6 bulan

Hal yang tidak pernah Rani bayangkan seumur hidupnya,

Ia berada satu kamar dengan laki laki yang sesungguhnya akan menjadi adik iparnya itu.

Namun karena perbuatan Genta yang tidak bertanggung jawab,

Situasi berubah,

Calon adik iparnya itu kini menjadi suaminya.

Dada Rani di penuhi sesak, di liriknya laki laki yang sedang sibuk melepas baju pengantinnya itu, lirikan yang canggung bercampur takut.

Laki laki bernama Hangga itu hampir tak pernah menyapanya meski Genta sering membawa Rani berkunjung kerumah.

Laki laki itu selalu tampak dingin dan acuh, semua keluarga bahkan mengakui kalau hangga adalah anak yang paling pendiam, jauh berbeda dengan Genta yang lembut dan hangat,

Dengan Hanum yang raman dan periang.

Rani melirik lagi, sembari menggenggam tangannya yang gemetar.

Namun rupanya yang di lirik merasa, masih sibuk melepas jarik nya, ia menatap Rani sekilas.

" Jangan takut, aku akan tidur di kamarku sendiri," suara Hangga tenang.

Rani diam tertunduk.

" Aku akan memanggil Hanum supaya membantu melepas baju dan sanggul mu,

Setelah itu tidurlah," ujar Hangga lagi saat semua jarik sudah terlepas dan hanya tersisa celana pendek dan kaos dalamnya saja.

Tanpa menunggu jawaban Rani, laki laki itu pergi,

Dan lima menit kemudian muncullah Hanum, anak bungsu keluarga ini.

Hanum yang biasanya ceria itu, kini tiba tiba menjadi seorang pendiam.

" Ku bantu ya mbak.." katanya hati hati memegang sanggul Rani.

Rani mengangguk, namun entah kenapa, di tengah anggukannya itu air matanya tiba tiba turun begitu saja,

Air mata yang sudah ia tahan selama berjam jam di hadapan banyak orang.

Awalnya hanya tangisan kecil,

Tapi saat hanum memeluknya, tangis itu menjadi isakan isakan yang luar biasa menyakitkannya, hingga bahu Rani berguncang hebat.

Melihat Rani seperti itu, Hanum turut menyesal hingga turut menangis.

Ia sungguh sungguh menyesalkan perbuatan kakak tertuanya yang tidak bertanggung jawab.

" Maafkan kami ya mbak...??" ucap Hanum dengan suara menyedihkan,

" kami tidak mengawasi mas Genta dengan baik sehingga hal semacam ini menimpamu..?? Maafkan kami mbak...??" pinta Hanum masih memeluk Rani yang belum berhenti menangis.

Dan begitulah, malam pengantin itu berlalu dengan di penuhi air mata.

Rani terbaring menyedihkan sendirian di atas ranjang pengantinnya.

Sesekali matanya menatap rangkaian bunga yang menghiasi ujung ujung ruangan, rangkaian bunga yang indah itu malah membuat air matanya jatuh kembali, betapa menyedihkannya dirinya, di tinggalkan begitu saja tanpa tau sebab dan salahnya apa,

Dan sekarang, ia sudah terlanjur menikah dengan adik Genta, entahlah apa yang akan terjadi selanjutnya.

Keesokan hari, ketika suasana sudah menjadi lebih tenang, semua keluarga berkumpul untuk bicara dengan serius.

Rani, dan Hangga duduk berjauhan meski keduanya sudah menjadi suami istri.

Hanum yang peka, duduk disamping Rani dan tidak henti mengelus lengan kakak iparnya itu.

" Nasi sudah menjadi bubur Ran, semuanya terjadi begitu cepat.. sekarang semua terserah kau dan Hangga saja..

Kalian mau tetap tinggal disini, atau mencari rumah yang jauh dari sini.." suara mertua laki lakinya kalem, tampak pula penyesalan di dalamnya.

Rani tertegun cukup lama, tak pernah ada rencana apapun dalam pikirannya setelah hal menyedihkan ini terjadi padanya.

Apalagi untuk hidup berdua dengan Hangga,

Yah hangga,

sosok yang sering ia lihat bersliweran di hadapannya saat berdua dengan Genta,

Namun tak pernah ia kenal dengan sungguh sungguh seperti Hanum.

Rumah tangga macam apa yang akan ia jalani??

Bersuamikan laki laki yang sosoknya dingin dan kaku,

Kenyataan yang lebih mengerikan adalah keduanya tidak saling mencintai,

Bagaimana caranya hidup berdampingan dalam satu atap rumah??.

Rani kebingungan menjawab, matanya terus menatap lantai.

" Sepertinya Rani kebingungan pa.. tentu saja dia masih kaget.." ibu mertua Rani membaca kebingungan itu dan menyela.

Mendengar itu Papa Hangga mengalihkan pandangan pada putra keduanya.

