kedatangan Genta

Setelah perbincangan hari itu entah kenapa sikap Hangga semakin kaku saja, ia memang jarang bicara, tapi sikapnya seperti sedang kesal pada seseorang.

Hingga suatu hari, hal yang tidak menyenangkan terjadi.

Hangga baru saja pulang dari tempat kerjanya, ia bahkan baru saja melepas sepatunya saat mobil Genta tiba tiba saja berhenti di depan pagar rumahnya.

" Ada apa mas?" tanya Hangga berusaha biasa saja meski hatinya tidak begitu senang melihat kakak kandungnya itu.

" Ijinkan aku bicara dengan Kirani, kalau tidak sekarang, entah kapan aku akan mendapat kesempatan untuk meminta maaf.." ujar Genta dengan wajah serius.

Hangga terdiam cukup lama, entah apa yang ia pikirkan, namun karena tidak ada pilihan, dan ia harus bersikap bijaksana sebagai adik, ia menyuruh Genta masuk ke dalam rumahnya.

Hangga berjalan ke kamar Rani, membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu.

Disana Rani sedang merapikan baju bajunya di lemari.

" Kenapa mas? Mau makanannya di hangatkan? Biar aku yang hangatkan, soalnya mbak Nur ijin pulang cepat tadi.." ujar Rani buru buru menutup Pintu lemarinya.

" Keluarlah," suara Hangga terdengar serius,

" ada tamu untukmu," imbuhnya.

" Siapa?? Mas Yudi dan mbak Rinta?" tanya Rani, karena hanya Yudi dan Rinta lah yang langganan menjenguknya.

" Bukan, itu mas Genta,"

Langkah Rani terhenti, ia mematung di tempatnya.

Melihat itu Hangga mendekat,

" Aku sendiri sesungguhnya tidak nyaman dengan kehadirannya, meski aku adik kandungnya, tapi apa yang sudah dia lakukan tidak bisa ku tolelir.

Tapi sampai kapan masalah ini berakhir jika kau terus menghindar?

Selesaikanlah." Raut Hangga serius.

" Dia sudah ada di ruang tamu, buatkan dia minum, aku akan mandi sebentar lalu menemanimu." Hangga berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Rani yang masih mematung.

Lima belas menit berlalu, Hangga yang baru saja selesai mandi dengan buru buru memakai kaos dan celana santainya.

Setelah menyisir rambutnya ia segera berjalan keluar kamar, niat hati ingin menemani istrinya, entah hanya untuk duduk disampingnya atau apa.

Namun langkahnya dari ruang tengah tiba tiba terhenti,

" Maafkan aku Ran.. Aku menyesali apa yang ku perbuat kepadamu, andai saja saat itu aku jujur.. Jauh di dalam lubuk hatiku masih ada dirimu meski aku sudah bersama perempuan lain.."

Apa yang Genta lakukan sekarang sungguh melukai perasaan Hangga sebagai seorang laki laki dan seorang suami,

Bagaimana bisa kakak kandungnya itu memeluk istrinya sembari merengek begitu,

Di dalam rumahnya.

" Mas!!" suara lantang Hangga pada kakaknya di sertai langkahnya yang cepat.

Melihat Hangga mendekat Genta dengan segera melepaskan pelukannya. Namun Hangga yang biasanya acuh itu kini sudah terlanjur tersinggung dengan sikap kakaknya,

Di hantamnya wajah Genta sekali hingga Genta terjatuh di atas sofa.

" Apa apaan kau Ngga?!" Genta bangkit dan memegang wajahnya yang sakit.

" Kau yang apa apaan?! Kau tidak memandangku?! wanita siapa yang kau peluk dan rayu?!" Hangga di kuasai ketersinggungan, ia merasa di remehkan.

" Di bukan lagi kekasihmu mas! Dia istriku!" tentu saja Hangga sakit hati, ia selama ini sangat berhati hati, menyentuh tangan Rani pun tidak demi menjaga perasaan Rani, tapi kenapa..

Genta, ia yang sudah sejahat itu pada Rani, berani beraninya menyentuh Rani.

" Aku tau! Tapi kalian menikah karena terpaksa? Jangan sok perduli Ngga?!

