"Ve, kemarin kau menikah tiba-tiba sekali, maaf aku tidak bisa datang." Ucap sahabatnya Velerie yang bernama Jolie. Sebenarnya kalau boleh jujur Jolie benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Velerie yang begitu aneh. Padahal dia sedang menjalin hubungan dengan teman kampusnya yang bernama Benjamien. Pria itu adalah salah satu pria tampan yang menjadi sorotan dan menjadi tokoh favorit karena selain memiliki paras rupawan, Benjamien benar-benar sangat aktif dalam kehidupan sosial. Dia sangat baik, juga setiap kepada Velerie.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan tentang ku, Jolie. Tapi semua terjadi begitu cepat, aku tidak bisa menjelaskan seberapa hancur hatiku sekarang, aku juga tidak tahu bagaimana aku akan menghadapi Benjamien."
Jolie menghela nafasnya, dia ingat benar kemarin Benjamien benar-benar seperti orang terlihat putus asa. Dia sedih sekali hingga seharian tak mengeluarkan suara apapun dan bahkan memilih untuk menjauh dari teman-temannya hanya untuk duduk merenung.
"Ah, itu dia Benjamien!" Ucap Jolie saat melihat Benjamien berjalan ke arahnya dengan cepat. Melihat itu Jolie tersadar kalau yang harus dia lakukan sekarang adalah menjauh dari Velerie karena Benjamien pasti datang hanya untuk bicara dengan Velerie kan?
Velerie menunduk tak berdaya begitu Benjamien sampai di depannya, mengalihkan pandangan karena sungguh dia tidak siap untuk berhadapan langsung dengan Benjamien.
"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya Benjamien yang membuat Velerie hanya bisa mengangguk tanpa menatap Benjamien.
Beberapa saat kemudian.
Benjamien dan Velerie kini berada di taman kampus untuk bicara. Benjamien benar-benar beruntung bisa cepat menemui Velerie, maklum saja Velerie terus menghindarinya sejak mengatakan untuk putus satu hari sebelum Velerie menikah dengan Rodez.
"Kau benar-benar kejam, kau tahu benar kan?"
Velerie semakin menundukkan kepalanya tak berniat menatap Benjamien. Iya, benar dia memang sangat kejam dan tega. Selama ini mereka berdua sudah banyak menghabiskan waktu bersama, melakukan kegiatan sosial bersama, bahkan mereka juga sudah sering membicarakan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus kuliah, dan tentu saja mereka ingin terus bersama.
"Kenapa kau terus diam? Saat kau mengatakan untuk kita berpisah saja, dan aku hanya alasannya, kau hanya diam seperti ini. Lalu kau menikah dan kau juga hanya diam tak mengatakan apapun. Ve, kalau di matamu aku ini hanya orang yang tidak penting, tapi jangan lupa kalau di mataku kau adalah gadis yang sangat penting untukku."
Velerie mencengkram tas yang sejak tadi berada di pangkuannya. Sungguh kesal sekali karena dia tidak bisa mengatakan apa alasannya, dia terlalu takut dan yakin kalau dia menceritakan alasan yang sebenarnya Benjamien hanya akan menganggap itu alasan semata yang bodoh.
"Setidaknya beritahu aku apa yang terjadi, biarkan aku tahu apa yang terjadi, dan apa yang kau pikirkan supaya aku mengerti dan memahami mu."
Velerie menghela nafasnya, berpikir sebentar sebelum dia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.
"Apa kau benar-benar akan percaya?"
Benjamien menatap Velerie yang masih saja menunduk tak sekalipun menatap Benjamien. Tentu saja itu mengganggu karena sebelumnya Velerie sama sekali tak pernah seperti ini. Benjamien meraih dagu Velerie, menuntunnya untuk menatap ke arahnya agar Velerie bisa melihat bahwa dia akan benar-benar mempercayai apa yang akan di katakan Velerie nantinya.
"Ve, aku tidak pernah tidak mempercayai mu, kau tahu benar tentang itu kan?"
Velerie terus menatap kedua bola mata Benjamien, mencari tahu apakah benar apa yang di katakan atau tidak. Saat dia benar-benar merasa yakin, barulah Velerie memutuskan untuk mengatakan segalanya.
