Jansen yang mendapatkan lawan baru meskipun lawannya itu adalah seorang dosen tentu tidak menyerah. Beberapa jebakan sudah dia siapkan untuk Elena saat Elena pergi mengganti pakaiannya. Jebakan itu tentu saja dikerjakan oleh anak-anak nakal yang ada di dalam kelas karena Jansen harus mandi dan membersihkan diri.
Pemuda itu tentu saja sudah rapi, dia bahkan duduk sesuka hati dengan menaikkan kedua kakinya ke atas meja dan tidur. Selama mengajar suasana sangat hening, itu sangat bagus tapi Elena tidak senang melihat sikap Jansen Howard yang begitu angkuh dan tidak sopan.
"Sebenarnya, tujuan kalian berkuliah di universitas ini untuk apa?" tanya Elena seraya menaiki anak tangga satu persatu. Tentunya dia mendekati Jansen yang sedang tidur bagaikan berada di rumahnya sendiri.
"Kau, untuk apa kau berkuliah di sini? Apa untuk menghabiskan uang ayahmu saja atau untuk menumpang tidur?" tanya Elena pada salah satu muridnya.
"Tidak, Miss. Tentu saja untuk menjadi orang sukses," semua murid melihat ke arah Elena dan mereka tahu siapa yang Elena singgung.
"Bagus, aku harap kalian semua seperti itu dan belajarlah dengan giat agar kedua orangtua kalian bangga bukan seperti pecundang yang ada di sana!" Elena kembali melangkah mendekati Jansen lalu meja digebrak dengan keras, "Bangun!" teriaknya dengan lantang.
"Hah?" Jansen membuka mata dan dengan sikap menyebalkannya, pemuda itu justru memperbaiki posisinya saja dan kembali tidur.
"Jangan mengganggu atau kau ingin tidur denganku?" tanyanya.
"Turunkan kedua kakimu!" perintah Selena.
"Tidak mau, kursi ini tidak nyaman!"
"Jika begitu duduk di depan agar semua orang bisa melihat wajah tidurmu itu!"
"Kursi itu untukmu, jadi tidak ada boleh yang duduk!"
Elena semakin kesal, sungguh pemuda yang sangat merepotkan. Pemuda seperti itu jika tidak diberi pelajaran maka tidak akan pernah jera. Semoga harinya menyenangkan meski dia sudah tahu itu tidak mungkin.
"Jika begitu nikmati waktumu!" Elena menendang kursi yang sedang diduduki oleh Jansen seorang diri lalu melangkah pergi. Jansen terkejut dan tidak lama kemudian, dia jatuh terjungkal karena kehilangan keseimbangan. Para mahasiswa tertawa melihatnya, sedangkan Elena melangkah dengan santai.
"Beraninya kau?" teriak Jansen setelah beranjak. Tatapan matanya menatap para mahasiswa yang menertawakan dirinya hingga tawa mereka terhenti.
"Diam!" teriak Elena.
Suasana kembali hening, Jansen sudah duduk dengan benar. Sudah sejauh ini, kenapa wanita itu tidak masuk ke dalam jebakannya? Elena hendak duduk namun dia melihat ada yang aneh pada kursinya. Kursi itu tampak berkilat seperti bari di pernis. Elena berjalan pergi, beberapa lantai yang terbuat dari papan juga terlihat aneh. Baiklah, instingnya berkata jika ada jebakan yang tidak menyenangkan dan dia harus berhati-hati.
Jansen tak melepaskan pandangannya dari Elena yang melewati jebakan demi jebakan yang telah dia siapkan, sial. Sepertinya dosen baru itu bukan wanita biasa tapi dia yakin Elena pasti akan mengenai salah satu jebakan yang telah dia siapkan. Kursi yang dipenuhi oleh perekat itu pasti akan digunakan oleh Elena, dia yakin itu.
Saat Elena duduk di kursi itu maka dia tidak akan bisa lepas kecuali melepaskan pakaiannya. Dia akan mempermalukan Elena dan ketika hal itu terjadi, dia akan memanggil para murid untuk menyaksikan Elena yang sedang dalam keadaan memalukan. Seperti dosen yang lain, dia yakin Elena pun akan berakhir sama.
Elena memberikan materi pelajaran dengan begitu hati-hati agar dia tidak mengenai jebakan yang diperuntukkan untuknya. Sungguh pemuda yang sangat licik, dia harus mewaspadai pemuda itu agar dia tidak berakhir mengenaskan. Beberapa waktu telah berlalu, Elena sudah selesai dan para murid berbondong-bondong keluar dari ruangan tapi tidak dengan Jansen yang tidak terima jebakan yang dibuat tidak bisa mempermalukan dosen baru itu.
Jansen mendekati Elena lalu meletakan satu kaki ke atas meja. Jansen bahkan mendorong meja itu sehingga Elena hampir jatuh terduduk di kursi yang dipenuhi oleh lem super lengket namun Elena menahan tubuhnya dengan cepat sehingga dia tidak jatuh terduduk. Jansen mengumpat dalam hati, lagi-lagi gagal.
