Wardah berjalan menuju kantin sekolah, tempat dimana ia sudah berjanji bertemu dengan kedua sahabatnya Rizal dan Putri. Hari itu Putri sudah berjanji untuk mentraktir mereka makan bakso. Kantin itu terletak di belakang gedung sekolah, tepatnya di ujung lapangan tempat biasanya digunakan untuk praktek olahraga dan upacara.
" War, kemari!!!..., duduk sini dulu. Sudah aku pesankan bakso!!", suara Putri terdengar antusias saat melihat sosok Wardah yang kian dekat menuju kantin. Rizal yang duduk di sampingnya, sontak menutup kedua telinganya, "Waduh, suaramu seperti petir, Put! " ucapnya.
Putri, mencubit lengan Rizal kesal. "Adu duh, Ya Alloh.... Kamu kok sukanya KDRT ke aku sih, Put ?". Keluh Rizal memelas, sambil mengelus elus lengannya yang terkena cubitan maut Putri. " Memang kamu yang selalu saja mulai duluan, Zal ", ketus Putri sambil mengangkat tangan hendak mencubit lagi, tapi Rizal segera bangkit menghindar.
" Astaghfirullah, anak dua ini, ditinggal sebentar sudah berantem saja...)", ucap Wardah sambil mendudukkan dirinya di bangku kantin.
" Rizal ini lho War, mulai duluan. Selalu saja, sebel aku... .", adu Putri sambil meraih lengan Wardah dan mengoncangnya dengan manja.
Rizal mencebikkan bibirnya mengejek. Putri meliriknya dengan sengit, " Lha itu lihatlah War, itu...itu...ish!!!", adunya lagi. Wardah menghela nafas, bagaimana nanti mereka saat dibangku SMA, dimana tidak ada dirinya sebagai penengah. Wardah berdoa dalam hati semoga nanti Rizal dan Putri tidak duduk dalam satu kelas.
Rizal dan Putri berhenti saling ledek saat ibu kantin mengantar pesanan mereka. Ketiganya kompak memesan bakso, karena memang hanya itu makanan berat yang tersedia di kantin sekolah. Itupun rasanya beda jauh dengan bakso yang dijual di pasar desa. Tapi karena tidak ada pilihan lain akhirnya tetap laris juga.
" War, kamu jadi kerja ikut warungnya Bude Warni?", Rizal membuka percakapan saat bakso di mangkuknya sudah tandas. Wardah yang masih menguyah baksonya hanya bisa menganggukkan kepala. " Ish....bakal sepi tidak ada kamu War...", keluh Rizal dengan mimik di buat seperti akan menangis.
" Halah...tidak keliru kah? Yang benar bakal sepi kalau tidak ada Putri. Sebenarnya kamu ini sedih karena tidak ada yang mengajari kalau ada PR Matematika, Fisika, Kimia, Geografi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Pp hmp.."
" Stop! Berhenti! ...sudah berhenti, diamlah War, jangan buka rahasiaku disini. Waduh gawat...gawat..", sahut Rizal sambil menjejalkan pisang goreng yang hendak dimakannya ke mulut Wardah.
Matanya panik melirik beberapa adik kelas yang juga ada di kantin. Putri tertawa terkikik kikik, dia tahu Rizal memang jaim di hadapan adik-adik kelas. Rizal terkenal sebagai cowok idola di SMP itu. Apalagi dia pernah menjabat sebagai ketua OSIS. Dan banyak yang dibuat patah hati karena ditolak ungkapan cintanya.
Untuk ukuran anak laki-laki di desanya, Rizal termasuk lumayan tampan. Ditunjang kulit yang bersih dan tubuhnya termasuk yang paling tinggi diantara teman sebayanya. Apalagi anak dari juragan kaya, paket lengkap sudah. Maka banyak anak perempuan mengirimkan surat cinta kepadanya. Tapi tak ada satupun yang diterimanya. Alasannya ia ingin fokus belajar untuk meraih cita-citanya sebagai abdi negara. Tapi alasan yang sebenarnya hanya Rizal sendiri yang tahu.
