Aktifitas pemuda yang mengalami broken home tidaklah menyenangkan saat berada di dalam rumah. Selain mendapatkan tatapan penuh penghinaan, Jansen juga mendapatkan cibiran pedas serta diabaikan apalagi setelah kekacauan yang dia buat dan kekalahannya dari Elena.
Kabar memalukan jika dia kalah dari seorang wanita tentu sudah didengar oleh Richard dan ibunya oleh sebab itu, mereka akan menggunakan kabar itu untuk memperolok Jansen agar pemuda itu malu dan agar pemuda itu memilih untuk tidak hidup seperti yang ibunya lakukan.
Jansen yang sudah sembuh berniat kembali ke kampus. Dia ingin menemui dosen barunya karena dia ingin tahu siapa sebenarnya dosen itu. Dia akan membuat perhitungan dengan Elena, dia tidak akan membiarkan orang yang memukulnya bebas begitu saja namun dia harus melewati ibu dan kakak tirinya terlebih dahulu.
"Jansen, berhenti sebentar!" teriak ayahnya saat Jansen hendak melewati mereka yang ada di meja makan.
"Apa lagi?" tanya Jansen dengan sinis.
"Hari ini, aku tidak mau mendengar kau membuat ulah lagi. Aku harap kau mulai berubah setelah apa yang kau lakukan pada dosenmu!" ucap ayahnya.
"Setelah dipukuli oleh seorang wanita, pasti sangat memalukan!" cibir Richard.
"Lihatlah dirinya, selalu berbuat keributan tapi tidak bisa menghadapi satu wanita saja!" cibir ibu tirinya pula.
"Diam kalian berdua!" teriak Jansen tidak terima.
"Kau yang diam, Jansen. Mereka berkata demikian agar kau sadar dengan apa yang kau lakukan!" teriak ayahnya pula.
"Aku sungguh ingin tertawa, Dad. Bau busuk di hadapanmu itu tidak tercium tapi bau busuk yang ada di sini tercium olehmu!"
"Kaulah bau busuk dalam rumah ini, Jansen!" ucap Richard.
"Dan kalian sampah busuk yang sulit diolah oleh sebab itu kalian selalu berada di rumah ini!" cibir Jansen.
"Cukup, berhenti berdebat. Apa pun yang terjadi, aku tidak mau kau membuat ulah lagi. Perbaiki dirimu dan belajar yang benar!" ucap ayahnya.
"Sudah dihajar oleh seorang wanita, aku tidak percaya dia masih akan berani berbuat ulah. Mau ditaruh di mana wajahnya?" sang ibu tiri masih saja mencibir.
"Sebaiknya kau tutup mulut busukmu itu, nenek tua!"
"Sungguh memalukan, Jansen. Tidak ada hal yang lebih memalukan selain dipukul oleh seorang wanita. Lihat dirimu, benar-benar pecundang!" Richard pun masih tidak berhenti karena dia dan ibunya memang ingin menyerang mental Jansen. Mungkin saja dengan cibiran yang mereka berikan bisa membuat Jansen menjadi gila dan itu adalah hal yang sangat bagus.
"Aku mau dipukuli oleh siapa bukan urusanmu. Lebih memalukan yang mana? Dipukuli oleh seorang wanita atau menumpang hidup dengan orang lain dan sok menjadi penguasa padahal kalian hanya pengemis!" Jansen pun tak kalah sinis dengan coibirannya tentunya perkataannya itu membuat ibu tirinya marah.
"Cukup, anak berandalan seperti dirimu tidak pantas menghina kami!" teriak ibu tirinya.
"Dan pengemis yang pandai menjilat seperti kalian tidak pantas berada di rumah ini!" setelah berkata demikian, Jansen melangkah pergi. Dia tidak peduli dengan teriakan ayahnya dan makiannya. Lagi pula dia tidak berarti di rumah itu jadi tidak perlu berlama-lama.
Jansen pergi ke kampus, di mana dia tidak perlu bertemu dengan ibu dan kakak tirinya yang menyebalkan. Kesenangan dan kedamaian dia dapatkan di luar bahkan dia menganggap geng motornya adalah keluarganya. Jansen datang seperti biasa tapi hari itu tidak seperti biasanya. Tatapan mata para mahasiswa terlihat berbeda, tidak seperti biasanya.
Mereka bahkan berbisik-bisik saat melihat Jansen lalu mereka tertawa setelahnya. Merasa ada yang janggal, Jansen curiga jika apa yang telah terjadi padanya sudah diketahui oleh para mahasiswa yang ada di sana. Celaka, jika begini maka pamornya benar-benar dipertaruhkan.
Sudah pasti pelakunya hanya satu orang. Elena adalah tersangka utama yang sudah pasti membocorkan rahasianya. Bagus, dosen baru itu semakin menabuhkan genderang perang. Untuk sesaat, Jansen tidak masuk ke dalam kelas karena dia tahu dia pasti akan mendapat cibiran. Sepertinya dia harus memberikan sebuah tantangan untuk Elena, tentunya untuk memulihkan nama baiknya agar para mahasiswa itu tidak mencibir dirinya lagi
Elena yang mengajar tentu merasa sangat lega karena tidak ada si biang kerok tapi meski demikian, dia harus tetap bertemu dengan Jansen karena ada yang harus dia bicarakan dengan pemuda itu. Pelajaran berjalan dengan lancar karena tidak ada si biang rusuh tapi ketika sudah selesai, Elena justru menanyakan keberadaan si biang rusuh pada setiap murid yang ada di dalam kelas namun tidak ada satu orang pun yang tahu. Aneh, ke mana anak penuh masalah itu?
