Elena berusaha tersenyum meski mendapatkan sambutan yang tidak menyenangkan. Kini dia melihat ember yang ada di atas pintu. Gelak tawa yang menertawakan dirinya masih saja terdengar. Cibiran demi cibiran pedas pun tak terhindarkan karena mereka mengira Elena akan langsung menyerah setelah mendapatkan sambutan yang sangat memalukan itu. Jansen pun terlihat semakin puas saja. Akhirnya dapat dia balas wanita yang menghalangi jalannya. Tapi sangat tidak menyenangkan jika dosen baru itu menyerah begitu saja. Dia justru berkarap Elena bertahan agar dapat dia permainkan seperti yang lainnya. Para mahasisa masih tertawa namun tawa mereka terhenti ketika Elena mengambil kursi lalu meletakkannya di depan pintu karena dia ingin mengambil ember yang ada di atas pintu. Elena melihat air bau yang tersisa sedikit, sekarang saatnya membuat pelaku merasakan air bau itu.
"Sekarang katakan padaku siapa yang menaruh ember itu di atas pintu?" teriak Elena dengan lantang setelah dia berdiri di hadapan para murid,
Semua diam, tidak ada yang berani menjawab karena mereka semua takut dengan Jansen. Mereka tahu risikonya jika ada yang mengatakan siapa pelakunya. Elena menunggu tapi tidak ada yang menjawab.
"Apa tidak ada yang berani menjawab aku?" Dia kembali bertanya namun suasana hening. Elena memandangi mereka satu persatu dan dia curiga dengan satu orang yang harus dia hindari.
"Cih, cara yang sangat kekanak-kanakan dan aku bisa menebak siapa pelakunya!" kini Elena melangkah maju dan menaiki anak tangga satu persatu. Elena melangkah mendekati pemuda yang baru saja menunjukkan jari tengahnya dengan kurang ajarnya.
"Aku tahu itu sambutan darimu, Jansen Howard!" Elena sudah berdiri dengan angkuh di hadapan Jansen.
"Lalu kau mau apa?" Jansen justru balik menantang. Dia tidak akan membantah karena dia ingin membuat Elena tahu agar tidak boleh mencari masalah dengannya.
"Jadi benar kau?" Elena bertanya untuk memastikan.
"Memang aku. Memangnya apa yang mau kau lakukan? Ingin membalas aku? Coba saja jika kau berani, wanita!" Jansen masih menantang karena dia pikir Elena tidak akan berani membalas dirinya namun pemuda itu terkejut saat Elena menyiramkan air bau yang masih tersisa di dalam ember ke atas kepalanya. Tidak saja Jansen yang terkejut, seluruh mahasiswa pun terkejut dengan apa yang Elena lakukan.
"Bagaimana rasanya disiram dengan air bau itu? Apa menyenangkan?" tanya Elena dengan ekspresi puas.
"Beraninya kau!" teriak Jansen. Amarah memenuhi hati. Beraninya Dosen baru itu menyiramnya dengan air bau itu?
"Kenapa? Apa kau kira aku takut denganmu?!" dia adalah putri seorang mafia, bagaimana mungkin dia takut hanya pada seorang pemuda labil yang memiliki reputasi buruk itu? Dia bahkan tidak takut dikeluarkan hari itu juga karena dia tidak akan membiarkan seseorang menindas dirinya apalagi tanpa sebab yang jelas. Hanya seorang pemuda, melawannya dengan tangan kosong pun dia mampu.
"Sepertinya kau tidak tahu siapa aku?!" Jansen sudah berdiri dari tempat duduk dengan emosi meluap di hati. Beraninya wanita itu menyiramnya dengan air super bau itu? Air itu bahkan menetes dari rambutnya dann membasahi wajahnya yang tampan.
"Tentu saja aku tahu. Jansen Howard, putra pemilik universitas ini namun memiliki reputasi paling buruk sekampus. Lima tahun tidak lulus, jangan katakan kau akan berkuliah di universitas milik ayahmu ini sampai kau menjadi tua bangka lalu mati di kampus dan di makamkan di depan kelas!" cibir Elena. Sebagian mahasiswa yang ada di ruangan itu menahan tawa, hal itu tentu saja membuat Jansen semakin murka
"Beraninya kau menghina aku?!" teriak Jansen dengan lantang.
"Aku bahkan berani melakukan yang lainnya!" Elena memutar langkahnya dan menuruni anak tangga, "Sepuluh menit lagi semuanya sudah harus bersih jika tidak, semua yang ada di sini akan aku kurangi poinnya!" ancam Elena.