Sedangkan Putri adalah anak kepala desa yang juga seorang pemilik kebun mangga terbesar di desa tersebut. Putri memiliki seorang kakak laki-laki yang saat ini sudah menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi negeri di Ibukota Provinsi Jawa Timur.
Tubuhnya kurus, dengan tinggi badan yang sama dengan Wardah. Namun berkulit kuning langsat, berambut hitam lurus dan berwajah cantik. Namun tidak ada yang berani menyatakan cinta kepadanya. Karena keluarga secara turun-temurun menjabat sebagai petinggi di desa itu, sehingga timbul rasa segan.
Apalagi ayah Putri dikenal sangat protektif pada Putri semata wayangnya. Meskipun rumah mereka berhadap-hadapan dengan pintu gerbang sekolah, tetap saja sang Ayah akan mengantar Putri sampai depan pintu gerbang sekolah dan menjemputnya pulang.
Begitupun jika ada kegiatan belajar kelompok, maka kemanapun tempatnya Ayahnya begitu setia mengantar dan menjemput Putri. Saat kegiatan berkemah Pramuka pun Ayahnya pasti akan mengunjungi dan menjemput di tempat perkemahan. Memang sungguh seorang Putri kesayangan.
Persahabatan Wardah dan Putri dimulai dari bangku sekolah dasar. Karena bersekolah di SD yang sama dan tinggal di desa yang sama pula. Sedangkan persahabatan Wardah dengan Rizal dimulai jauh sebelumnya. Karena Ayah Wardah bekerja pada Ayah Rizal sebagai merawat ternak.
Bisa dikatakan mereka bersahabat sejak masih balita. Ibu Wardah dulunya adalah pembantu rumah tangga di rumah Rizal. Namun setelah terkena pre eklamsia saat mengandung Laila dan terpaksa melahirkan lewat operasi karena belum cukup bulan. Kondisi kesehatannya menurun drastis. Ibunya tak lagi mampu melakukan pekerjaan berat, sehingga memutuskan untuk berhenti bekerja.
Itu sebabnya Wardah lebih dapat memahami sifat Rizal daripada Putri. Karena itu pula Wardah sebenarnya tahu Rizal telah menaruh hati pada Putri, namun Rizal tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan isi hatinya pada Putri. Yang terjadi malah dia selalu menjahili Putri.
Sebagai anak satu-satunya, Rizal tidak dididik dengan manja. Ayahnya terkenal tegas namun baik hatinya. Sejak kecil Rizal sudah di ajak untuk merawat kebun, sawah dan ternak milik ayahnya. Dengan harapan sang anak meneruskan usahanya. Sedangkan Rizal sendiri bercita-cita menjadi anggota TNI. Untuk cita-citanya ini hanya Wardah dan Putri yang tahu. Rizal masih belum berani mengutarakan kepada sang ayah.
Kembali kepada tiga orang sahabat di kantin yang kini berdiri saling berangkulan. Terlihat Rizal seperti seorang ayah yang sedang merangkul kedua anak gadisnya, karena tinggi badannya yang menjulang.
Putri terlihat menyeka air matanya, sesaat tadi Wardah telah menyampaikan selamat dan salam perpisahan untuk mereka. Rizal dan Putri akan sibuk dengan pendaftaran ke jenjang SMA sedangkan Wardah tiga hari lagi sudah mulai bekerja di warung Bude Warni.
Mereka berjanji akan terus bersahabat dan menjalin komunikasi meski jarak memisahkan. Mereka sadar, hidup terus akan berjalan dan mereka harus menjalani pilihan yang sudah mereka pilih sendiri untuk masa depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
vi
/Sob//Sob/
2024-10-01
0
Sarita
sedih banget rasanya .cita cita kandas karena kemiskinan 😭😭😭😭
2024-07-26
0
Muawanah
menarik...
dah aku ksh vote nieh kak😊
2024-07-25
0