Karena tidak menemukan keberadaan Jansen, Elena membubarkan kelas. sebaiknya dia mencari tempat lain namun dia sudah diincar oleh sebab itu, ketika Elena melewati ruangan tempat menyimpan alat kebersihan, seseorang menariknya masuk ke dalam ruangan yang gelap itu.
Elena terkejut, tapi dia tidak bisa berteriak karena mulutnya di tutup dengan rapat. Elena bahkan tidak bisa bergerak namun dia bisa menebak siapa yang sedang menutup mulutnya saat ini dan yang sedang memegangi kedua tangannya ke atas.
"Kau sungguh berani!" seorang pria yang tentunya tidak asing berbicara demikian.
"Apa kau yang menyebarkan rumor jika aku sudah kalah darimu?" tanya Jansen lagi.
Elena memalingkan wajahnya hingga tangan Jansen yang sedang menutupi mulutnya terlepas lalu melepaskan tangannya dari cengkeraman Jansen. Sudah dia duga pemuda bermasalah itu yang melakukannya.
"Apa sebenarnya yang kau inginkan?" tanya Elena.
"Jangan pura-pura tidak tahu, kau yang menyebarkan rumor jika aku kalah darimu, bukan?" tanya Jansen.
"Jangan bercanda, aku tidak sehina itu!" Elena berjalan pergi untuk mencari saklar lampu dan menyalakannya.
"Jika bukan kau, lalu siapa?" tanya Jansen.
"Mana aku tahu. Kenapa kau tidak masuk ke dalam kelas? Untuk apa kau bersembunyi di tempat ini?"
"Aku tidak bersembunyi tapi gara-gara kau, aku jadi bahan cibiran anak-anak lainnya!"
"Sebaiknya belajar yang benar dan memperbaiki diri!" ucap Elena.
"Tidak perlu menasehati, aku tidak butuh!"
"Jadi apa maumu? Jika tidak mau belajar, untuk apa kau datang?"
"Dengar Elena, Jackson!" Jansen melangkah mendekati Elena sampai membuat Elena membentur dinding karena ruangan yang sempit dipenuhi dengan alat kebersihan, "Aku tidak terima dengan kekalahanku. Aku pun tidak terima karena hal itu, semua orang mencibir aku!" ucapnya.
"Jadi apa yang kau inginkan, Jansen Howard?" Elena menatap pemuda itu tajam. Jika bukan karena status antara guru dan murid mungkin sudah dia pukul lagi kepala Jansen.
"Aku ingin membuat sebuah taruhan denganmu!" ucap Jansen.
"Taruhan? Taruhan apa yang ingin kau buat denganku?" Elena bersedekap dada dan melihat Jansen dengan tatapan angkuh.
"Jika kau kalah dariku, maka kau harus pergi dari sini dan bersihkan namaku. Aku juga ingin kau menjadi wanita simpananku sampai aku bosan!"
"Bagaimana jika aku menang?" tanya Elena.
"Aku akan mendengarkan apa pun yang kau katakan!"
"Deal, pegang ucapanmu itu, Jansen Howard. Jika aku kalah, aku milikmu tapi jika aku menang, kau harus mendengarkan apa pun yang aku katakan!" ucap Elena.
"Oke, siapa takut!" ucap Jansen pula.
"Tapi taruhan apa yang harus kita lakukan?"
"Aku akan menantangmu dalam balapan dan kau harus mengalahkan aku!" dia yakin Elena tidak akan bisa mengalahkan dirinya apalagi sampai sekarang, belum ada yang bisa mengalahkan dirinya.
"Baiklah, aku terima tantangan darimu ini. Tapi kau tidak boleh melarikan diri saat kau kalah!" Elena mendorong Jansen menjauh dan melangkah melewatinya.
"Nanti malam, Elena Jackson. Aku tunggu di tempat kemarin. Awas jika kau tidak datang. Aku akan menganggap kau pengecut dan sudah kalah!"
"Aku tidak akan lari, tunggu saja di sana!" Elena keluar dari ruangan. Mungkin dengan taruhan ini dia dapat melakukan misinya yaitu membimbing anak nakal itu. Semoga saja dia bisa mengalahkan berandalan itu agar jalannya terbuka lebar. Jansen pun pergi setelah membuat taruhan. Malam ini, dia pasti bisa mengalahkan Elena agar nama baiknya kembali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
YG HERAN NYA KNP LO KYK WANITA YG TAU BRKOAR KOAR, KNP TDK LO HAJAR SI RICHARD.... APA LO TAKUT SAMA RICHARD..👎🏻👎🏻👎🏻👎🏻👎🏻👎🏻
2024-06-13
1
Fatty
lebih pengecut mana yg takut kalah dari perempuan /NosePick/
2023-12-08
2
Fatty
ok ok ok
nenek lampir marah, berati sadar dong/Chuckle/
2023-12-08
0