" Kalau kau bagaimana ngga? rencana ke depanmu bagaimana dengan Rani," tanya papanya,

Hangga jug diam, ia hanya terdengar menghela nafas.

" kuharap kalian berdua bisa menerima kondisi dengan bijaksana,

Meski suatu ketika Genta kembali, situasi ini sudah tidak bisa di ubah,

Dan papa berharap, tidak ada perceraian di dalam rumah tangga anak anak papa, entah apapun alasannya..

Belajarlah kalian saling menerima,

Hiduplah bersama dengan baik..

Jika tidak bisa memulainya sebagai pasangan,

Mulailah dulu sebagai teman untuk berbagi segala hal..

Papa tidak bicara asal saja,

Dulu papa dan mamamu juga tidak melewati proses pacaran,

Kami di jodohkan oleh orang tua kami,

Tapi kalian lihat..

Kami berhasil membangun rumah tangga ini dengan baik..

jadi papa yakin..

Kalian pasti bisa saling menerima, meski segalanya di awali dengan keterpaksaan..".

Setelah lama diam dan berpikir, akhirnya Hangga mulai bicara,

" Bagaimana jika mas Genta kembali?" tanya Hangga,

" Sudah tidak ada tempat lagi untuknya dirumah ini," jawab papanya cepat.

" papa akan mengusirnya?"

" di berhak hidup di luar sana karena sudah mengecewakan bahkan mengkhianati keluarganya." jawab papanya tegas.

" Bagaimana kalau suatu ketika aku di salahkan pa?"

" selama papa masih hidup, tidak akan ada seorangpun yang berani menyalahkan mu, jadi mantapkan langkahmu ke depan."

Mendengar itu Hangga lagi lagi menghela nafas.

" Ya sudah, kalau papa sudah bicara begitu, aku tidak punya alasan lagi,

Aku akan tinggal di luar saja,

Kurasa itu lebih nyaman." ujar Hangga tanpa menatap atau melirik Rani.

Keputusan itu murni ia buat demi kenyamanan keduanya, lepas dari Rani setuju atau tidak.

Seminggu berlalu, keduanya sudah pindah ke suatu rumah, letaknya di tengah perumahan, jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dari rumah Rani.

Hangga memilih rumah itu agar Rani leluasa untuk mengunjungi kakaknya, karena Hangga cukup jarang dirumah dan hanya sesekali bicara pada Rani, seperlunya saja.

Keduanya tidak pernah saling menganggu dan tidur di kamar masing masing.

Hangga memperkerjakan asisten rumah tangga, sehingga ia tidak mengharuskan Rani untuk memasak dan meladeninya,

Hangga merasa hal itu yang paling baik untuk Rani.

Hal itu berlangsung hingga berbulan bulan lamanya,

Hingga di bulan kelima di pernikahan mereka yang tenang, terdengar sebuah kabar, bahwa Genta sudah kembali,

Namun ia tidak kembali sendiri, ia membawa seorang wanita bersamanya.

Mendengar itu, Rani yang sesungguhnya sudah menerima kenyataan, ternyata masih saja kecewa, beberapa malam ia menangis,

Ia menangis bukan karena ingin kembali pada Genta,

Tapi ia menangis karena luka yang ia rasakan masih begitu segar, luka pengkhianatan yang mungkin seumur hidupnya tidak akan hilang.

Saat ia tenggelam dalam tangisnya yang pilu itu, Hangga tiba tiba masuk ke dalam kamarnya,

dengan tergesa gesa di hapus air matanya,

" Ada apa?" tanya Ranu dengan suara serak,

" Ada mbak Rinta mencari mu, aku sudah memanggilmu berkali kali tapi kau tidak membalas, karena itu aku membuka pintu kamarmu," jelas Hangga yang sepertinya baru saja pulang dari tempat kerjanya.

" oh, terimakasih, aku akan segera keluar.." ujar Rani.

Mendengar itu Hangga segera berlalu pergi.

Malamnya, saat Rani sedang duduk di depan TV, Hangga yang biasanya tidak pernah nonton TV itu, tiba tiba saja duduk tak jauh dari Rani.

Meski sudah tinggal seatap selama lima bulan, tapi keduanya tidak pernah duduk berdekatan atau bahkan berbincang, hal itu membuat Rani merasa canggung.

" Duduklah kembali, aku ingin bicara," suara Hangga tenang, ia mencegah Rani yang sudah bangkit dari duduknya itu agar tidak pergi.

" Ada apa?" tanya Rani pelan, ia memberanikan diri menatap Hangga yang selama ini tidak pernah di tatapnya.

Laki laki yang tidak kalah gantengnya dengan Kakak kandungnya itu menyandarkan punggungnya di sofa, seperti ini terlihat lebih rileks.

" Seperti kau tau, pernikahan kita sudah berjalan selama lima bulan..",

Mendengar itu Rani mengangguk,

" minggu depan memasuki bulan ke enam.." Rani menambahkan.

