Kabar kekalahan Jansen mulai tersebar luas. Tidak seperti waktu itu, kabar kali ini cukup mengejutkan karena kekalahannya dalam adu balap. Sesungguhnya bukan kekalahannya dalam balapan yang membuatnya menjadi bahan pembicaraan tapi dengan siapa dia kalah.
Wanita yang menantang Jansen tidak disebutkan karena tidak ada yang berani. Oleh sebab itu identitasnya menjadi pertanyaan yang sudah pasti banyak orang yang ingin tahu siapa wanita yang telah mengalahkan Jansen Howard, si anak nakal yang selalu berulah dan tak terkalahkan itu.
Meski kabar itu sudah berhembus dengan kencang di kampus tapi tidak ada yang berani membicarakannya secara langsung di depan mata Jansen. Mereka hanya berani berbisik-bisik saja lalu berusaha menghindari Jansen karena tidak ada satu pun dari mereka yang mau terlibat masalah dengan Jansen. Mereka tahu tidak saja babak belur tapi pemuda itu bisa melakukan apa pun karena ayahnya memiliki uang dan kekuasaan.
Jansen yang baru datang ke kampus tampak cuek-cuek saja karena dia tidak terlalu mendengar apa yang mereka katakan. Dia tidak peduli dengan tatapan orang-orang dan dia pun tidak peduli dengan bisik-bisik yang terdengar sesekali. Terserah mereka mau berkata apa karena dia tidak meminta makan pada mereka.
Jansen pergi ke kelas diikuti dua wanita cantik yang ingin memanfaatkan dirinya. Selama mereka bisa menyenangkan Jansen maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kedua wanita itu mengapit Jansen dari sebelah kiri dan sebelah kanan. Mereka pun memeluk lengan Jansen untuk merayu pemuda itu.
"Mau apa kalian?" Jansen terlihat tidak senang karena dia sedang tidak ingin diganggu.
"Bagaimana jika pergi kencan dengan kami, Jansen? Kami tahu tempat yang bagus!" ucap salah satu wanita itu.
"Pergi, aku sedang tidak ingin diganggu jadi pergi!"
"Kenapa? Tidak seperti biasanya kau seperti ini, Jansen. Apa yang telah terjadi denganmu?"
"Aku sedang tidak ingin jadi jangan sampai aku mengulangi perkataanku ini untuk kedua kalinya. Selagi aku bermurah hati, sebaiknya pergi!" ancam Jansen.
"Cih, ada apa denganmu? Apa kau jadi seperti ini akibat kalah dari seorang wanita?" salah satu wanita itu berkata demikian yang membuat langkah Jansen terhenti.
"Apa yang kau katakan? Coba kau ulangi?" pinta Jansen.
"Apa kau tidak mendengarnya? Kau kalah balapan dari seorang wanita. Itu sangat memalukan, bukan?"
"Kurang ajar, siapa yang menyebarkan isu ini?!" Jansen tampak marah dengan apa yang baru saja dia dengar. Jadi berita kekalahannya sudah tersebar luas? Pantas saja semua orang berbisik-bisik dan mereka menatapnya dengan tatapan tidak menyenangkan. Siapa yang berani menyebarkan berita itu?
"Awas jika aku mendengar ada yang membicarakan hal ini dan terdengar olehku, akan aku cabut lidahnya tanpa ragu!" ancam Jansen. Pemuda itu melangkah pergi, pasti Elena yang menyebarkannya. Awas saja, dia akan membuat perhitungan nanti pada dosen itu.
Jansen tidak masuk ke kelas. Dia malas mendengar cibiran-cibiran yang sudah pasti akan membuatnya emosi. Dari pada membuat darah tinggi lebih baik dia bersantai di taman namun kesenangannya terganggu saat sekelompok anak muda yang berjumlah dua puluh orang menghampirinya. Mereka adalah barisan anak muda yang sakit hati dan benci dengan Jansen.
Para pemuda yang memusuhi Jansen bersatu untuk mengalahkan Jansen Howard. Mereka sakit hati karena kekasih mereka direbut oleh Jansen dan sebagian dari mereka dendam karena selalu kalah dari Jansen dan kali ini, mereka pasti menang dari Jansen. Kabar jika Jansen kalah dari seorang wanita tentu saja memberi mereka semangat dan keyakinan jika mereka bisa bersatu. Sebab itulah kelompok sakit hati terbentuk begitu saja.
"Jansen!" teriakan itu mengejutkan Jansen yang sedang bersantai di bawah pohon. Jansen berpaling, melihat sekelompok pemuda yang membawa senjata tajam dan beberapa tongkat dari besi.
"Mau apa kalian?" tanya Jansen yang sudah duduk di atas rerumputan.
