Oleh-oleh

“Tumben Mas ngajak aku nginep.” Suara manja itu adalah milik Cheryl yang bertanya pada Andrew. Ia terlihat senang sekaligus aneh saat tiba-tiba Andrew datang ke apartemennya dan menjemputnya. Padahal baru siang kemarin laki-laki itu melarangnya datang ke rumah karena Anjani mulai menaruh curiga pada kedekatan mereka.

“Emang mba Anjani ngebolehin? Mas sekarang gitu ya, deket atau renggangnya hubungan kita mulai ditentukan sama istri Mas yang perkasa itu.” Cheryl berujar dengan sinis. Sungguh ia tidak suka saat kemarin Andrew melarangnya datang ke rumah itu apalagi menginap dengan alasan Anjani terlihat tidak suka. Sepenting itukah pendapat Anjani sekarang?

“Bukan masalah dia yang menentukan, tapi aku malas berdebat sama perempuan itu. Malas lihat wajah curiganya. Lagi pula kalau dia curiga, aku yang akan dirugikan.” Andrew beralasan.

“Hah, bilang aja kalau Mas memang cinta sama istri Mas itu dan aku cuma selingan. Lagian kenapa juga sih kita gak bilang kalau hubungan kita special? Aku rasa dia akan sadar sama kekurangan dia dan cukup tau diri untuk gak bersaing sama aku. Kelebihan dia kan cuma satu, berat badannya.” Cheryl benar-benar berbicara dengan lugas, tidak peduli kalau yang sedang mereka bicarakan adalah seorang istri sah.

“Aku gak mau ada masalah di kemudian hari. Lagi pula, sampai saat ini kamu masih pemenangnya. Kamu prioritas pertama aku.” Dikecupnya tangan Cheryl yang Andrew genggam dengan erat.

“Tapi dia istri sah, Mas.” Cheryl melengos kesal. Dia memandangi kendaraan lain yang saling berkejaran di jalur kanan. Rasanya lelah melihat h4srat mereka yang ingin saling mendahului, seperti lelahnya perasaan Cheryl yang masih belum di perjuangkan oleh laki-laki di sampingnya.

“Lagian kalau dia tau juga, dia gak akan ninggalin Mas kok. Emangnya ada yang mau sama perempuan kayak begitu? Kecantikan di bawah standar, badan gede banget. Otak gak pinter-pinter amat, cuma bisa masak itupun modal kursus. Sementara aku, aku seorang model yang di kejar banyak laki-laki. Tidak sedikit laki-laki hebat yang menginginkanku, tapi Mas malah menjadikanku nomor dua. Kalau gak cinta, udah aku tinggal kamu Mas.” Kalimat Cheryl semakin sinis saja.

“Sayang, kamu jangan gitu dong.” Andrew mulai merajuk. Menakutkan kalau Cheryl sudah mengancam seperti ini.

“Ya kalau gitu, perjuangin aku dong. Aku gak masalah jadi yang kedua, asal diakui. Jangan di gantung kayak gini.” Cheryl tetap dengan keinginanya untuk diakui.

“Iya, sabar ya… aku harus nyari waktu yang tepat buat ngomong sama Anjani. Aku kan gak bisa juga menceraikan dia gitu aja, bisa rumit urusannya.”

“Ah, itu sih alasan klise Mas aja. Aku liat dia nurut-nurut aja, apa susahnya sih langsung ngomong? Aku rasa yang gak punya nyali itu sebenarnya adalah Mas. Padahal kalau kita bisa sama-sama, bukan aku aja yang seneng. Mas juga bisa seneng karena kita bisa melakukan apapun tanpa merasa takut ketauan sama mba Anjani.” Kalimat Cheryl memang selalu bisa menekan Andrew. Laki-laki itu tampak termenung, lantas meraih tangan Cheryl untuk ia tarik dan di bawa ke pelukannya.

“Sabar ya, sekarang kan Anjani mulai memperbolehkan kamu nginep di rumah. Pelan-pelan aja dulu. Lama-lama juga dia akan terbiasa nerima kamu di rumah itu. Lagi pula Mamah udah pengen punya cucu, aku gak akan lama-lama ngegantungin kamu kayak gini.” Ringan sekali laki-laki itu berjanji walau sebenarnya dalam kepalanya ia sedang menyusun banyak siasat untuk sang istri.