"Orang tuaku, dia memaksa untuk menikahi Rodez. Aku sudah menolaknya dengan keras, aku sudah memohon dengan segala cara tapi orang tuaku justru menekan dengan segala cara. Aku tidak tahu bagaimana menjalani semua ini, aku tidak mau menikah dengan orang cacat dan jahat itu, aku tidak mau!" Velerie tak bisa lagi menahan laju air matanya yang tumpah begitu banyak membuat Benjamien benar-benar tidak tega. Segera Benjamien membawa Velerie untuk masuk ke dalam pelukannya, mengusap punggung Velerie dengan lembut dan membiarkan Velerie menangis di sana.
"Baiklah, tidak usah di lanjutkan lagi. Aku percaya padamu, aku tahu kau tidak akan pernah membohongiku.Tennanglah, apapun yang terjadi aku akan tetap ada untukmu, tidak akan ada yang berubah tentang kita."
Benjamien bukan sembarangan mengatakan itu, dia benar-benar tidak rela berpisah dengan Velerie. Di kemudian hari apapun yang terjadi Benjamien akan tetap berada di depan untuk menjaga Velerie dan tetap menyayanginya sebagai gadis spesial di hatinya.
Setelah puas menangis di pelukan Benjamien, Velerie memutuskan untuk menyibukkan diri, ikut kemana Benjamien akan menemui anak-anak terlantar di salah satu panti asuhan.
Velerie benar-benar melupakan segala masalahnya karena sibuk bermain dengan anak-anak panti asuhan yang lucu.
Melihat bagaimana Velerie begitu bahagia dan bersemangat, Benjamien benar-benar merasa bahagia. Segala yang terjadi tentu saja sudah kehendak Tuhan, tapi Benjamien hanya bisa berdoa dan memohon maaf karena hatinya tidak akan mungkin bisa menerima dan siap kehilangan Velerie.
Pukul tujuh malam, ini adalah saat di mana Velerie, Benjamien dan yang lainnya harus segera kembali ke rumah mereka masing-masing.
"Apa tidak apa-apa kau pulang malam? Kita butuh sekitar dua jam perjalanan, apa pria itu memungkinkan akan mengamuk?" Tanya Benjamien.
Velerie menghela nafasnya.
" Memangnya bisa apa dia? Pernikahan kami ini benar-benar tidak masuk akal. Aku tidak menginginkannya, dia juga sama. Kami tidur di kamar yang terpisah, kami juga tidak memiliki hal untuk di bicarakan sehingga jarang sekali kami bicara."
Benjamien merasa lega, ternyata mereka tidur terpisah.
Sesampainya di rumah.
"Dari mana saja kau?" Tanya Rodez begitu Velerie sampai di rumah. Entah sejak kapan Rodez menunggunya di depan pintu utama, tapi melihat bagaimana sorot mata Rodez, dia sudah cukup menjelaskan bahwa dia terlihat kesal sekali.
Velerie berjalan masuk setelah menghela nafas.
"Bukan urusanmu."
Mendengar jawaban yang begitu ketus, kalimat yang di ucapkan juga begitu menyadarkan jika Rodez bukanlah orang yang pantas bertanya seperti itu, akhirnya Rodez mulai merasa kesal.
"Begitukah? Bahkan pernikahan kita di gelar dua hari yang lalu dan kau sudah lupa?"
Velerie berbalik, menatap Rodez dengan tatapan kesal juga tajam.
"Kalau begitu, bagiamana jika kita bercerai sekarang? Aku, benar-benar tidak ingin menjadi istrimu. Padahal ada Bibi Julia, kenapa harus aku? Apa kau pikir aku Sudi menjadi perawat untukmu?"
Rodez benar-benar tidak bisa menerima apa yang di katakan Velerie.
"Benarkah? Kau kira aku membutuhkan perawat? Itu benar-benar ide yang bagus, kalau begitu akan aku kabulkan ucapan mu barusan."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Istrinya minkyung
di tunggu kelanjutannya
2023-07-12
0
Deniza Azahra
🤪🥰🥰🥰
2023-07-12
0
rosediana
ditunggu ya kak update nya
2023-07-12
0