Nyonya Dimitri langsung bergerak mendekati Putrinya, memeluk erat-erat dan menguatkan dirinya. Sejak perjodohan di antara Velerie dan Rodez di batalkan beberapa waktu lalu, Velerie sempat merasa begitu hancur, tidak mudah untuknya bangkit dan pada akhirnya fokus dengan kuliah dan dia juga sudah memiliki banyak sekali kegiatan serta cita-cita yang ingin dia kejar, Velerie bahkan memiliki kekasih baru yang bernama Benjamien.
Benjamien adalah pria muda yang telah membantu Velerie keluar dari masa suramnya, perlahan memiliki keberanian untuk bangkit dan menjadi begitu bersemangat beberapa waktu terakhir ini.
"Tidak apa-apa, nak. Semua yang terjadi pasti karena Tuhan yang menghendaki, bersabarlah dan berdamai lah dengan situasi sekarang ini. Ibu yakin kau mampu melakukanya, Ibu yakin kau pasti bisa, kau akan berhasil."
Velerie tak lagi mengatakan apapun, bukan tidak mampu, tapi dia merasa sangat yakin apapun yang dia katakan sama sekali tidak akan merubah apapun. Kenyataan bahwa dia telah menikah dengan Rodez benar-benar tidak akan bisa di hilangkan bukan? Entah akan seperti apa hidup dan jalan cerita pernikahan yang sangat tidak dia inginkan ini, tapi yang harus Velerie pilih adalah bertahan dan jalani saja sesulit apapun, dan sesakit apapun.
Setelah semua keluarga pergi, kini Rodez dan juga Velerie menuju ke rumah Rodez. Rumah itu hanya di tinggali Rodez beserta pelayan rumah, dan asisten sekretaris yang kini tinggal di rumah itu sejak Rodez kecelakaan.
Sesampainya di sana, Velerie menghela nafas sebalnya, sekarang benar-benar dia harus hidup dengan bersusah payah di sana.
Beberapa saat kemudian.
"Aku tidak bisa tidur seranjang denganmu, jadi beritahu dimana aku bisa tidur sekarang?" Ucap Velerie begitu masuk ke dalam kamar dan mendapati hanya ada satu ranjang tidur saja. Memang ya ukuranya besar, tapi Velerie benar-benar tidak ingin tidur dengan Rodez apapun yang terjadi.
Rodez terdiam sebentar, rasanya dia ingin lagi untuk mengerti dan memahami sikap Velerie yang begitu membabi buta dalam membencinya, tapi kali ini dia harus membuat Velerie berada di dalam kamar itu karena kedua orang tua Rodez pasti akan datang entah malam nanti, atau besok pagi-pagi untuk memastikan mereka berdua.
"Tidak, kau tidak bisa keluar sekarang, bahkan sampai pagi nanti."
Velerie ternganga kesal dan tidak percaya kalau Rodez akan menghentikannya. Rasanya ingin mencemooh dan mengingatkan bahwa suaminya cacat, tapi sial sekali mulutnya tak berani menanyakan semua itu.
Rodez tak lagi mengatakan apapun setelah itu, dia tahu dan paham benar kalau menjelaskan apa maksudnya tidak akan pernah Velerie terima. Dia juga mengingat benar saat Velerie mengatakan jika dia begitu jijik mendengar suara Rodez. Yah, bagi Velerie dia tak ada bedanya dengan sampah busuk, jadi dia akan menerima saja bagaimana dan sebesar apa kebencian Velerie padanya.
"Kau tidak sedang berkhayal ingin melalukan itu denganku bukan?"
Tadinya Rodez ingin menjalankan kursi rodanya ke kamar mandi, tapi mendengar kalimat yang keluar dari mulut Velerie, Rodez benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa dan hanya menatap Velerie seolah ingin menyampaikan bahwa pemikiran itu sungguh tidak benar. Tapi Velerie tak mengerti maksudnya, dia justru menaikan sisi bibirnya, menatap Rodez dengan tatapan tak suka yang pada akhirnya membuat Rodez benar-benar tak memiliki niat untuk mengatakan apapun.
"Cih! Kau pasi tersiksa sekali ya? Sebelumnya kau begitu hebat celup sama celup sini, sekarang kau tidak bisa melakukanya sama sekali."