“Terserah Mas, lah. Mas atur baik-baik, aku gak bisa bersabar lebih lama lagi.” Gadis itu bersidekap dengan kesal, juga menarik tubuhnya menjauh dari Andrew. “Di depan, kita berhenti sebentar. Aku mau beli martabak.” Keluhan Cheryl di sambung dengan sebuah keinginan yang aneh.

“Kamu yakin mau beli martabak? Bukannya kamu lagi diet gula?” Andrew mengernyitkan dahinya tidak mengerti.

“Bukan buat aku, tapi buat istri kamu. Memangnya Mas punya siasat yang lebih baik buat menjalankan usaha kita? Mas mau malam ini kita tidur pisahan?” Lagi, kalimat Cheryl begitu menakutkan untuk Andrew.

“Enggak lah, aku mau tidur sambil meluk kamu. Okey, kita akan beli martabak special buat Anjani. Jangan lupa kamu kasih toping yang banyak, biar usaha kita lancar jaya. Tapi sebelum itu, pemanasan dulu dong sayang….” pinta Andrew tanpa ragu.

“Pemansan apa?” Cheryl menatap lelakinya tidak mengerti. Pria itu sedang menyetir, memangnya pemanasan apa yang bisa mereka lakukan?

Andrew tidak menyahuti, dia hanya tersenyum tipis pada wanitanya lantas menurunkan resleting celananya. “Bisa kan?” Laki-laki itu melirik wanitanya yang kaget melihat tongkat kekasihnya sudah berdiri menantang.

“Manja kamu, Mas,” Wanita itu tersenyum bin4l.

“Tapi kamu suka kan?” Andrew membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman. Tidak lama Cheryl merudukkan kepalanya lalu melakukan sesuatu dengan mulutnya pada tongkat itu. Andrew belingsatan. Sesekali laki-laki itu mel3nguh menahan nikmat. Cheryl memang pandai memenuhi keinginannya.

***

Di rumah besar itu, Anjani baru selesai makan malam bersama ibu mertuanya. Saat ini ia sedang mendengarkan honest review dari ibu mertuanya tentang masakannya hari ini.

“Lain kali, kamu kukus aja ikannya, jangan di goreng. Kasih bawang-bawangan yang banyak. Kolesterol saya tinggi, jangan sampai gara-gara kamu saya harus pergi ke dokter. Paham gak kamu?” Itu sepenggal kalimat dari banyaknya kalimat omelan lain yang di terima Anjani.

“Iya Mah, lain kali Jani kukus aja ikannya. Jani harus belajar dulu supaya rasanya pas.” Anjani hanya bisa mengiyakan. Wanita ini memang tidak menyukai ikan air tawar, karena itu setiap masak ikan, ia tidak bisa mencicipinya. Dia hanya bisa mengandalkan dunia maya untuk membantu memasak, membuat menu ini dan itu sesuai permintaan ibu mertuanya.

“Malaaamm….” Tiba-tiba saja suara ceria terdengar dari arah pintu. Siapa lagi pemiliknya kalau bukan Cheryl. Ia datang bersama Andrew dengan membawa sebuah keresek di tangannya.

“Kok malem banget nyampenya? Tante udah selesai makan malam loh.” Hanya Widi yang senang dengan kedatangan mereka. Anjani segera mengambil alih tas kerja suaminya dan menaruhnya di atas bangku. Ia juga membuat minuman hangat untuk suaminya.

“Iya Tante, tadi aku mampir dulu beli oleh-oleh buat Mba Anjani. Nih Mba, aku bawa martabak.” Wanita itu memberikan martabaknya pada Anjani.

“Kamu gak usah repot-repot, gak liat apa badannya udah bengkak begitu? Yang ada rumah ini bakalan tambah sempit kalau dia semakin gemuk. Dan kamu, gak usah minta-minta oleh-oleh sama Anjani. Rumah ini rumah saya, saya mengizinkan Anjani untuk datang tanpa harus meminta persetujuan kamu. Ingat Anjani, kamu hanya menantu di rumah ini.” Dua Wanita itu sama-sama mendapat omelan. Hanya saja Anjani omelan negative, sementara Cheryl omelan positif.

“Iya, nggak usah repot-tepot bawain aku oleh-oleh segala. Mamah benar, rumah ini adalah rumah kalian, aku hanya menantu di rumah ini yang tidak bisa memutuskan apapun.” Anjani membalas dengan tenang. Ia bahkan tersenyum walau hatinya meringis perih mendengar ucapan ibu mertuanya.