" Kau benar, lalu bagaimana menurutmu pernikahan kita?" tanya Hangga menatap Rani serius,

" Pernikahan kita?" tanya Rani bingung,

" ya, sesungguhnya aku penasaran, bagaimana kita ke depannya, apalagi setelah mas Genta kembali,"

" Maksudmu bagaimana?" Rani gelagapan,

" Kau tentunya tidak bisa melupakan mas Genta sampai sekarang kan?" pertanyaan Hangga yang tiba tiba itu sungguh menusuk hati Rani.

" Lihatlah.. dengan aku menyebut nama mas Genta saja, wajahmu sudah sesedih itu,

Apalagi sekarang mas Genta sudah kembali." ucap Hangga teliti menatap Rani yang tertunduk dalam.

Rani tak menjawab, namun air matanya mulai menetes, dan Hangga melihat air mata itu jatuh dengan jelas di depan matanya.

Terpopuler

Comments

Moerni zain

Moerni zain

Sedih banget ya Rani d tinggal pas mau akad nikah trs terpaksa menerima calon adik ipar sebagai suami.

2024-06-04

1

Enung Samsiah

Enung Samsiah

masih nyimak,,, dngn sngt
fokuuusss,,,

2023-10-25

2

may

may

Baca pelan pelan sambil memahami alurnya😊

2023-10-16

3

lihat semua
Episodes
1 kereta api
2 6 bulan
3 kedatangan Genta
4 teman lama
5 berjumpa hanum
6 kabarmu
7 sanggup
8 lamunan
9 villa
10 lari pagi
11 kenapa kau disini?
12 kabarmu
13 Pak putra
14 durian
15 satu meja
16 pikiran
17 Bis
18 kesedihan Yudi
19 seorang kakak
20 percikan
21 aku tau
22 satu kampung
23 ayunan
24 durian jatuh
25 tidur siang tiara
26 pasar
27 aku sedang berusaha
28 menjemput tiara
29 Aku mencintaimu
30 kembalilah padaku
31 subuh
32 omelan mak Dar
33 Semangka
34 kopi dan teh
35 beri kami ruang
36 senang
37 mak Dar
38 kebun
39 mirip
40 jatuh
41 menjagamu dan tiara
42 tidak mudah
43 bimbang
44 map kuning
45 cucu
46 putriku
47 kebohongan
48 kujemput nanti
49 kesal
50 ceramah
51 perasaan
52 berbagi
53 mak Dar
54 hiduplah di malang
55 berteman
56 pertemuan
57 Iri
58 tamparan
59 tangisan santi
60 berkelahi
61 santi
62 kegelisahan Hangga
63 bagaimana jika?
64 pecel
65 kedatangan santi
66 nasehat
67 pamer?
68 perkedel
69 mas Hangga
70 aku milikmu
71 kami akan menikah
72 ragu
73 hari yang bagus
74 masalah ada padamu
75 kangen
76 kalau jodoh tidak akan kemana
77 Danu
78 aku mencintaimu
79 pagi buta
80 ampun
81 berjanji
82 menyesal
83 menenangkan
84 makan malam
85 kesabaran
86 extra
Episodes

Updated 86 Episodes

1
kereta api
2
6 bulan
3
kedatangan Genta
4
teman lama
5
berjumpa hanum
6
kabarmu
7
sanggup
8
lamunan
9
villa
10
lari pagi
11
kenapa kau disini?
12
kabarmu
13
Pak putra
14
durian
15
satu meja
16
pikiran
17
Bis
18
kesedihan Yudi
19
seorang kakak
20
percikan
21
aku tau
22
satu kampung
23
ayunan
24
durian jatuh
25
tidur siang tiara
26
pasar
27
aku sedang berusaha
28
menjemput tiara
29
Aku mencintaimu
30
kembalilah padaku
31
subuh
32
omelan mak Dar
33
Semangka
34
kopi dan teh
35
beri kami ruang
36
senang
37
mak Dar
38
kebun
39
mirip
40
jatuh
41
menjagamu dan tiara
42
tidak mudah
43
bimbang
44
map kuning
45
cucu
46
putriku
47
kebohongan
48
kujemput nanti
49
kesal
50
ceramah
51
perasaan
52
berbagi
53
mak Dar
54
hiduplah di malang
55
berteman
56
pertemuan
57
Iri
58
tamparan
59
tangisan santi
60
berkelahi
61
santi
62
kegelisahan Hangga
63
bagaimana jika?
64
pecel
65
kedatangan santi
66
nasehat
67
pamer?
68
perkedel
69
mas Hangga
70
aku milikmu
71
kami akan menikah
72
ragu
73
hari yang bagus
74
masalah ada padamu
75
kangen
76
kalau jodoh tidak akan kemana
77
Danu
78
aku mencintaimu
79
pagi buta
80
ampun
81
berjanji
82
menyesal
83
menenangkan
84
makan malam
85
kesabaran
86
extra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!