Sebuah Keputusan..

Beberapa Hari Kemudian.

Aaric berjalan dengan lesu memasuki rumah mewahnya yang besar namun terasa sangat sunyi dan sepi padahal waktu masih menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

"Nak."

Aaric terkejut mendengar suara ibunya memanggil, dia melihat tak seperti biasanya ibunya itu duduk di kursi depan kamarnya seolah sedang menunggunya.

"Ibu, apa yang ibu lakukan disini? kenapa ibu belum tidur?"

"Ada yang ingin ibu katakan padamu."

Aaric mendesah, dia lalu duduk di kursi di samping ibunya.

"Aku tahu apa yang akan ibu katakan," ucap Aaric pelan.

Winda terdiam sejenak.

"Nak..nenek menunggumu membawa calon istrimu kesini untuk dikenalkan pada kita, dia sepertinya sudah tidak sabar lagi. "

"Aku tahu," jawab Aaric pelan sambil menunduk.

"Tapi ibu tahu kalau sebenarnya kamu tidak sedang dekat dengan seorang wanita pun."

Aaric semakin menundukkan kepalanya.

"Nak, karena janjimu kepadanya nenek akhir-akhir ini sangat bahagia dan bersemangat, dia bahkan meminum obatnya dengan teratur, beliau bilang belum ingin mati dan masih ingin berumur panjang untuk melihat anakmu."

"Sangat berbeda ketika kamu mengatakan jika kamu masih belum ingin menikah, nenek terlihat sedih dan putus asa, dia bahkan tidak meminum obatnya sehingga penyakitnya kembuh lagi."

Aaric menutup wajahnya dengan kedua tangan.

"Kita tidak bisa terus-terusan seperti ini, jangan biarkan nenek mengharapkan sesuatu yang tidak pasti." tambah Winda lagi.

Aaric terdiam sejenak.

"Ibu." Aaric meligat ibunya.

"Aku serahkan semuanya pada ibu," ucap Aaric pasrah.

"Maksud kamu nak?" tanya Winda tak mengerti.

"Carikan aku wanita yang cocok untuk mengandung anakku."

Winda tampak terkesiap mendengar perkataan Aaric.

"Maksudmu kamu bersedia di jodohkan?" tanya Winda mencoba menebak.

Aaric terdiam.

Winda tampak berseri-seri.

"Benarkah itu nak?"

"Iya Bu. Aku serahkan semuanya pada ibu, mari kita buat nenek bahagia."

Winda mendekati putranya lebih dekat.

"Akhirnya, kamu memutuskan sesuatu yang benar nak," ucap Winda sambil memeluknya.

"Banyak anak sahabat ibu yang pasti bersedia menikah denganmu, mereka cantik dan pasti cocok denganmu karena mereka bukan orang sembarangan, mereka satu level dengan kita, putri pengusaha kaya, pokoknya kamu pasti---"

"Ibu." Aaric memotong pembicaraan ibunya.

"Ibu, maksud aku program inseminasi itu," lanjut Aaric.

"Apa?" Winda tampak kaget.

"Carikan aku wanita yang mau dititipi benihku dan melahirkan anakku saja karena Nenek hanya ingin cucu kan?"

Winda terdiam.

"Mari kita wujudkan keinginannya, memberikannya seorang cicit yang akan menjadi penerus keluarga Widjaja dan pewaris perusahaan kita."

"Tapi nak--"

"Untuk hal lainnya biar aku yang urus jika anak itu sudah lahir, katakan saja itu anak dari pernikahan rahasiaku, semua pengusaha muda sepertiku pasti pernah mempunyai skandal perkawinan yang ditutupi."

"Apa ini berarti kamu memang tidak berniat untuk menikah?" tanya Winda dengan serius.

"Aku pasti akan menikah Bu, hanya saja aku ingin menikah dengan wanita pilihanku sendiri karena aku mencintai, menginginkan dan membutuhkannya, bukan menikah seperti ini, karena paksaan orang lain."