"Membuat perhitungan denganmu dan kali ini, kami semua pasti bisa menghabisi dirimu!" ucap salah satu dari mereka yang sudah pasti menjadi pemimpin dari kelompok itu.
"Sebaiknya tidak melakukannya jika tidak mau berakhir di rumah sakit!" ucap Jansen. Dia sedang malas berkelahi dan dia harap mereka segera pergi.
"Ha.... Ha.... Ha.... Ha...!" Para pemuda itu justru menertawakan dirinya.
"Apa kau yakin kami akan masuk rumah sakit?"
"Dia pikir dia siapa, hanya sampah yang telah dikalahkan oleh Wanita!" cibiran demi cibiran dia dapatkan disertai gelak tawa yang begitu keras dari dua puluh pemuda yang tidak akan melepaskan dirinya.
"Jangan main-main, aku memang kalah dari wanita tapi aku bisa membunuh kalian semua!" ucap Jansen yang mulai tersulut oleh api amarah. Dia memang kalah dari Elena Jackson tapi bukan berarti dia bisa dihina sesuka hati oleh para pecundang itu yang hanya berani ketika dia dia kalah dengan seorang wanita saja.
"Jika begitu, hari ini kami semua akan membuat perhitungan denganmu, Jansen Howard. Tidak peduli ayahmu seorang pejabat atau siapa pun, kami akan membuat perhitungan atas apa yang kau lakukan!"
Merasa itu bukan lelucon semata, Jansen beranjak dan menatap kedua puluh pemuda itu dengan tajam. Mereka saling tatap untuk sesaat namun setelah aba-aba terdengar, kedua pemuda itu berlari ke arah Jansen sambil mengangkat senjata tajam serta tongkat besi yang mereka bawa.
"Hari ini kami pasti bisa membalasmu, Jansen Howard!" semua melampiaskan amarah padanya yang telah merebut kekasih mereka dan kekalahan mereka akan mereka balas hari itu juga tapi Jansen bukan orang yang mudah mereka kalahkan apalagi suasana hati pemuda itu tidak sedang baik-baik saja.
Jansen berusaha menghindari setiap senjata tajam yang disabetkan ke arahnya. Pemuda itu pun balik menyerang dan merebut tongkat besi milik musuh untuk melawan kedua puluh pemuda yang masih saja menyerangnya tiada henti. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di taman belakang kampus karena semua murid berada di dalam kelas untuk mengikuti pelajaran.
Jansen sudah babak belur dengan darah mengalir di bagian kepala karena seseorang memukul kepala. Dua puluh pemuda itu pun mulai bertumbangan dan menyisakan beberapa orang saja bahkan jumlah mereka tidak sampai sepuluh orang lagi.
Mereka pun belum berhenti karena mereka akan mengalahkan Jansen oleh sebab itu, rencana licik mereka buat untuk mengalahkan Jansen Howard. Tidak ada lagi yang mereka pikirkan selain kemenangan. Mereka akan menunjukkan pada seluruh kampus jika mereka bisa mengalahkan ketua geng motor Black Circle yang paling ditakutkan itu lalu mereka akan menjadi penguasa kampus selanjutnya.
Lengan Jansen sudah berlumuran darah akibat sabetan senjata tajam tapi dia masih bisa melawan karena dia akan mati oleh musuh yang masih tidak juga berhenti menyerangnya jika dia diam saja. Tongkat besi kembali diangkat, dia sudah siap menyerang musuh yang tersisa.
"Kau pasti akan mati, Jansen Howard!" pemuda yang tersisa pun mengambil kuda-kuda untuk menyerang Jansen kembali.
"Terlalu banyak bicara!" ucap Jansen dan setelah itu, dia berlari ke arah musuh dan menyerang mereka.
Perkelahian sengit kembali terjadi. Satu lawan dua puluh bukan lawan yang seimbang tapi beruntungnya Jansen memiliki kemampuan sehingga dia dapat melawan musuh meski dia sudah babak belur. Jansen terus melawan namun naas, tanpa dia ketahui seseorang menusuknya dari belakang. Jansen terkejut namun tidak sampai di sana saja karena para pemuda yang tersisa berlari ke arahnya dan mengeroyok dirinya lalu memukulinya dengan membabi buta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
gia nasgia
Berharap Elena dtang menolong Jansen 🥹
2024-02-15
2
Nuvia Tiway
suka sama karakter y' elena 🥰
2023-12-21
0
Astuti tutik2022
Itu akibatnya Jansen.... perbuatan baik akan ada pahala yg menanti dan perbuatan jahat akan mendapatkan karmanya......kau kecewa dgan ayahmu tpi kau melampiaskan pada orang yg tak tau apa" tentang hdupmu
2023-11-25
1