Moving On
Monako.
Seorang wanita mengenakan dres putih yang kotor berlari kencang tanpa alas kaki.
Rambutnya tergerai dan sangat berantakan. Kakinya juga kotor karena berpijak langsung dengan tanah dan jalan yang basah.
Dengan napas terengah-engah, wanita itu terus berlari untuk menghindari seseorang yang sejak tadi mengejarnya.
Langkahnya tertuju pada lorong bawah tanah. Kakinya sudah jauh berlari, hingga ia merasa lelah dan jatuh terjungkal di permukaan lantai.
Lututnya berdarah, wanita itu terlihat kesakitan dan terus meneteskan air mata. Matanya terbelalak kaget, saat melihat pria yang sejak tadi mengejarnya semakin dekat dengan dirinya. Ia merangkak ke arah tiang beton yang besar.
Bersembunyi di balik tiang itu sambil menutup mulutnya. Tangannya gemetar karena takut, sesekali ia memberanikan diri untuk mengintip posisi pria itu.
“Señorita, Dejanos ir a casa (Ayo kita pulang),” teriak Pria itu dari jarak yang tidak jauh dengan dirinya.
Wanita itu hanya diam dan berusaha berlari lagi untuk menghindari pria yang ingin menangkap dirinya.
"No!" bantah wanita itu dengan suara serak. Lagi-lagi ia berlari untuk menghindar.
“Señorita, ¡No corra! (jangan lari!)” teriak pria itu sambil berlari mengejar.
“Me haces enojar (Kau membuatku marah),” umpat pria itu dengan wajah kesal. Ia tahu, kalau wanita itu tidak akan punya jalan untuk kabur dari dirinya.
Bruakkk!
Wanita itu terjatuh untuk yang kedua kalinya. Ia mendongakkan wajahnya, memandang Zeroun yang berdiri tegab di hadapannya.
“Tuan, tolong bantu aku. Orang-orang jahat itu ingin menangkapku!” Wanita itu memegang erat tangan Zeroun, sambil terus memohon.
“Tolong, percaya padaku. Tolong aku, aku mohon.” Wanita itu memandang ke arah pria yang berlari untuk menangkapnya.
“Tolong aku, Aku mohon,” ucapnya dengan wajah yang sangat sedih.
“Pergilah!” jawab Zeroun singkat.
Wanita itu melepas genggaman tangannya dari tangan Zeroun. Memutar arah tubuhnya dan berlari dengan kencang. Ia percaya, kalau Zeroun akan menghalangi pria yang ingin menangkap dirinya.
“Hentikan, wanita itu!” teriak pria itu tidak terima.
Saat pria itu berpapasan dengan Zeroun, dengan cepat Zeroun menghentikan langkah kaki pria itu. Mendorong pria itu hingga mundur beberapa langkah dari posisi awal.
Zeroun menatap tajam mata pria itu, “Biarkan wanita itu pergi.”
“Beraninya kau menghalangiku!” Pria itu mengepal tangannya dengan kuat.
Tanpa menunggu lama, pria itu menyerang Zeroun untuk melampiaskan kekesalannya. Zeroun menahan tangan pria itu, yang hampir menyentuh wajahnya. Menatap mata pria itu dengan tatapan dingin, mencengkram kuat tangan pria itu dengan tangan kirinya.
Secepat kilat ia menghadiahkan pria itu dengan satu pukulan. Tidak ingin kalah, pria itu ingin membalas pukulan Zeroun dengan tembakan. Belum sempat ia mengeluarkan pistol dari sakunya, Zeroun sudah berhasil menendang wajah pria itu dengan kaki.
Pria itu jatuh terjungkal di permukaan lantai yang berdebu, dengan luka pada wajahnya. Tidak berhenti sampai di situ, Zeroun terus menyerang pria itu dengan beberapa pukulan hingga pria itu tidak berdaya.
“Kau akan menyesal karena sudah melakukan ini,” ucap pria itu sambil membuang saliva dengan tatapan menghina.
Tanpa memiliki belas kasih lagi, Zeroun mencekik leher pria itu dengan sekuat tenaga. Dengan tenang ia membunuh pria itu hingga tidak lagi bernyawa.