"Lalu apa yang akan kita katakan pada nenek?"

Aaric mendesah pelan.

"Katakan saja aku dan wanita inseminasi itu sudah menikah diam-diam. Kita terpaksa harus berbohong Bu." Aaric terlihat penuh sesal.

Winda lagi-lagi terdiam.

"Baiklah kalau begitu nak," ucap Winda pelan.

Aaric mengangguk.

"Oh iya Bu, pastikan cari wanita yang tepat, karena dia akan melahirkan anakku jadi cari wanita yang pantas menjadi ibu dari anakku, pastikan juga dia akan menutup mulut setelah anak itu lahir, ibu harus membayarnya dengan banyak agar dia tidak membuka mulutnya pada orang lain karena setelah anakku lahir nanti kita tidak akan berhubungan lagi dengannya."

Winda mengangguk pelan.

"Aku percayakan semuanya pada ibu, beritahu aku jika semuanya sudah siap, dan untuk dokter, aku akan menyuruh dokter Dani, orang kepercayaanku untuk mengurus semua hal tentang inseminasi buatan itu."

"Nak, ibu sadar yang akan kita lakukan ini salah, ibu tahu kamu terpaksa menerima ide ibu ini demi nenek, tapi semoga ini yang terbaik."

Aaric mengangguk.

"Iya, semuanya demi Nenek."

***

"Bagaimana?" tanya Winda dengan lembut melihat gadis di depannya yang sedari tadi tampak terdiam karena berpikir keras.

"Boleh saya pikirkan dulu?" tanya gadis polos itu dengan suara pelan dan gemetar.

"Tentu saja. Tapi saya hanya akan memberikan kamu waktu dua hari karena saya tidak punya banyak waktu lagi, saya harap kamu menerimanya karena kamu tipe wanita yang saya cari."

Gadis itu mengangguk pelan.

"Baiklah, saya akan kembali dua hari lagi, tapi jika seandainya sebelum jangka waktu yang saya berikan habis dan kamu sudah mengambil keputusan, silahkan hubungi saya di nomor ini." Winda memberikan sebuah kartu nama pada gadis itu.

Gadis itu menerimanya dengan tangan sedikit gemetar.

"Pikirkan baik-baik, nasib panti asuhan ini sekarang ada di tanganmu," ucap Winda sebelum pergi.

Gadis itu mengangguk sambil menundukkan kepalanya ketika Winda pamit pergi meninggalkannya.

Naina Haya

Itu nama yang diberikan Farida, kepala Panti Asuhan pada seorang bayi perempuan yang baru saja di temukannya karena ditinggalkan dengan sengaja oleh seseorang di depan gerbang Panti Asuhan yang di kelolanya sembilan belas tahun yang lalu.

Seperti bayi dan anak lainnya yang memiliki nasib yang sama dimana harus tumbuh besar tanpa ada sosok orang tua kandung di sampingnya, Naina tumbuh besar di lingkungan Panti, dirawat dan dibesarkan dengan limpahan kasih sayang oleh Farida dan pengurus lainnya.

Hari berganti hari, waktu terus berjalan terasa cepat, Naina tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu dan cantik, membuat hampir setiap calon orang tua asuh yang datang untuk mengadopsi anak jatuh hati padanya, beberapa kali Naina diambil dan akan diadopsi oleh beberapa keluarga, namun tak sampai tiga hari mereka kembali dan mengembalikan Naina kepada Farida. Kesemuanya mempunyai alasan yang sama, karena Naina yang terus-menerus menangis sebab ingin kembali ke Panti, kembali kepada ibu Farida yang sudah dianggapnya seperti ibu kandungnya sendiri.

