Menerima Syarat

Setelah beberapa kali mencoba untuk mendatangi putra Karin yang bernama Randi, namun Farida dan Naina tidak pernah bisa berhasil bertemu dengannya dikarenakan mereka selalu datang disaat Randi sedang tidak ada di tempat, baik itu di rumah atau di kantornya.

Hal itu membuat Farida semakin putus asa dan bersedih sementara batas waktu yang diberikan Karin sebentar lagi akan habis, membuat akhirnya Farida tumbang dan jatuh sakit.

Farida sakit karena banyaknya beban yang dipikirkannya, selain nasib panti yang kemungkinan harus ditutup karena tanahnya yang akan diambil alih, tentu saja Farida juga memikirkan bagaimana dengan nasib kedepannya kesemua anak panti yang kurang lebih berjumlah sekitar delapan puluhan anak yang diasuhnya selama ini.

Ada hal lain yang juga dipikirkannya, uang bulanan yang selalu rutin dikirimkan oleh mantan suaminya yang tidak akan lagi didapatnya membuat Farida bingung darimana dia akan mendapatkan uang untuk membiayai seluruh pengeluaran panti yang tidak sedikit, walaupun masih ada donatur lainnya tetap saja semuanya tidak akan mencukupi karena mereka memberi hanya sekedarnya saja.

Selain Farida tentu saja ada Naina yang juga tak kalah sedih dan bingung ditambah kini dia harus melihat Ibu Farida sakit akibat dari semua permasalahan ini.

Hingga akhirnya dia yang sudah terlampau sedih dan kalut tidak sengaja menangis diam-diam di bawah pohon rindang di tepi lapangan. Naina tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikannya dari kejauhan.

Naina yang menangis sambil melamun terkejut ketika menyadari ada seorang wanita yang duduk di sebelahnya, dia mengenal wanita paruh baya yang duduk di sampingnya, karena dia adalah salah satu donatur tetap panti asuhan ini. Ibu Winda.

"Saya akan membantumu untuk keluar dari semua permasalahan ini," ucap Winda ketika Naina memberi tahu semua permasalahan panti karena desakannya.

"Maksud anda, Nyonya?" tanya Naina tak mengerti.

"Saya akan membeli lahan ini dan memberikannya padamu, menjadi atas namamu. Saya juga akan menjamin seluruh pengeluaran panti ini setiap bulan, kalau perlu saya akan merenovasi panti ini agar menjadi lebih bagus lagi."

Mata Naina terlihat berbinar.

"Benarkah itu Nyonya?"

Winda menganggukan kepalanya.

"Tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Begini.."

Winda lalu memberikan syarat dimana Naina harus mau menyewakan rahimnya untuk mengandung benih dari putranya.

Tentu saja hal itu membuat Naina syok berat, bagaimana tidak, Nyonya di depannya ini ingin agar dirinya mengandung cucunya tanpa adanya pernikahan terlebih dahulu, walaupun dia tahu proses pembuahan akan dilakukan secara inseminasi buatan namun tetap saja itu dosa besar menurut agama yang dianutnya.

Akhirnya Naina meminta waktu untuk berpikir, dia harus memikirkan ini secara matang karena syarat yang begitu berat, namun Naina juga berpikir jika dia tak bisa bisa langsung menolaknya karena mungkin hanya Winda yang bisa menolongnya saat ini.

***

Naina memasuki sebuah kafe yang tidak terlalu jauh dari panti. Dia berjalan memasuki Kafe lebih dalam sampai Naina melihat Winda sedang duduk menunggunya.

Naina berjalan mendekati Winda.

"Silahkan duduk." Winda yang selalu tampak anggun dengan wajahnya yang berseri lalu berdiri menyambut Naina dan mempersilahkannya untuk duduk.

"Mau minum apa?"

"Apa saja Nyonya."

Winda tersenyum ramah.

"Jangan panggil saya Nyonya, panggil saja saya ibu, karena sepertinya saya seumuran dengan ibu Farida."

"Baik. Ibu." jawab Naina sambil tersenyum kecil.

Winda lalu memanggil pelayan dan memesan sebuah minuman untuknya dan Naina.

"Bagaimana kabar ibu Farida sekarang? Apa beliau masih sakit?"

"Sudah lebih baik." jawab Naina pelan.

"Syukurlah, saya senang mendengarnya, ibu Farida orang baik, sudah lama saya mengenal beliau, permasalahan ini pasti membuatnya sangat sedih dan tertekan."

