dengan lelehan air mata di pipinya, dia terharu karena Winda telah membebaskannya dari semua permasalahan yang hampir membuat mereka semua hidup terlantar.

"Sama-sama. Semua ini berkat Naina yang memberi tahu saya, saya juga senang bisa membantu kalian semua," ucap Winda sambil menunjuk Naina yang berdiri di samping Farida.

"Oh iya, mengenai Naina, saya dengar Anda mau memberikannya beasiswa untuk melanjutkan kuliah ke luar negeri?" tanya Farida.

Winda menganggukan kepalanya.

"Iya, saya dengar Naina ingin melanjutkan kuliah maka saya berinisiatif untuk memberikannya beasiswa, saya harap anda mengizinkannya," jawab Winda dengan penuh harap.

"Tentu saja, mana mungkin saya melarang." Farida tampak senang.

"Syukurlah kalau begitu." ucap Winda juga tak kalah senang.

Naina yang sedari tadi tampak menunduk sambil sesekali tersenyum getir, merasakan berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya, di sisi lain dia merasa bahagia karena akhirnya semua masalah sudah terselesaikan bahkan mereka sudah memegang sertifikat asli tanah itu, namun di sisi lain Naina merasa amat sangat bersalah karena berbohong pada ibu Farida mengenai kuliah di luar negeri padahal yang sebenarnya adalah dia akan pergi untuk menyewakan rahimnya sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan Winda pada panti asuhan.

Seandainya Farida tahu akan kejadian yang sebenarnya, sudah pasti dia akan sangat marah dan menentang, namun Naina berharap semoga jika suatu hari nanti sampai Ibunya tahu mengenai hal ini, maka dia hanya ingin Farida memaafkannya dan mengerti jika dia melakukannya hanya demi ibu dan anak-anak panti.

***

"Kenapa kamu kelihatan sangat sedih, harusnya kamu bergembira karena akhirnya impianmu untuk berkuliah akan terwujud apalagi kamu akan kuliah di luar negeri." Farida memeluk Naina yang berpamitan padanya.

"Karena kita tidak akan bertemu cukup lama." Naina menghapus air matanya yang mengalir, dia tak ingin Farida melihatnya melihatnya menangis.

"Kita akan sering melakukan video call."

Naina melepaskan tangan, dia lalu menatap wajah Farida dengan lekat.

"Jaga kesehatan ibu, aku akan sering menelepon."

Farida tersenyum.

Naina mendekati satu persatu pengurus panti yang lainnya.

"Tolong jaga ibu." Naina berpamitan pada Ibu Sumi, juru masak panti, juga kepada Ibu Wati, Dewi dan lainnya.

"Kakak titip adik-adik semuanya padamu." Naina memeluk Rani, penghuni panti yang paling besar diantara semuanya.

Rani menganggukan kepalanya.

"Aku akan menjaga mereka menggantikan kakak."

"Terima kasih." Naina kembali memeluk Rani.

"Kakak Naina, jangan pergi." Salah seorang anak mendekati Naina sambil menangis.

"Bayu jangan nangis, kakak pergi tidak lama kok."

"Siapa yang akan membacakan kami cerita sebelum tidur jika kakak tidak ada?"

Naina memeluk Bayu.

"Sekarang kak Rani yang akan menjaga dan mengurus kalian, kalian semua harus janji sama kakak jika kalian akan menuruti semua perkataan kak Rani. Janji?"

Bayu mengangguk. Diikuti oleh anak-anak yang lainnya.

Naina lalu dikerumuni oleh semua anak. Mereka bergantian memeluk dan menciumi Naina.

Naina berjalan mendekati taksi yang sudah menunggunya sambil berusaha tersenyum dengan lebar dan melambaikan tangannya.

Semua orang juga membalas melambaikan tangan sambil tersenyum dengan bangga padanya, membuat Naina segera memasuki taksi karena dia sudah tidak tahan lagi ingin mengeluarkan air mata yang sedari tadi ditahannya.

Terpopuler

Comments

Nur Faris

Nur Faris

nasib naina penuh delama

2024-02-11

0

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

Miris banget nasibmu naina.... dihadapkan dg pilihan yang sulit.Semoga ini langkah awal menuju bahagiamu

2023-01-31

0

Bibit Sugiarti

Bibit Sugiarti

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-12-22

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!