Itu semua karena memang kedekatan diantara keduanya sudah terlalu lekat tidak seperti anak yang lainnya membuat Naina betul-betul menyayangi Farida dan tidak mau berpisah dengannya, begitu juga dengan Farida yang sebenarnya juga sangat berat untuk memberikan Naina pada calon orang tua asuhnya.

Akhirnya Farida membuat satu keputusan jika Naina tidak akan diberikan lagi kepada siapapun untuk diadopsi, dia ingin Naina tinggal di panti bersamanya sekalian membantunya mengurus anak-anak panti yang lainnya, hingga akhirnya hingga pada umurnya sekarang yang menginjak usia sembilan belas tahun.

---

Naina terduduk lemas di bawah rindangnya pohon sambil melihat sekumpulan anak-anak panti yang sedang bermain di lapangan, dia kembali mengingat perkataan ibu Winda, seorang donatur tetap panti yang memintanya untuk bersedia menyewakan rahimnya.

"Demi panti agar tidak digusur dan ditutup, demi Ibu yang sekarang sudah sakit-sakitan, dan demi anak-anak agar tidak terlantar, aku harus menerima tawaran ibu Winda, karena hanya ini satu-satunya jalan keluar."

Terpopuler

Comments

Shella Shilvyliana

Shella Shilvyliana

rasa2 pernah baca ceritamu Thor,,/Hey//Hey//Hey/tapi aku lupa2 inget,,,🤔🤔🤔

2024-02-09

0

itanungcik

itanungcik

semangat naina.. lanjut bestie..

2023-04-10

0

Ika Ratna🌼

Ika Ratna🌼

Akhirnya menemukan wanita yg tepat untuk mengandung benihmu.Pelan namun pasti,suatu hari nanti akan jatuh hati🥰