Saat aku masih berpacaran dengannya kau perduli pun tidak, menyapa pun tidak,

Lalu kenapa sekarang kau berpura pura menjadi suami yang amat mencintainya?" balas Genta membuat Hangga semakin geram.

" Brengsek memang kau ini!" Hangga mendekat, tangannya terkepal sekali lagi, namun Rani memegangi tangan itu,

" Jangan mas?? Kumohon jangan??" pinta Rani dengan pandangan memohon.

" Kalian?!!" geram Hangga sembari menatap istri dan kakaknya bergantian.

" Pergi mas! Pergi dari rumahku sebelum aku memukulmu lagi!" tegas Hangga, kemarahannya pada Genta tidak main main.

Waktu sudah menunjukkan setengah satu malam, namun Rani masih belum bisa memejamkan matanya.

Ia membolak balikkan tubuhnya, ia takut..

takut dengan kemarahan Hangga, selama enam bulan mereka menikah, tak pernah sekalipun ia melihat kemarahan Hangga.

Selain takut, ia juga merasa bersalah, ia bodoh karena membiarkan Genta memeluk dirinya.

Tapi apalah daya, dirinya yang dihinggapi rasa kecewa dan sedih itu tiba tiba saja di peluk dengan erat,

tidak ada kesempatan baginya untuk menghindar, dan saat ia ingin mendorong Genta menjauh, tau tau Hangga berteriak keras dan langsung memukul kakaknya itu.

Rani sungguh takut, dan bingung ia ingin menjelaskan pada Hangga, tapi ia tidak tau harus bicara mulai dari mana.

Rani bangkit, berjalan keluar kamarnya dan menuju ke dapur.

Mengambil segelas air dingin dan meminumnya sampai habis, ia berharap kegelisahannya segera hilang.

Namun saat Rani akan kembali ke kamarnya, ia melihat Hangga sedang duduk di tengah cahaya remang di ruang tengah.

Rani yang bimbang memberanikan diri, ia berjalan mendekati Hangga.

" Mas.. Belum tidur mas..?"

Panggilnya pada laki laki yang usianya lebih tua empat tahun itu darinya.

Hangga tak menjawab, namun ia menoleh kearah Rani, tatapannya ganjil, tak seperti biasanya.

" aku, aku mau minta maaf.." ujar Rani,

Tapi bukan mendapat jawaban, Hangga malah berdiri dan mendekat.

Sikap yang tidak biasanya menurut Rani begitu juga dengan tatapan nya yang seakan ingin menelan Kirani hidup hidup.

" Mas?" panggil Rani lagi, namun lagi lagi bukan menjawab, Hangga malah mengangkat tubuh Rani,

" Mas?! Ada apa ini?!" tanya kirani cemas dan bingung karena tubuhnya tiba tiba saja di gendong di pundak.

Hangga tidak menjawab, namun langkahnya cepat menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamar, di lemparnya Rani ke atas tempat tidur.

Melihat perlakuan Hangga Rani memberingsut, ia menjauh ke bagian lain dari tempat tidur.

Namun Hangga menarik kaki Rani dengan cepat sehingga perempuan ini kembali di bawah kendalinya.

" Apa maksudnya semua ini? Mari kita bicara baik baik?!" pinta Rani,

" Apa yang perlu di bicarakan? Kau istriku, aku berhak atas dirimu.." desis Hangga,

" Aku selama ini menahan diriku, karena aku tidak mau melukai perasaanmu, tapi apa yang kau lakukan?

Kau biarkan dirimu di sentuh laki laki lain seenaknya..!" tegas Hangga lalu menyergap bibir Rani.

Rani yang kalah besar tentu saja tidak bisa lepas, meski dirinya mendorong tubuh Hangga dengan sekuat tenaga.

Malam itu, Hangga berhasil menguasai tubuh Rani sebagai seorang laki laki, sebagai seorang suami, yang sakit hati.

Ia tidak perduli, meski Rani menangis di bawah tubuhnya,

Yang ia tau hanyalah dirinya lebih berhak menyentuh Rani dari pada pria manapun.

Entah berapa kali Hangga melampiaskan nafsu yang berbaur dengan emosi itu, yang jelas ia baru saja terlelap sampai menjelang subuh.