Rodez tidak mengatakan apapun, tapi tatapan matanya yang dingin, aneh sekali karena menatap tubuhnya dengan tatapan yang membuat Velerie merasa gugup, bahkan dia sampai tidak sadar menyilangkan kedua tangan untuk menutupi bagian dadanya.
"Jangan bermimpi kau, Rodez! Kalaupun kau masih memiliki niatan untuk mencoba, aku sarankan agar lebih baik jika kau tidak banyak berkhayal dan jalani saja hidupmu dengan baik!"
Rodez menghela nafas, dia menjalankan kursi rodanya menuju kamar mandi membuat Velerie mendengus kesal karena merasa di acuhkan begtu saja oleh Rodez.
"Cih! Menikahi pria cacat seperti ini bukankah sangat rugi? Setelah di pikirkan baik-baik, sepertinya Nyonya Gordon menikahkan aku dengan Rodez bukan hanya karena janji keluarga saja, melainkan dia ingin aku menjadi pengasuh anaknya. Sialan! Apa iya aku harus benar-benar menjadi seperti itu?" Velerie menghela nafasnya, bangkit melepaskan beberapa perhiasan yang masih menempel di tubuhnya. Dia akan mandi setelah Rodez mandi, nanti baru dia akan keluar untuk tidur di kamar lain.
"Tunggu! Rodez itu kan cacat? Apa dia bisa sendiri di dalam kamar mandi?" Gumam Velerie lalu menoleh ke arah pintu kamar mandi yang kini masih tertutup rapat.
Velerie mendekati kamar mandi, mengetuk pintu meski agar ragu-ragu pada awalnya karena dia tidak ingin Rodez salah paham dan mengira kalau Velerie sedang menjadi seorang istri yang baik.
"Rodez! Rodez! Kau bisa sendiri?"
Tak ada jawaban untuk beberapa saat, hingga Velerie kembali mengetuk pintu kamar dan barulah Rodez menjawab.
"Bisa."
Velerie menaikkan sisi bibirnya kesal sendiri, rasanya benar-benar menyesal karena sudah begitu pengertian terhadap Rodez yang sejatinya tak membutuhkan bantuan apapun darinya. Toh selama ini Velerie membencinya jadi untuk apa merasa kasihan sampai tanpa sada memperhatikan dia?
Di dalam kamar mandi.
Rodez memegangi lututnya, dan mencengkram dengan begitu kuat hingga gemetar. Rasanya dia kesal dan marah melihat kedua kakinya yang tidak berguna sekarang. Sudah satu tahun lebih dia seperti ini, dia sudah mencoba segala cara untuk bisa berjalan hingga akhirnya dia benar-benar menyerah sepenuhnya. Dokter mengatakan jika kakinya bisa di sembuhkan dengan beberapa metode pengobatan dan operasi, tapi karena suatu hal Rodez tak melakukan semua itu.
"Bodohnya kau, Rodez! Setelah semua yang kau lakukan Bahkan berakhir dengan hasil yang buruk, tapi beraninya masih harus menikahi Erie?" Rodez berucap kesal kepada dirinya sendiri dengan nada bicara yang pelan. Seperti apa yang terjadi selama ini jelas dia paham dan tahu benar, tapi jika pada akhirnya semua berakhir seperti ini bukankah sia-sia saja?
"Maaf, Maafkan aku Erie. Maaf karena pada akhirnya aku gagal, dan aku justru mengacaukan semuanya. Maaf......."
Esok harinya, di meja makan.
"Apa ini?" Tanya Velerie saat Rodez meletakkan satu kartu pembayaran tanpa batas dan menggesernya tepat di hadapan Velerie. Rodez tak mengatakan apapun, tentu saja karena dia sudah tahu benar bahwa Velerie tentu saja bisa membacanya kan?
Velerie tersenyum miring, menatap Rodez dengan tatapan kesal.
"Sungguh aku jadi kesal sekali, tolong jangan sok baik, jangan pernah menempatkan dirimu di posisi ini, dan jangan terus mengingatkan kalau kau adalah suamiku, aku benar-benar membenci kenyataan ini."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Penggemar
aku bergabung.....
2023-08-26
0
Deniza Azahra
🥰🥰🥰🥰
2023-07-12
0
rosediana
next
2023-07-12
0