2023-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Aaric Widjaja
2 Nenek.
3 Sebuah Janji..
4 Sebuah Keputusan..
5 Sengketa Panti Asuhan
6 Menerima Syarat
7 Meninggalkan Panti.
8 Pertemuan Pertama.
9 Bertemu Nenek.
10 Ada Yang Aneh.
11 Inseminasi yang Gagal.
12 Kesepakatan.
13 Haruskah Jujur.
14 Lihat Wajahku!
15 Menikah.
16 Tidak Harus Malam Ini
17 Keguguran.
18 Menyuapi Makan.
19 Menangis.
20 Mendatangi Panti.
21 Memeluk.
22 Menginap Lagi..
23 Bermain Bola.
24 Cemburu.
25 Mengutarakan.
26 Akhirnya.
27 Inseminasi Lagi?
28 Menghilangkan Ketakutan.
29 Bulan Madu.
30 Berdansa..
31 Film.
32 Malam Pertama.
33 Terbongkar..
34 Berpisah..
35 Cerita Farida.
36 Utusan Aaric.
37 Jangan Berpisah Lagi.
38 Kapal Pesiar.
39 Kapal Pesiar 2.
40 Kakak Lagi?
41 Rekam Medis.
42 Kejujuran Axel.
43 Hujan Lebat.
44 Kedatangan Damar.
45 Penyakit Tari.
46 Resepsi.
47 Tak Ada Rasa Lagi.
48 Berpapasan.
49 Wisnu.
50 Rahim Titipan
51 Pesta.
52 Kebimbangan Wisnu.
53 Memberitahu Aaric.
54 Kebingungan Aaric.
55 Memberitahu Naina.
56 Mengetahui Semuanya.
57 Kebohongan Wisnu.
58 Kedatangan Farida.
59 Kemarahan Aaric.
60 Rasa Kemanusiaan
61 Balkon
62 Hamil.
63 Makan Malam Bersama
64 Apa Salahku?!
65 Rujak Panti.
66 Kritis
67 Hanya Simpati.
68 Nasihat Winda.
69 Ke Jerman.
70 Pendonor.
71 Salah Paham.
72 Bertemu Tari.
73 Kedatangan Seorang Wanita.
74 Nisa
75 Balas Dendam.
76 Rencana Nisa.
77 Farida Dan Nisa.
78 Memulai Pembalasan Dendam
79 Memulai Pembalasan Dendam 2.
80 Wisnu Memohon.
81 Menghasut
82 Kesedihan Naina.
83 Bersujud.
84 Meminta Maaf.
85 Kemunculan Kakak Beradik.
86 Hormon Kehamilan.
87 Senam Hamil.
88 Persekongkolan.
89 Mempermalukan Nisa.
90 Terungkap Semuanya.
91 Pengorbanan Seorang Ayah.
92 Tertangkap.
93 Balasan untuk Thomas.
94 Kritis.
95 Kedua Putri.
96 End.
97 My Love My Babysitter.
98 Di Balik Cadar Aisha
99 DI BALIK CADAR
100 Demi Yumna
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Aaric Widjaja
2
Nenek.
3
Sebuah Janji..
4
Sebuah Keputusan..
5
Sengketa Panti Asuhan
6
Menerima Syarat
7
Meninggalkan Panti.
8
Pertemuan Pertama.
9
Bertemu Nenek.
10
Ada Yang Aneh.
11
Inseminasi yang Gagal.
12
Kesepakatan.
13
Haruskah Jujur.
14
Lihat Wajahku!
15
Menikah.
16
Tidak Harus Malam Ini
17
Keguguran.
18
Menyuapi Makan.
19
Menangis.
20
Mendatangi Panti.
21
Memeluk.
22
Menginap Lagi..
23
Bermain Bola.
24
Cemburu.
25
Mengutarakan.
26
Akhirnya.
27
Inseminasi Lagi?
28
Menghilangkan Ketakutan.
29
Bulan Madu.
30
Berdansa..
31
Film.
32
Malam Pertama.
33
Terbongkar..
34
Berpisah..
35
Cerita Farida.
36
Utusan Aaric.
37
Jangan Berpisah Lagi.
38
Kapal Pesiar.
39
Kapal Pesiar 2.
40
Kakak Lagi?
41
Rekam Medis.
42
Kejujuran Axel.
43
Hujan Lebat.
44
Kedatangan Damar.
45
Penyakit Tari.
46
Resepsi.
47
Tak Ada Rasa Lagi.
48
Berpapasan.
49
Wisnu.
50
Rahim Titipan
51
Pesta.
52
Kebimbangan Wisnu.
53
Memberitahu Aaric.
54
Kebingungan Aaric.
55
Memberitahu Naina.
56
Mengetahui Semuanya.
57
Kebohongan Wisnu.
58
Kedatangan Farida.
59
Kemarahan Aaric.
60
Rasa Kemanusiaan
61
Balkon
62
Hamil.
63
Makan Malam Bersama
64
Apa Salahku?!
65
Rujak Panti.
66
Kritis
67
Hanya Simpati.
68
Nasihat Winda.
69
Ke Jerman.
70
Pendonor.
71
Salah Paham.
72
Bertemu Tari.
73
Kedatangan Seorang Wanita.
74
Nisa
75
Balas Dendam.
76
Rencana Nisa.
77
Farida Dan Nisa.
78
Memulai Pembalasan Dendam
79
Memulai Pembalasan Dendam 2.
80
Wisnu Memohon.
81
Menghasut
82
Kesedihan Naina.
83
Bersujud.
84
Meminta Maaf.
85
Kemunculan Kakak Beradik.
86
Hormon Kehamilan.
87
Senam Hamil.
88
Persekongkolan.
89
Mempermalukan Nisa.
90
Terungkap Semuanya.
91
Pengorbanan Seorang Ayah.
92
Tertangkap.
93
Balasan untuk Thomas.
94
Kritis.
95
Kedua Putri.
96
End.
97
My Love My Babysitter.
98
Di Balik Cadar Aisha
99
DI BALIK CADAR
100
Demi Yumna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!