"Sebenarnya apa maumu, Jansen Howard?" tanya Elena sambil mendorong meja.
"Aku ingin kau tahu, sebaiknya tidak cari gara-gara denganku karena kau tidak akan berakhir baik!" ucap Jansen dengan nada sombong.
"Oh, aku sangat takut mendengarnya!" ucap Elena mencibir.
"Jangan main-main denganku!" teriak Jansen.
"Hentikanlah, jangan bertingkah kekanak-kanakan. Aku dosenmu dan kau muridku jadi sebaiknya kita bertingkah selayaknya dosen dan murid. Ini pekerjaan pertama yang aku dapatkan jadi jangan mengganggu pekerjaanku!" pinta Elena.
"Aku tidak peduli akan hal itu. Kau yang memercikkan api permusuhan di antara kita!"
"Sungguh konyol, Jansen!" Elena menarik kursi yang memiliki banyak perekat keluar. Jansen menatapnya dengan tatapan heran, apa yang hendak wanita itu lakukan?
"Aku baru di sini dan aku tidak mencari perkara dengan siapa pun. Kau yang memberikan air bau itu padaku untuk pertama kali jadi jangan memutar balikkan fakta seolah-olah aku yang mencari perkara denganmu!"
"Hei, wanita. Beraninya kau berdebat denganku? Apa kau tidak tahu siapa aku?" Jansen semakin kesal karena ada yang menantangnya secara terang-terangnya dan tidak menunjukkan rasa takut sama sekali dan yang membuatnya semakin kesal adalah, yang menantangnya justru wanita yang memiliki tubuh kecil itu bahkan dia yakin untuk mengangkat satu ember air saja Elena tidak akan mampu.
"Aku tahu siapa kau, Jansen Howard. Sangat tahu. Tapi murid seperti dirimu, sebaiknya tidak menjadi sampah masyarakat. Dari pada berdebat denganku, lebih baik belajar dengan baik agar kau tidak menua dan mati di kampus ini!" Elena kembali mencibirnya. Semua orang pasti ingin segera menyelesaikan sekolahnya tapi pemuda itu, sangat disayangkan justru menjadi pemuda labil yang membuat onar dan dia benci dengan pemuda seperti itu.
"Bagus jika kau tahu. Bagaimana? Apa kau tidak mau bersenang-senang denganku? Apa kau tidak mau membuka satu kamar denganku dan bersenang-senang denganku untuk satu malam?"
"Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Ayolah, jangan munafik. Aku sudah tidur dengan tiga dosen bahkan mereka lebih tua dari pada aku dan mereka sangat puas. Apa kau tidak mau mencobanya? Aku yakin kau akan puas denganku!" Jansen berkata demikian seraya mendekati Elena.
Elena memejamkan kedua mata, rasanya ingin memukul pemuda yang kurang ajar dan tidak tahu sopan santun itu tapi dia harus mengingat posisinya sebagai seorang pengajar di kampus itu. Selama Jansen tidak melakukan hal diluar batas maka dia akan diam saja tanpa mempedulikannya.
"Kenapa diam saja? Apa kau tidak berani menjawabnya di sini?" Jansen membelai rambut Elena dan mengendusnya. Cukup sudah. Kesabaran Elena mendadak sirna karena sentuhan tangan si bad boy yang masih ingin menggodanya.
"Tidak perlu malu, kita pergi ke hotel sekarang juga!" ucap Jansen tapi dia tidak pernah menduga jika kesialan mulai datang akibat menggoda dosen barunya itu. Elena yang sudah tidak tahan memutar langkahnya lalu memberikan satu tendangan ke belakang. Jansen terkejut dan secara refleks memundurkan tubuhnya untuk menghindari tendangan dari Elena.
"Wow, apa yang kau lakukan?" teriak Jansen namun Elena yang tidak peduli kembali menendang sampai membuat Jansen jatuh terduduk di kursi yang memiliki perekat super lengket yang dia siapkan untuk menjebak Elena. Jansen kembali terkejut, sedangkan Elena tersenyum dengan ekspresi puas karena pemuda itu terkena jebakannya sendiri.
"Beraninya kau?" teriak Jansen emosi.
"Nikmati waktumu, Jansen Howard!" Elena melenggang pergi dengan ekspresi puas.
"Tunggu, jangan pergi!" teriak Jansen mencegah. Elena sudah pergi meninggalkan dirinya karena dia tidak mau berlama-lama dengan pemuda pembawa masalah itu. Jansen mengumpat dan berusaha beranjak dari atas kursi tapi sayang, dia justru terjebak di kursi super lengket dan tak bisa pergi ke mana pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Arifa Zahra
pawangmu joson 🤣
2024-12-11
0
Rossida Sity
🤣🤣🤣🤣
2024-11-21
0
Ibelmizzel
senjata tuan makan tuan
2024-03-11
2