Bahu yang lebar dan tangan yang kuat itu tetap merengkuh Rani dalam tidur, seakan dalam tidurpun Rani tidak boleh lepas dalam dirinya.

Rani berusaha melepaskan diri, tapi semaki berusaha Rani lepas, rengkuhan itu semakin erat.

Terpopuler

Comments

Murni Zain

Murni Zain

baca ulang... lg engga mood.

2025-02-18

0

Moerni zain

Moerni zain

Emosi ya menakutkan.. Hangga.

2024-06-04

1

Mrs. Ketawang

Mrs. Ketawang

Tdk mnyalahkan Hangga,qm suami Sah

2024-05-22

1

lihat semua
Episodes
1 kereta api
2 6 bulan
3 kedatangan Genta
4 teman lama
5 berjumpa hanum
6 kabarmu
7 sanggup
8 lamunan
9 villa
10 lari pagi
11 kenapa kau disini?
12 kabarmu
13 Pak putra
14 durian
15 satu meja
16 pikiran
17 Bis
18 kesedihan Yudi
19 seorang kakak
20 percikan
21 aku tau
22 satu kampung
23 ayunan
24 durian jatuh
25 tidur siang tiara
26 pasar
27 aku sedang berusaha
28 menjemput tiara
29 Aku mencintaimu
30 kembalilah padaku
31 subuh
32 omelan mak Dar
33 Semangka
34 kopi dan teh
35 beri kami ruang
36 senang
37 mak Dar
38 kebun
39 mirip
40 jatuh
41 menjagamu dan tiara
42 tidak mudah
43 bimbang
44 map kuning
45 cucu
46 putriku
47 kebohongan
48 kujemput nanti
49 kesal
50 ceramah
51 perasaan
52 berbagi
53 mak Dar
54 hiduplah di malang
55 berteman
56 pertemuan
57 Iri
58 tamparan
59 tangisan santi
60 berkelahi
61 santi
62 kegelisahan Hangga
63 bagaimana jika?
64 pecel
65 kedatangan santi
66 nasehat
67 pamer?
68 perkedel
69 mas Hangga
70 aku milikmu
71 kami akan menikah
72 ragu
73 hari yang bagus
74 masalah ada padamu
75 kangen
76 kalau jodoh tidak akan kemana
77 Danu
78 aku mencintaimu
79 pagi buta
80 ampun
81 berjanji
82 menyesal
83 menenangkan
84 makan malam
85 kesabaran
86 extra
Episodes

Updated 86 Episodes

1
kereta api
2
6 bulan
3
kedatangan Genta
4
teman lama
5
berjumpa hanum
6
kabarmu
7
sanggup
8
lamunan
9
villa
10
lari pagi
11
kenapa kau disini?
12
kabarmu
13
Pak putra
14
durian
15
satu meja
16
pikiran
17
Bis
18
kesedihan Yudi
19
seorang kakak
20
percikan
21
aku tau
22
satu kampung
23
ayunan
24
durian jatuh
25
tidur siang tiara
26
pasar
27
aku sedang berusaha
28
menjemput tiara
29
Aku mencintaimu
30
kembalilah padaku
31
subuh
32
omelan mak Dar
33
Semangka
34
kopi dan teh
35
beri kami ruang
36
senang
37
mak Dar
38
kebun
39
mirip
40
jatuh
41
menjagamu dan tiara
42
tidak mudah
43
bimbang
44
map kuning
45
cucu
46
putriku
47
kebohongan
48
kujemput nanti
49
kesal
50
ceramah
51
perasaan
52
berbagi
53
mak Dar
54
hiduplah di malang
55
berteman
56
pertemuan
57
Iri
58
tamparan
59
tangisan santi
60
berkelahi
61
santi
62
kegelisahan Hangga
63
bagaimana jika?
64
pecel
65
kedatangan santi
66
nasehat
67
pamer?
68
perkedel
69
mas Hangga
70
aku milikmu
71
kami akan menikah
72
ragu
73
hari yang bagus
74
masalah ada padamu
75
kangen
76
kalau jodoh tidak akan kemana
77
Danu
78
aku mencintaimu
79
pagi buta
80
ampun
81
berjanji
82
menyesal
83
menenangkan
84
makan malam
85
kesabaran
86
extra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!