“Apa kau baru saja mengancamku?” Zeroun merapikan jas yang kini ia kenakan.
Zeroun berjalan perlahan dan mengambil sesuatu dari dalam saku pria itu. Matanya terbelalak kaget, saat menemukan ID polisi dari dalam saku pria yang sudah ia bunuh.
“Untuk apa polisi ini mengejar wanita itu?” Zeroun mengerutkan dahinya.
Melempar kartu identitas itu di samping tubuh polisi yang sudah tidak bernyawa. Ia pergi meninggalkan tempat itu dengan begitu tenang. Tanpa merasa bersalah atas perbuatan yang baru saja ia lakukan.
Zeroun berjalan ke tempat Lukas dan pasukan Gold Dragon kumpul. Lukas dan pasukan Gold Dragon menunduk hormat saat melihat Zeroun berjalan mendekati mereka.
“Kita ke bandara,” perintah Zeroun singkat.
“Baik, Bos,” jawab Lukas dan pasukan Gold Dragon lainnya secara bersamaan.
Lukas memperhatikan tangan kanan Zeroun yang memerah. Ia tahu, kalau Zeroun baru saja memukul orang.
“Maaf, Bos. Apa yang terjadi? Apa ada orang yang ingin mencelakai anda?” tanya Lukas dengan penuh rasa khawatir.
“Tidak ada,” jawab Zeroun singkat. Ia berjalan ke arah mobil, diikuti pasukan Gold Dragon dan Lukas di belakang.
Lukas membuka pintu mobil untuk memberi jalan kepada Zeroun. Menutup pintu mobil dengan kencang sebelum berlari ke arah bangku kemudi di depan.
Di dalam mobil, Zeroun kembali mengingat wanita itu lagi. Ia terus bertanya-tanya di dalam hati, kenapa wanita itu bisa di kejar oleh polisi.
Zeroun tersenyum tipis, karna sudah melakukan kesalahan hari ini. Ia menyesali perbuatannya karena sudah menolong orang yang salah.
Apa wanita itu seorang penjahat, hingga polisi itu sangat ingin menangkapnya. Seharusnya aku membantu polisi itu untuk menangkapnya.
Mobil yang dikemudikan Lukas berhenti mendadak. Zeroun hampir saja terbentur bangku depan.
“Ada apa?” protes Zeroun dengan nada tinggi.
“Wanita itu menghalangi jalan kita, Bos.”
Zeroun memandang ke arah jalan depan. Matanya berkedip beberapa kali dengan tatapan dingin. Wanita yang sama sedang berdiri tegab untuk menghalangi jalan mobilnya.
Seorang wanita berlari ke arah kaca samping, tempat Zeroun duduk. Mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil dengan durasi cepat.
“Ayuadame! (Tolong aku!)” ucap wanita itu berulang kali.
Zeroun menarik napas dan memalingkan pandangannya dari wanita itu.
“Jalan,” ucap Zeroun tanpa ingin memperdulikan wanita itu lagi.
Lukas mulai menginjak gas mobil, untuk melajukan mobilnya lagi tanpa memperdulikan wanita yang meminta tolong. Wanita itu jatuh ke jalanan dan tidak sadarkan diri. Zeroun menatap tubuh wanita itu dari balik kaca.
Tubuh wanita itu terlihat sangat tidak berdaya, terdapat luka di kakinya dan wajahnya terlihat sangat kotor.
Wanita itu kembali mengingatkan dirinya dengan Shabira, adik kandung yang paling ia sayangi. Zeroun terus memperhatikan tubuh wanita itu yang sudah semakin jauh tertinggal.
“Hentikan mobilnya,” perintahnya lagi.
Lukas melirik wajah Zeroun dari balik kaca spion sebelum menghentikan laju mobilnya.
Dengan cepat Zeroun membuka pintu mobil dan berjalan ke arah wanita itu. Lukas dan beberapa pasukan Gold Dragon juga keluar dari dalam mobil untuk melindungi Zeroun.
