Kabar akan penangkapan Jansen semakin membuat heboh dan sekarang kabar itu mulai tersebar dengan luas di kampus. Kabar itu tentu saja di dengar oleh Elena. Begitu tiba, beberapa dosen sedang membicarakan hal itu. Mereka berkata jika Jansen memang pantas mendapatkan ganjarannya karena telah banyak membuat onar mau di kampus atau pun di luar.
Para dosen yang dimintai keterangan oleh pihak berwajib membenarkan jika Jansen memang sumber pembawa masalah. Dengan reputasi buruknya selama menjadi geng balap tentu semakin memperburuk keadaan sehingga para polisi yang mencari tahu tidak perlu repot menemukan bukti untuk menjerat Jansen dengan hukum yang lebih berat saat di persidangan yang akan di gelar beberapa hari lagi dan di persidangan itulah yang akan menentukan berapa tahun Jansen akan berada di dalam penjara.
Elena yang ingin tahu kronologi kejadian itu mendekati beberapa dosen yang sedang membicarakan masalah itu. Meski kabar itu sudah santer terdengar tapi dia tidak mau mempercayai kabar yang beredar begitu saja karena karena kabar yang sudah tersebar dari mulut ke mulut kemungkinan sudah berubah.
"Hei, apa yang sebarnya terjadi?" tanya Elena basa basi.
"Apa kau tidak tahu, Elena?" seorang dosen bertanya padanya.
"Aku sibuk mengajar jadi melewatkan berita ini. Sebenarnya apa yang telah terjadi?" sungguh dia sangat ingin tahu.
"Beritanya sudah begitu heboh, apa kau tidak mendengarnya?" tanya dosen lainnya.
"Aku ingin mendengar langsung dari kalian semua. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Elena.
"Dengar, Jansen berkelahi di taman belakang. Dia menantang dua puluh pemuda dan hampir membunuh dua di antara mereka sedangkan yang lain babak belur akibat ulahnya!"
"Wow!" Elena justru berkata demikian dan hal itu membuat para dosen melihat ke arahnya.
"So-Sorry, teruskan!" pinta Elena.
"Akibat pengeroyokan itu membuat Jansen mendekam di dalam penjara saat ini."
"Apa?" Kali ini Elena terkejut karena dia mengira Jansen hanya masuk rumah sakit saja.
"Dia memang pantas mendapatkan ganjarannya karena dia memang selalu membuat keributan. Dia yang mencari perkara dengan kedua puluh pemuda itu, dia pula yang menantang mereka oleh sebab itu penjara adalah tempat yang pantas untuk pemuda bermasalah seperti dirinya!"
"Tuan Howard pasti tidak peduli lagi. Aku yakin dia pasti sangat malu memiliki putra tidak berguna seperti itu," ucap dosen yang lainnya.
"Apa sudah ada yang mendapatkan bukti jika Jansen yang mencari perkara terlebih dahulu sebelum kejadian itu terjadi?" tanya Elena.
"Tidak perlu bukti, Elena. Semua sudah bisa menebaknya jika dialah biang keroknya. Sebentar lagi dia akan mendapatkan ganjarannya dan mungkin saja dia akan mendekam di penjara untuk waktu yang cukup lama."
Tidak benar, kenapa harus seperti itu? Walau Jansen anak nakal yang selalu membuat ulah tapi dia yakin pemuda itu tidak mungkin mengantar nyawa dengan menantang dua puluh pemuda sekaligus apalagi hanya seorang diri. Jika sedang bersama dengan geng motornya, dia baru percaya. Lagi pula menurut kabar yang dia dengar, pada saat kejadian itu terjadi, pada saat itu murid-murid sedang belajar. Jansen bolos itu sudah wajar tapi dua puluh pemuda bolos secara bersama-sama, itu tidaklah wajar. Dia yakin kejadian sudah dimanipulasi, karena Jansen pemuda yang selalu membawa masalah maka dia bisa dijadikan tersangka dengan mudah.
Elena mencari tahu di mana Jansen mendekam, dia berencana menjenguk pemuda itu nanti. Bagaimanapun dia bertanggung jawab karena dia sudah bersedia menerima misi dari Bob Howard. Dia tahu pemuda itu bisa diubah meski sulit dan kali ini dia akan serius membantunya tapi dia akan mencari Jansen setelah selesai mengajar.
Jansen ditempatkan di penjara khusus untuk dirinya sendiri. Karena luka-lukanya belum membaik jadi dia tidak digabung dengan narapidana lain karena dikhawatirkan Jansen dikeroyok oleh para narapidana sehingga keadaannya semakin memburuk.
Pemuda itu duduk di sisi jeruji besi yang dingin dan gelap. Dia tidak keberatan berada di tempat itu, sejak ibunya meninggal dia benar-benar tidak memiliki siapa pun lagi. Entah apa yang harus dia lakukan setelah ini yang pasti penjara akan menjadi rumahnya untuk beberapa tahun ke depan. Tidak jadi soal, mungkin dia bisa menemukan arti kehidupan di dalam penjara, mungkin saja dia bisa berubah dan menemukan jati dirinya selama di dalam penjara.
Seorang penjaga mendatanginya dan membuka pintu penjara miliknya. Jansen hanya melihat tanpa bergeming, dia tidak akan lari atau apa pun karena dia memang selalu siap dengan konsekuensinya.
