Suara motor yang berisik serta tawa para berandalan membangunkan Elena dari pingsannya. Kepalanya terasa sangat sakit, Elena bahkan tidak bisa bergerak karena dia terikat di sebuah kursi. Elena dibawa ke sebuah gedung kosong yang sudah tidak terpakai lagi. Dia disekap di sana oleh orang-orang yang menangkapnya.
Tawa para berandalan itu masih saja terdengar, begitu juga dengan motor yang sangat berisik. Seorang pemuda baru saja tiba, pemuda itu tentu saja Jansen yang sudah ditunggu oleh para anak buahnya yang bertugas menangkap Elena.
"Kenapa begitu lama? Kami sudah lama menunggu dan mengira kau akan melewatkan kesenangan ini!" ucap salah satu anak buahnya.
"Di mana dia?" tanya Jansen.
Sebuah lampu sorot diarahkan ke arah Elena sehingga Jansen bisa melihatnya karena di tempat itu memang gelap. Elena menyipitkan kedua mata karena dia tidak bisa melihat Jansen dengan jelas akibat silau dari lampu sorot tersebut.
"Well.. Well, coba kita lihat siapa yang ada di sini?" ucap Jansen mencibir.
Elena mencoba melihat pemuda yang sedang berjalan mendekati, cahaya lampu benar-benar menyilaukan. Dia mengira jika dia diculik oleh para berandalan yang memang secara kebetulan dia temui namun ketika dia sudah bisa melihat Jansen Howard dengan jelas, Elena benar-benar terkejut.
"Jansen?" nama pemuda itu terucap, dia sungguh tidak menduga yang menculiknya ternyata muridnya sendiri.
"Surprise, terkejut melihat aku?" tanya Jansen mencibir.
"Apa-Apan ini? Aku adalah gurumu, untuk apa kau melakukan hal ini?" tanya Elena, Dia tidak boleh panik menghadapi anak-anak nakal seperti itu.
"Guruku?" Jansen melangkah mendekati Elena lalu memutarinya. Tatapan mata merendahkan dia tunjukan pada dosen yang sudah berani menantangnya.
"Jangan bersikap kekanak-kanakan, Jansen. Untuk apa kau melakukan hal ini padaku?" tanya Elena.
"Tentu saja membalas perbuatanmu padaku. Kau sudah mempermalukan aku dan kau orang pertama yang melakukannya jadi aku tidak akan melepaskan dirimu!"
"Hanya karena aku membalasmu dengan menyiramkan air kotor itu? Kau sungguh tidak gentleman sama sekali. Lagi pula kau yang memulai terlebih dahulu, bukan aku!" ucap Elena.
"Diam, kau dilarang mengatakan sesuatu yang tidak perlu dalam keadaanmu yang tidak menguntungkan ini! Lagi pula tidak itu saja, hari itu kau benar-benar membuat aku berada di posisi memalukan yang tak akan pernah aku lupakan jadi terkutuklah aku jika aku tidak membalas apa yang telah kau lakukan padaku!" Jansen meletakkan satu kakinya di kursi di mana Elena terikat. Dia harus memperlihatkan pada Elena siapa dirinya
"Cih, jadi ini berandalan kampus? Aku sungguh tidak menduga. Seorang berandalan menculik seorang wanita hanya karena beberapa kejadian tidak menyenangkan dan kejadian itu kau sendiri yang menciptakannya, bukan aku! Untuk apa kau melakukan hal ini? Apa kau takut padaku ataukah kau sedang mencari perhatian dariku?"
"Takut padamu? Mencari perhatian?" Jansen memandangi Elena dengan lekat dan setelah itu, suara tawanya terdengar. Apa yang wanita itu katakan? Takut dengannya? Mencari perhatiannya? Sungguh lelucon yang tidak lucu.