Naina terdiam.

"Oh ya, kamu menelepon saya dan mengajak untuk bertemu, apa kamu sudah ada jawaban atas syarat yang saya berikan?"

Naina terdiam tidak segera menjawab, dia tampak gugup karena terus meremas kedua tangannya sambil menundukkan kepalanya.

"Saya. Saya bersedia atas semua syarat yang anda berikan," jawab Naina dengan suara yang gemetar.

Winda tampak senang.

"Benarkah? Terima kasih, saya senang sekali mendengarnya." Winda tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Tapi anda tolong penuhi semua janji-janji anda untuk membereskan semua masalah di panti dan satu hal lagi, jangan sampai ibu saya mengetahui semuanya."

Winda terdiam. Dia mengerti dengan permintaan Naina untuk menyembunyikan perihal inseminasi itu pada Ibu Farida.

"Tentu saja, kita harus merahasiakannya. Itu malah lebih baik, tidak ada yang boleh mengetahuinya. Tapi apa yang akan kita katakan pada ibumu? Kalau masalah tanah dan jaminan pengeluaran panti yang akan saya tanggung setiap bulannya ibumu pasti akan mengerti karena dia tahu saya suka berderma, kami sama-sama penyayang anak terlantar, tapi bagaimana denganmu? selama kehamilanmu nanti kamu tidak bisa bertemu dengan ibumu."

"Itu juga yang saya pikirkan, saya tidak pernah pergi meninggalkan ibu saya apalagi dalam waktu selama itu."

Winda tampak terdiam berpikir keras.

"Apa kamu kuliah?"

Naina menggelengkan kepalanya.

"Saya hanya tamatan Sekolah Menengah Atas."

Winda tampak senang.

"Katakan saja kalau aku memberikanmu beasiswa untuk melanjutkan kuliah di luar negeri."

Naina tampak berpikir.

"Sepertinya itu ide yang bagus, ibu sangat tahu jika aku sangat ingin melanjutkan kuliah."

"Bagus kalau kamu setuju," Winda tampak sangat bahagia.

"Maaf, boleh saya menanyakan sesuatu?"

"Tentu saja."

"Apa setelah anak itu lahir saya tidak bisa bertemu dengannya lagi?"

Winda tampak kaget mendengar pertanyaan Naina.

"Seharusnya seperti itu, setelah anak itu lahir, kami akan langsung mengambilnya darimu, setelah kamu pulih setelah melahirkan nanti, aku akan memberikan uang yang sangat banyak padamu, kamu bisa melanjutkan hidupmu, bisa kembali ke panti atau memulai kehidupanmu sendiri."

Naina terlihat sedih mendengar jawaban Winda.

"Apa kamu bersedia jika seperti itu?"

Naina terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan.

"Saya bersedia."

***

"Ibu sudah menemukan wanita yang cocok?" tanya Aaric ketika Winda mendatangi kantornya setelah dia bertemu Naina di kafe tadi.

"Iya, dan kita beruntung karena dia mau menyewakan rahimnya pada kita."

Aaric tersenyum getir.

"Wanita mana yang akan menolak jika ibu menjanjikan uang yang sangat banyak."

Winda tersenyum.

"Kamu benar, ibu harus mengeluarkan uang yang sangat banyak, tapi biarlah karena semua uang yang kita keluarkan tidak ada artinya dengan kebahagiaan yang akan dirasakan nenek nanti."

Aaric mengangguk.

"Jadi kapan kita akan mulai, Bu"

"Besok ibu akan membawa gadis itu ke Dr. Daniel untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu, kita harus yakin gadis itu sehat dan tidak ada penyakit, semua itu sangat penting karena dia akan melahirkan anakmu."

"Iya, aku percayakan semuanya pada ibu."

"Apa kamu tidak ingin bertemu dengannya dulu?"

"Nanti saja, setelah dia dinyatakan positif hamil, aku akan bersamanya untuk menemui nenek dan mengatakan pada nenek jika dia adalah istri yang diam-diam aku nikahi."

"Baiklah kalau begitu."

Terpopuler

Comments

itanungcik

itanungcik

lanjut bestie..

2023-04-10

0

❣@Sha_Putrie❣

❣@Sha_Putrie❣

apa ini sama dengan Surogate?

2023-02-24

0

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

semoga terjadi pernikahan walaupun cuma siri.Biar halal hubungannya.Anda telah memilih wanita yg tepat

2023-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!