"Keluar, ada yang hendak bertemu denganmu!" ucap sipir penjara itu.
"Siapa?" tanya Jansen. Tidak mungkin itu ayahnya.
"Keluar sekarang, jangan banyak bertanya!"
Mau tidak mau Jansen keluar dari jeruji besinya yang sudah mulai terasa nyaman dan mengikuti sipir penjara itu. Siapa pun yang menemuinya, semoga saja bukan si rubah dan anak ularnya itu, Dia pikir asisten ayahnya yang datang tapi ketika melihat Elena, Jansen cukup terkejut.
"Untuk apa kau datang?" tanyanya dengan sinis.
"Apa yang sudah kau lakukan? Kenapa kau bisa mendekam di dalam penjara seperti ini?" tanya Elena.
"Kau sudah melihatnya dan aku rasa kau bisa mendengar apa yang telah terjadi di kampus. Tidak perlu pedulikan aku, pergilah kembali ke duniamu karena ini bukan duniamu!"
"Katakan apa yang sebenarnya terjadi, Jansen. Aku yakin apa yang terjadi tidak seperti apa yang aku dengar jadi katakan padaku, aku pasti akan membantumu," ucap Elena.
"Jangan membuang tenaga dan melakukan hal yang sia-sia. Tidak akan ada yang percaya apa yang kau katakan karena kau tidak melihat apa yang terjadi. Kembalilah, aku akan menjadikan penjara sebagai rumahku mulai sekarang. Mungkin aku mendapatkan arti kehidupanku di sini dan menemukan jati diriku selama berada di dalam penjara!"
"Jangan berkata bodoh, mencari jati diri tidak harus di dalam penjara. Aku tahu semua bukan kesalahanmu, aku tahu kau hanya korban meski kau selalu membuat kekacauan tapi karena perbuatan-perbuatan burukmu, semua menganggap kaulah pelakunya!"
Jansen diam saja, semua menganggap jika dia adalah pelakunya dan dia yakin ayahnya pasti beranggapan yang sama oleh sebab itu ayahnya tidak peduli tapi kenapa Elena Jackson justru menganggap dirinya sebagai korban? Jangan katakan itu hanya simpati tidak berguna yang dia tunjukkan.
"Pergilah, meski kau menganggap aku sebagai korban tapi kau tidak akan menemukan apa pun. Sudah aku katakan tidak akan ada yang percaya dengan apa yang kau katakan."
"Jika begitu dengarkan aku," Elena memegangi tangan Jansen karena pria itu sedang duduk di hadapannya dan dua sipir berdiri di sisi Jansen.
"Meski tidak ada yang percaya dan tidak ada yang peduli, tapi aku peduli padamu!" ucap Elena.
"Untuk apa kau peduli? Kita tidak memiliki hubungan apa pun!"
"Kau adalah anak didikku, Jansen. Sebagai seorang dosen sudah menjadi tugasku membantumu. Aku percaya kau pemuda yang baik dan pintar tapi karena sesuatu yang tidak kau dapatkan, membuatmu jadi seperti ini. Jika kau mau berjanji padaku untuk berubah, maka aku akan membantumu!" ucap Elena. Jansen justru melihatnya dengan tatapan tajam, seperti tidak mempercayai Elena karena semua orang membencinya dan tidak ada yang berbuat baik tanpa ada imbalan yang diinginkan.
"Sebaiknya jangan membuang waktu, aku tidak bisa memberikan apa pun padamu!" ucapnya.
"Aku hanya ingin kau berubah, Jansen. Dari pada kau membuat kekacauan dan mendapatkan kebencian di mana-mana, bukankah lebih baik kau berubah menjadi lebih baik? Buatlah gebrakan baru dan berubahlah menjadi jauh lebih baik dari pada ini sehingga kau bisa menunjukkan pada orang-orang yang membenci dirimu jika kau bukan lagi pecundang. Buat mereka terkejut dan tidak meremehkan dirimu lagi. Aku akan membantumu jika kau mau!"
"Apa kau pikir itu mudah?" tanya Jansen dengan sinis.
"Tidak ada jalan yang mudah, semua butuh proses yang penting kau mau atau tidak!"
Jansen belum menjawab namun dia merasa apa yang dikatakan oleh Elena ada benarnya. Lagi pula dia sudah bosan melakukan keributan bahkan dia sudah memiliki niat untuk tinggal di penjara.
"Bagaimana, kau mau bukan?" tanya Elena.
"Terserah kau saja, bu dosen. Aku tidak yakin kau bisa membebaskan aku dari penjara ini!"
"Aku pasti akan melakukannya Jansen, percayalah padaku. Jadi kau harus berjanji padaku!"
"Yeah... Yeah, terserah!" Jansen beranjak dan memilih kembali ke dalam penjara. Elena pun beranjak pergi, dia harap kali ini dia bisa mengubah pemuda penuh masalah itu tapi yang dia butuhkan sekarang adalah mencari bukti serta mencari tahu kejadian yang sebenarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
rathika amai
semangka kakak Elena... 🥰🥰🥰
2024-07-14
0
gia nasgia
Next
2024-02-15
2
Astuti tutik2022
Memang kurang di ajar si Jansen ini
2023-11-25
0