Tidak ada yang menimpali mereka, Andrew pun tidak memberi pembelaan. “Gak usah sedih, mending Mba Jani makan aja martabaknya. Silakan mumpung masih anget. Buat tante sama adek, aku gak beli apa-apa karena aku tau kalian lagi diet.” Cheryl berujar dengan manis dan membuat Anjani bingung apa harus memakan martabak ini atau tidak. Bukankah sangat mungkin kalau wanita ini meracuninya lewat makanan?

***

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

apa isi martabaknya, racun?

2025-01-23

0

Erni Sasa

Erni Sasa

typo ya thor?
mohon di koreksi😊

2023-11-04

0

Ririn

Ririn

waduhhhh

2023-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 Hidup dan bernapas
2 Obat pelangsing
3 Kecurigaan
4 Mencari bukti
5 Oleh-oleh
6 Menonton
7 Langkah tegas
8 Permintaan
9 Sikap yang aneh
10 Tidak jera
11 Bujuk Rayu
12 Kehangatan suami
13 Liburan
14 Tidak ada kesempatan
15 Kepergian
16 Bukankah menyerah lebih mudah?
17 Untuk apa menolongku?
18 Menyempurnakan kesembuhan
19 Putus asa
20 Tantangan
21 Rencana untuk berubah
22 Jharna Mikayla
23 Episode hidup yang baru
24 Banyak perhatian
25 Makan malam semangat
26 Gara-gara hape
27 Air kran
28 Gelisah
29 Ada yang tahu?
30 Kembali ke masa lalu
31 Separuh jiwa yang kembali
32 Tidak bisa diingkari
33 Rencana
34 Mantan lima langkah
35 Makan malam
36 Ayaaang, aku lapeerr
37 Candaan yang serius
38 Pernyataan
39 Mengerucutkan perasaan
40 Terbiasa mengabaikan
41 Saling menyalahkan
42 Terdiam atau melangkah?
43 Menjemput
44 Rencana besar
45 Pabrik gula
46 Pencarian
47 Gasha
48 Hal tidak terduga
49 Undangan
50 Memenuhi undangan
51 Memenuhi undangan 2
52 Pertemuan yang tidak seharusnya
53 Ajakan seorang laki-laki
54 Tantangan
55 Kekhawatiran
56 Ungkapan
57 Tawaran
58 Lawan tak sebanding
59 Menjawab atau terdiam?
60 Perkenalan
61 Tersiksa
62 Pertentangan
63 Keputusan
64 Putus asa
65 Melepas beban
66 Permintaan penting
67 Permintaan
68 Kepulangan
69 Menerima
70 Menikmati matahari
71 Untuk satu sama lain
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Hidup dan bernapas
2
Obat pelangsing
3
Kecurigaan
4
Mencari bukti
5
Oleh-oleh
6
Menonton
7
Langkah tegas
8
Permintaan
9
Sikap yang aneh
10
Tidak jera
11
Bujuk Rayu
12
Kehangatan suami
13
Liburan
14
Tidak ada kesempatan
15
Kepergian
16
Bukankah menyerah lebih mudah?
17
Untuk apa menolongku?
18
Menyempurnakan kesembuhan
19
Putus asa
20
Tantangan
21
Rencana untuk berubah
22
Jharna Mikayla
23
Episode hidup yang baru
24
Banyak perhatian
25
Makan malam semangat
26
Gara-gara hape
27
Air kran
28
Gelisah
29
Ada yang tahu?
30
Kembali ke masa lalu
31
Separuh jiwa yang kembali
32
Tidak bisa diingkari
33
Rencana
34
Mantan lima langkah
35
Makan malam
36
Ayaaang, aku lapeerr
37
Candaan yang serius
38
Pernyataan
39
Mengerucutkan perasaan
40
Terbiasa mengabaikan
41
Saling menyalahkan
42
Terdiam atau melangkah?
43
Menjemput
44
Rencana besar
45
Pabrik gula
46
Pencarian
47
Gasha
48
Hal tidak terduga
49
Undangan
50
Memenuhi undangan
51
Memenuhi undangan 2
52
Pertemuan yang tidak seharusnya
53
Ajakan seorang laki-laki
54
Tantangan
55
Kekhawatiran
56
Ungkapan
57
Tawaran
58
Lawan tak sebanding
59
Menjawab atau terdiam?
60
Perkenalan
61
Tersiksa
62
Pertentangan
63
Keputusan
64
Putus asa
65
Melepas beban
66
Permintaan penting
67
Permintaan
68
Kepulangan
69
Menerima
70
Menikmati matahari
71
Untuk satu sama lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!