Episode 6

Pernah saat Alistie benar-benar memutuskan hubungannya dengan Farhan dan memilih untuk berfokus pada karir, karna ia pun sudah merasa cukup bosan mendengar kalimat permintaan maaf dari Farhan yang notabanenya hanyalah kalimat penenang untuk gadis itu saja.

Dengan berat hati akhirnya gadis itu meninggalkan Farhan dan bahkan memblokir kontaknya. diluar dugaan, setelah itu Farhan datang kerumah Alistie memohon, dan mengemis agar Alistie tidak mengakhiri hubungan tersebut. merasa tangisan Farhan hanya gertakan palsu, Alistie tetap pada pilihannya, yaitu mengakhiri hubungan, dan entah apa yang ada dalam pikiran pria tersebut. demi mendapat kembali kepercayaan Alistie akhirnya Farhan sampai datang mmeboyong seluruh keluarganya memohon dihadapan mereka semua bahwa dia benar-benar tulus mencintai Alistie. dari sanalah kesepakatan itu dimulai, kedua keluarga sudah memikirkan rencana pernikahan Farhan dan Alistie setelah kakak perempuan dari Farhan menemukan tambatan hatinya.

Alistie berpikir, berkaca diri. "Secantik apa sih gue sampe bikin anak orang kalang kabut begitu?"

Sifat unggul yang dimiliki Alistie, memiliki paras sempurna dan karir yang cukup sukses tidak membuatnya besar kepala. justu Alistie selalu merasa itu semua belum ada apa-apanya, dan masih menganggap pencapaiannya sekarang adalah proses.

Mengenakan dress diatas lutut berwarna putih tanpa lengan, ditambah dengan sling bag berwarna senada Alistie terlihat sangat cantik dengan make-up yang tidak terlalu menor.

Farhan yang sudah menunggunya didepan rumah pun sampai terkagum-kagum melihat kecantikan sang kekasih. untuk soal penampilan Alistie bisa dibilang adalah seorang gadis kekinian, yang selalu mengikuti trend sosial. itulah sebabnya Farhan tidak pernah bosan dan enggan di putuskan meskipun sesekali insting Playboy-nya bekerja. Farhan menganggap hal itu hanya iseng belaka, dan tidak benar-beanr serius dengan gadis yang ia dekati, karna cintanya hanyalah Alistie. tanpa berpikir konsekuensi dari tindakannya yang selalu membuat batin sang gadis menjerit kesakitan.

"Kamu cantik, Al." ujar Farhan sejenak memandangi Alistie.

"Kalo aku jelek mana mau kamu sama aku." cetus Alistie, yang sepertinya masih sedikit jengkel lantaran masalah kemarin malam.

"Widih galak," goda Farhan kemudian membukakan pintu mobilnya mempersilahkan Alistie untuk masuk.

Farhan bisa dikatakan pria yang cukup hebat, karna disetiap tingkahnya saat menggoda Alistie selalu sukses membuat gadis itu luluh. Pria bertubuh jangkung itu mendudukan bokongnya dikursi kemudi mobil, bukannya menyalakan mesin, Farhan malah terus memandangi Alistie hingga membuat Alistie salah tingkah.

"Ihhhh, kamu apaan sih!" gerutu gadis itu dengan wajah memerah.

"Ciye ketawa,"

Duk... Plak... Alistie memukul tubuh pria itu, ia bahkan mencubit dan mencakar tubuh Farhan hingga meninggalkan bekas.

"Aduh... kamu mah galak banget!" keluh Farhan masih dengan raut wajah menggoda.

"Bodo!"

"Tapi aku sayang..."

"Ihhhh..." Alistie kembali memukul Farhan dengan senyum yang sudah tidak tertahan.

"Aduh Al, sakit. iya ampun-ampun."

Alistie kembali membenarkan posisi duduknya dengan wajah ditekut, memandang lurus kedepan.

"Bandung? Bogor? Sukabumi?" tanya Farhan memberikan pilihan, mereka memang selalu memilih tempat kencan yang bersahabat dengan alam ketibang mall atau restauran. karna Alistie sendiri selalu menolak jika Farhan mengajaknya menonton film dan yang lain sejenisnya.

"Sukabumi ada apaan?" sahut Alistie kembali bertanya.

"Pantai kayanya."

"Bogor ajah deh, lebih deket. nanti malem mau setor naskah ke Hana buat dikirim ke penerbit."

Farhan tersenyum tipis, dan menganggukan kepalanya, "Siap tuan putriku." ucapnya kemudian mulai menyalakan mesin mobil dan mengendarainya dengan kecepatan sedang.

Sepanjang jalan perjalanan Alistie selalu mengamati setiap titik jalanan, untuk menambah ispirasi tulisannya. Bogor kota hujan yang selalu memanjakan pelancong dengan keidahan alamnya, saat Alistie melihat lembah dan gunung ide menulisnya mulai terasah kembali, tiba-tiba ia langsung terpikirkan ingin membuat cerita bergenre horor, seseorang tersesat digunung, penculikan oleh dedemit, dan yang lainnya yang berhubungan dengan gunung. atau cerita bergenre petualangan pendaki ditambah bubuk-bubuk romantis, memang itulah yang selalu penulis pikirkan.

Sesaat dengan mudahnya Alistie melupakan segala beban dalam pikirannya, gadis itu membuka jendela mobil dan ia menghirup udara yang sejuk merasakan hebusan angin menyapanya.

"Kamu suka, Al?" tanya Farhan.

Alistie memalingkan wajahnya menatap Farhan, ia mengangguk cepat dengan senyum cantik yang kembali terpancar.

Mobil Farhan terhenti disebuah tempat peristirahatan, pria tersebut langsung mematikan mesin mobilnya dan kembali menatap Alistie dengan intens. "Maafin aku." ucap Farhan dengan raut wajah penuh keseriusan.

Alistie kembali tersenyum, ia meraih wajah kekasihnya, "Aku udah maafin kamu." sahut Alistie lembut.

Farhan memangkas jarak diantara keduanya, wajahnya semakin mendekati wajah Alistie. tentu Alistie tahu apa yang akan dilakukan kekasih nakalnya tersebut.

Cup... Farhan meraup bibir Alistie, lembut hangat dan sedikit manis itulah yang Farhan rasakan begitu bibirnya bertemu dengan bibir sang kekasih. dengan penuh kehati-hatian Farhan mengecup dan semakin meperdalam ciumanannya, Alistie yang sedari tidak menolak pun larut dalam sentuhan Farhan.

Tangan nakal Farhan mulai menyusup kebalik mini dres yang Alistie kenakan.

"Mmmm," Alistie melepaskan penyatuan bibir tersebut mendorong dan langsung menangkap tangan nakal Farhan yang ingin menjelajahi pa*ha dan bok*ongnya. "Belum saatnya!" ucap gadis itu mengingatkan Farhan.

Farhan pun mengerti, ia memang sering mengajak Alistie untuk berhubungan ranjang tetapi Alistie selalu menolak. Farhan pun tidak memaksa dan menghargai keputusan Alistie yang ingin melakukan aktifitas ranjang setelah menikah.