"Apa? Kenapa kami yang kena?" mahasiswa lain mulia protes.
"Tidak perlu protes karena kalian semua tertawa jadi cepat bersihkan!" Elena keluar dari ruangan. Sial, hari pertama yang sengat kacau. Tidak pernah dia bertemu dengan pemuda super menyebalkan seperti itu. Elena kembali ke dalam ruangan di mana pada dosen berada. Mereka terkejut melihat keadaan Elena yang basah bahkan mengeluarkan bau tidak sedap. Kemeja putih Elena bahkan kotor akibat air bau yang super bau. Sang Rektor yang kebetulan berada di sana juga terkejut. Tidak perlu bertanya karena mereka semua tahu siapa yang melakukan hal itu. Hanya satu pemuda saja yang berani dan sepertinya tidak ada yang bisa merubah pemuda itu apalagi Bon Boward tidak pernah peduli.
"Sorry, Sir. Aku baru saja menyiram pemuda itu jadi kau bisa mengeluarkan aku sekarang!" ucap Elena pada sang rektor. Pekerjaan pertama kandas, itu yang dia pikirkan tapi nyatanya, dia justru mendapatkan banyak tepuk tangan dari para dosen bahkan sang rektor pun bertepuk tangan untuknya karena baru kali ini ada yang berani melawan Jansen Howard.
"Ke-kenapa kalian bertepuk tangan seperti itu?" tanya Elena dengan ekspresi heran. Apa keadaannya begitu menyesihkan sampai harus diberi tepuk tangan?
"Tidak ada apa-apa, sekarang pergilah bersihkan diri dan ganti pakaianmu tapi hanya ada baju olahraga saja," seorang dosen wanita mengajaknya untuk berganti pakaian.
"Jadi aku tidak dipecat?" tanya Elena memastikan dan dia harap tidak.
"Tidak, tentu saja tidak. Kau dosen pertama yang berani melawannya dan ini sangat bagus. Biasanya tidak ada yang berani setelah tahu siapa Jansen karena mereka takut dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Tuan Howard tapi kau, tidak takut akan hal itu. Ini sangat bagus, dosen pemberani seperti dirimu memang sangat diperlukan."
"Terima kasih, Sir. Pekerjaan ini sangat berarti bagiku dan aku tidak akan mengecewakan."
"Bagus, bersihkan dirimu dan kembali mengajar!" semoga saja Elena Jackson bisa merubah pemuda pembawa masalah itu meski rasanya sangat mustahil.
"Baik, Sir!" Elena yang tadinya sudah tidak bersemangat kembali bersemangat karena dia tidak dipecat akibat perbuatannya pada penguasa kampus itu. Ternyata banyak yang mendukung jadi dia tidak boleh menyerah begitu saja.
Elena mengikuti dosen tadi yang mengajaknya untuk membersihkan diri. Walau harus menggunakan seragam olahraga karena hanya itu yang ada tapi tidak jadi soal karena yang penting badan dan rambutnya sudah tidak bau lagi.
Jansen yang mendapatkan balasan dari Elena pun tidak terima. Jangan panggil dia Jansen Howard jika dia tidak bisa membalas perbuatan Elena. Hanya seorang wanita saja, dia tidak mungkin tidak bisa. Lagi pula reputasinya akan hancur jika dia tidak bisa membalas apa yang Elena lakukan padanya. Seorang wanita mengalahkan dirinya? Jangan sampai seluruh kampus menertawakan dirinya.
Elena yang sudah selesai kembali ke kelas untuk memberikan materi. Semua sudah bersih, air dan bau busuk pun sudah tidak ada. Elena mengira Jansen Howard tidak akan berada di dalam kelas lagi tapi ternyata pemuda itu masih di sana dan menatapnya dengan tajam serta api permusuhan memenuhi hatinya.
Elena tidak mau mempedulikan pemuda itu namun mendadak dia merasa curiga dengan sikap Jansen yang diam saja. Tunggu, instingnya berkata jika pemuda itu telah merencanakan sesuatu. Entah apa, Elena bahkan melihat sekitar dan semakin curiga dengan kelas yang tenang. Sebaiknya dia waspada agar dia tidak masuk ke dalam jebakan Jansen Howard.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
gia nasgia
klan nya Smith tidak akan takut dengan apapun 😍
2024-02-12
2
Yuyun Arianti
wah aku. suka dr awal crtnya sungguh mntng sexli
2023-12-08
0
Astuti tutik2022
Kau pasti kalah cerdas dri seorang putri mafia Jansen
2023-11-25
0