POV Wandi 4

Tiap malam aku pulang malam, Cita tak lagi menegurku, uang gaji tetap tak pernah kuberikan pada cita, nampaknya untuk kebutuhan nya mama yang ngasih atau mungkin pakai uang tabungannya, atau juga mungkin dari mamanya Cita tanpa sepengetahuan papa nya. Aku tak perduli karna uang gaji untuk diriku saja tidak cukup bagaimana aku harus memberikannya pada cita. teman-teman ku semakin banyak, tapi tak ada satupun yang dari kantor, mereka menjauh karna tak sanggup mengikuti gaya hidup ku.

###########

Malam itu aku diberitahu cita sudah dilarikan ke rumah sakit karna kesakitan seperti akan melahirkan, Cita harus dioperasi karna tak ada bukaan setelah semalaman di induksi, paginya operasi di lakukan, aku sama sekali tak pegang uang, asuransi untuk kesehatan cita tak pernah aku urus. Seperti biasa mama tetap pahlawanku, bersama papa yang senang menanti cucu pertama, mereka lah menanggung semua biayanya, pakaian bayi juga sudah lengkap, ntah pakai uang siapa atau dengan siapa Cita membelinya aku tak pernah dilibatkan, atau aku yang tak pernah peduli.

Setelah membayar biaya rumah sakit yang harganya lebih dari 14 juta, kami pulang ke rumah, aku begitu kesal dengan Cita, seandainya dia tidak perlu operasi, uang yang begitu banyak bisa digunakan untuk yang lain, dasar Cita pemalas selama hamil lebih banyak tidur ku lihat.

**********************

Anak ku yang telah lahir berjenis kelamin laki-laki, sangat putih mirip seperti Cita,

"Wan, kamu sudah menyiapkan nama untuk anakmu?" papa bertanya

"Belum." Aku memang tak terpikir sebuah nama pun, aku tak pernah ikut memeriksa kandungan cita, kadang dia pergi dengan mama atau kakak perempuan ku.

"Aku sudah ada pa," Cita menjawab, "namanya Ahmad Dzikriansyah, panggilannya Rian"

Semua setuju termasuk aku, apa salahnya cita yang memberikan nama, toh Cita ibunya. Khitanan Rian akan segera di lakukan, papa ingin sebelum umurnya 21 hari, lagi-lagi darimana uang ku.

Mama yang kembali menyelamatkannya dan dibantu uang tabungan Cita, orangtua Cita tak dilibatkan karna Papa malu.

Semua keluarga ku sangat sayang dengan Rian, kakak dan adikku yang belum menikah, memperlakukan Rian seperti anak mereka, meraka pun selalu membantu Cita untuk mengurus Rian. Aku sudah mulai mengurangi kegiatan di luar rumah, kuhentikan pergaulan dengan teman-teman di luar kantorku. Aku selalu rindu ingin bermain dengan Rian.

Tiga bulan di rumah tanpa hiburan lain, membuatku jenuh, apalagi Rian belum bisa di ajak main, aku ingin kembali berkumpul dengan teman-teman ku pasti mereka juga rindu dengan ku. Cita mulai lelah dengan sikap ku, dia lari ke rumah orangtuanya. Awalnya aku senang saja Cita tidak ada di rumah aku bisa semakin bebas, tapi lama kelamaan aku merasa rindu dengan Rian dan hasrat laki-laki ku yang tidak tersalurkan membuat ku ingin menjemput Cita, ditambah papa yang selalu marah, menganggap cita lari karna ulahku, mama, kakak dan adikku juga sangat merindukan Rian.

Di temani Mama kami menjemput Cita, aku memohon padanya, berjanji akan merubah sikap ku dan akan memberikan gaji ku padanya, sambil menangis aku berlutut padanya, Cita luluh, beruntung orangtua Cita tidak terlalu ikut campur, yang ku takutkan tidak terjadi,

"Terimakasih sayang," ku cium cita.

"Semoga kamu menepati janji mu wan," Cita memelukku.

Terpopuler

Comments

Sept September

Sept September

semangat 45

2020-08-06

0

Kadek

Kadek

seru kk lnjutkn

2020-08-05

0

Sugianti Bisri

Sugianti Bisri

👍👍👍👍👍

2020-07-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!