"Jangan mengatakan lelucon yang tidak lucu ini, ibu guru!" Jansen sedikit mendorong kursi hingga miring ke belakang, "Kau kira siapa dirimu? Aku, Jansen Howard. Tidak pernah takut pada siapa pun apalagi pada seorang wanita!" ucapnya lagi.
"Tidak perlu menipu, aku bisa melihat rasa takut yang kau miliki padaku. Kau hanya seorang pengecut yang takut aku mempermalukan dirimu oleh sebab itu kau menangkap aku dan?"
"Diam!" teriak Jansen dengan keras. Beraninya dosen baru itu menghina dirinya dan menganggapnya sebagai seorang pengecut? Tidak akan dia biarkan penghinaan ini semakin lama terjadi.
"Kau sungguh berani mengatakan perkataan itu. Percayalah, kau tidak akan bisa mengatakannya sebentar lagi bahkan kau akan melihat kehebatanku dan kau akan memohon padaku!" Jansen menurunkan kakinya dari kursi lalu melangkah menjauhi Elena.
"Apa yang mau kau lakukan padaku?" tanya Elena.
"Tentu saja!" Jansen menjentikkan satu jarinya dan pada saat itu, beberapa anak buahnya melangkah maju dengan beberapa alat perekam dan alat-alat itu diletakkan tidak jauh dari Elena.
"Apa yang mau kalian lakukan dengan alat perekam itu?" tanya Elena.
"Tentu saja mengambil Video memalukanmu dan Video itu akan aku jual di internet bahkan akan aku sebar di kampus agar kau tidak memiliki muka lagi untuk kembali ke kampus. Untuk berada di kota ini pun kau tidak akan memiliki muka lagi!" ucap Jansen.
"Sebaiknya urungkan niatmu dan lepaskan aku jika tidak kau akan menyesal. Aku tidak akan mengingat kejadian ini dan aku akan menganggap tidak terjadi apa pun malam ini."
Jansen diam dan setelah itu, suara tawanya terdengar disusul dengan suara tawa yang lainnya. Mereka menertawakan ucapan Elena yang terdengar seperti sebuah lelucon. Elena diam saja, sungguh para berandalan yang sulit diajak bicara. Sepertinya mereka akan berhenti jika diberi pelajaran.
"Cukup leluconnya! Sekarang lucuti pakaiannya dan permalukan dia. Jangan lupa untuk mengambil gambar dan video yang bagus!" Jansen duduk di kursi yang sudah disediakan karena dia akan menjadi penonton.
"Jangan lakukan hal ini. Percayalah, kalian akan menyesal!" ucap Elena.
"Lakukan!" perintah Jansen tanpa mempedulikan apa yang Elena lakukan.
Dua anak buahnya sudah melangkah maju, mereka yang akan mempermalukan Elena. Elena tidak terlihat takut sama sekali, dia bahkan cukup santai menghadapinya. Jansen jadi gusar melihat ekspresi Elena yang tidak menyenangkan. Wanita itu benar-benar tidak menunjukkan rasa takut sama sekali.
"Lakukan!" teriak Jansen yang sudah tidak sabar Elena dipermalukan.
Elena masih dalam keadaan terikat, tidak bisa melakukan apa pun. Kedua pemuda itu mulai merobek pakaiannya dengan pisau, satu di bagian atas dan satu bagian bawah.
"Tali ini mengganggu, Bos!" teriak anak buah Jansen saat dia hendak merobek celana panjang yang dikenakan oleh Selena.
"Lepaskan!" perintah Jansen dan itu adalah kesalahan yang dia lakukan. Tali yang mengikat kedua kaki Elena dilepaskan. Elena tersenyum tipis melihat kebodohan yang mereka lakukan karena setelah ikatan di kaki sudah terlepas dan di mana anak buah Jansen sedang berdiri di hadapannya untuk menyingkirkan tali itu, Elena mengangkat satu kakinya dan menendang dagu anak buah Jansen. Satu tendangan keras yang dia berikan sudah cukup karena akibat tendangan itu, anak buah Jansen pingsan dan jatuh ke atas lantai.