Zeroun berjongkok dengan satu kaki di tekuk. Ia mengangkat tubuh wanita malang itu ke dalam gendongannya. Lukas hanya diam tanpa berani untuk melarang perbuatan Zeroun saat itu.
Lukas membuka pintu mobil untuk memberi jalan kepada Zeroun agar masuk ke dalam mobil.
Zeroun meletakkan wanita itu di bangku depan samping kemudi. Memasang sabuk pengaman pada tubuh wanita itu agar tidak terjatuh. Menutup kembali pintu mobil sambil menatap wajah Lukas dengan tajam.
“Aku yang membawa mobil ini.” Zeroun berjalan ke arah samping mobil.
Lukas hanya bisa menunduk hormat untuk menuruti perintah Zeroun. Ia berjalan ke mobil belakang dan masuk ke dalam mobil itu.
Zeroun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke arah bandara.
***
Kantor Polisi, Monako.
Seorang pria berjas hitam berlari dengan kencang menuju ke arah ruangan pimpinan tertinggi. Ia membuka pintu itu dengan cepat, untuk memberi info yang baru saja ia dapatkan.
“Tuan, tarik regu penyerangan kita.” Pria itu bernapas dengan terengah-engah.
Pria berbadan gemuk dengan perut buncit duduk di kursi hitam yang berputar. Ia meletakkan rokok yang belum sempat ia hisap di atas asbak rokok.
“Apa kau becanda, sekarang kau takut kalah karena menyerang satu pria?” jawab Pria itu dengan senyum menghina.
“Jika tidak menarik regu penyerangan. Semua regu yang kita punya akan mati.” Pria itu berdiri di depan meja dengan tatapan wajah yang serius.
“Jangan membuat lelucon. Aku belum pernah melihat regu kita kalah. Regu kita di buat dengan standart yang sangat tinggi.” Pria itu mengambil laptop memutar kembali rekaman CCTV.
Pria itu tersenyum licik saat melihat wajah Zeroun menghalangi tugas bawahannya. Ia mengirim pasukan elit yang ia miliki untuk menangkap Zeroun. Pria itu berniat untuk memberi pelajaran kepada Zeroun karena sudah menolong wanita itu untuk kabur.
“Saya tidak becanda, Tuan,” ucap pria itu semakin frustasi.
“Saya tahu, kau mau bilang kalau regu yang kita miliki tidak pantas melawan pria itu bukan?” Pria perut buncit itu tertawa lagi. Ia sangat yakin, kalau tim yang ia kirim akan berhasil.
“Tuan,” ucap pria itu tanpa kenal putus asa.
“Sudahlah. Saya masih memiliki banyak pekerjaan. Jangan ganggu saya, pergi dari sini.” Pria itu tidak ingin memandang bawahannya lagi.
Telepon berdering.
Pria itu tersenyum dengan bahagia, sambil memandang bawahan yang kini ada dihadapannya.
“Hanya dalam waktu lima menit, regu kita sudah berhasil menangkap pria itu,” ucapnya dengan penuh percaya diri sebelum mengangkat telepon.
Pria itu menerima telepon dengan senyuman indah. Dalam waktu singkat, wajahnya berubah. Telepon itu terlepas dari tangannya, saat mendengar kabar kalau regu penyerangan yang ia kirim tidak lagi tersisa satupun.
Dengan mata yanga penuh amarah, ia memandang lagi wajah bawahannya.
“Siapa pria itu?” Pria itu menggebrak meja yang ada di hadapannya.
“Ketua Mafia Gold Dragon.”
.
..
...
**Masih Bab awal. Alur belum jadi... 🤭
Diusahakan up setiap hari, tapi kalau banyak yang like.🙈
jadi ....
Like, komen, jadikan favorit. Bintang 5.
Terima kasih.
semoga kita semua selalu diberi kesehatan (amiin**)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
Hartatik
dulu kayak pernah baca.tapi agak lupa.
2024-04-04
1
Prima Ringkat
halo thor aku kembali lagi setelah sekian lama. kangen sama babang ze😁🥰
2023-11-16
1
Rahma Hayati
❤
2023-08-06
1