Jansen terkejut, begitu juga dengan yang lain. Anak buah yang sedang berusaha membuka baju Elena langsung menyerang tanpa pikir panjang.
"Kurang ajar kau!" teriaknya sambil mengayunkan pisaunya. Elena berdiri dengan cepat lalu memutar kursi yang masih menempel di badannya. Pisau yang diayunkan sukses mengenai tali yang mengikatnya hingga terlepas. Lagi-Lagi Jansen terkejut, apa dia tidak salah melihat?
"Hentikan dia!" teriak Jansen.
Anak buahnya mengambil tongkat untuk menyerang Elena, sedangkan Elena yang sudah terlepas mengambil kursi lalu menghantamkannya ke tubuh anak buah Jansen yang ada di dekatnya. Akibat hantaman kursi, anak buah Jansen terpental jauh namun Elena harus melawan yang lainnya juga melawan Jansen.
Kamera yang sedang aktif justru merekam perkelahian mereka yang sengit. Mengandalkan sebuah kursi, Elena yang sudah dilatih bela diri sejak kecil memukul anak buah Jansen yang hendak menyerangnya sampai membuat mereka babak belur. Jansen yang tidak terima anak buahnya terpukul kalah mengayunkan tongkatnya ke arah Elena. Dian sungguh tidak menduga wanita itu bisa balik menyerang bahkan memukuli anak buahnya tanpa belas kasihan.
Elena yang memegangi kursi menangkis tongkat yang dipukulkan oleh Jansen. Pemuda itu, akan dia berikan pelajaran hari ini agar dia tahu jika dia tidak boleh sembarangan menantang orang oleh sebab itu, Elena memukul tanpa ragu. Semua kemampuan yang dia miliki dan semua yang dia pelajari, dia gunakan untuk melawan pemuda itu.
Jansen bukan lawan yang mudah dikalahkan begitu saja. Mereka bertarung dengan sengit sampai akhirnya kesempatan Elena datang di mana dia memukul kepala Jansen dengan keras menggunakan kursi. Jansen berteriak, Elena kembali memukuli kepala dan punggung Jansen hingga pemuda itu jatuh ke atas lantai dengan darah mengalir dari kepalanya yang terluka.
Elena terengah-engah dan menginjak bahu Jansen. Setelah ini dia mau melihat apakah pemuda itu masih berani menculiknya atau tidak.
"Si-Siapa sebenarnya kau?" tanya Jansen sebelum dia pingsan.
"Aku dosenmu, Elena Jackson!"
"Kau, akan?" ucapan Jansen terhenti karena dia sudah jatuh pingsan.
Elena melempar kursi yang sudah patah di beberapa bagian. Dia selamat berkat kursi kayu itu. Lain kali dia harus berhati-hati agar hal itu tidak terulang kembali. Beberapa berandalan takut melihatnya, mereka benar-benar mengalami malam yang buruk. Elena pun pergi, meninggalkan para berandalan yang babak belur karena dihajar olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BARU ELENA WANITA BAGIAN KLUARGA SMITH YG TANGGUH, BHKN NENEK SAMANTHA, DN AUNTY ALICE MSH KALAH TANGGUH, NENEK SAMANTHA MSH KALAH DIKROYOK ANAK BUAH KAKEK FRANS LEONARDO. DADDY NYA DADDY EDWARD.. GK TAU DGN BELADIRI ANSLEY, AUNTY ALICE, DN AUNTY OLIVIA, HEBAT MNA DGN ALENA.. YG GK KTAUAN BELADIRI ANATASYA & VALERI
2024-06-13
1
Ibelmizzel
salah milih lawan kau kawan
2024-03-11
2
gia nasgia
Jansen benar "salah memilih lawan 🤣🤣🤣
2024-02-12
0