Jujur

POV Rian

Malam itu juga, aku harus menelpon tante Mia, aku pernah beberapa kali di telpon tante Mia saat menanyakan ayah kalau hape ayah sedang tidak aktif, karna itu aku punya nomor tante Mia.

Tante Mia nampak sangat terpukul, pasti karna kecewa pria yang dicintainya berbohong hal besar padanya, atau kecewa karna tidak menyukai kami. ntahlah...aku hanya ingin menyampaikan hal sebenarnya, kebohongan ini juga akan terbongkar nantinya.

######

Saat siang aku bertemu papa aku begitu marah padanya,

"Kenapa papa tidak mau mengakuinya kami ini anakmu? KENAPA PA? apa papa malu punya anak seperti kami? Kalaupun papa akan menikah denga siapapun nantinya kami tidak akan menganggu keluarga baru papa, anggap saja kami tidak ada, dan ketika kami sukses nanti, kami anggap juga papa tidak ada, toh selama ini jarang ada untuk kami, hampir seluruh biaya sekolah dan biaya hidup kami nenek, ayah dan tante-tante yang memberikan, kasih sayang pun jarang engkau ada untuk kami." Tangan ku mengepal, sangat marah ku rasakan.

"Maafkan papa, rian...., bukan papa tidak menganggap kalian sebagai anak papa, papa hanya takut tante Mia meninggalkan papa, papa pasti akan mengatakan hal sebenarnya tapi masih menunggu waktu yang tepat." Papa hampir menangis, aku jadi gak tega.

"Sudahlah pa, semoga engkau bahagia."

Ku tinggalkan dia, aku tak mau hatiku luluh melihatnya. biarlah dia menyelesaikan nanti masalahnya.

###########

Mia

Hari ini aku kembali masuk kerja, setelah tiga hari izin, karna aku belum mau bertemu dengannya, saat dia menawarkan akan mengantarkan aku menolaknya, aku lebih memilih ayah untuk mengantarkan ku kerja. Biarlah pulangnya nanti aku ingin dia menjemput, aku harus menyelesaikan masalah ini, tak mungkin berlarut tanpa kejelasan.

#####

Sore hari

"Mas pasti tau apa yang akan aku tanyakan?, aku tak butuh jawaban kenapa mas harus berbohong, karna mas akan menjelaskan dengan banyak alasan, seandainya aku ingin putuskan hubungan ini, bagaimana mas?" aku tak menyangka akan kuat mengatakan hal ini, mungkin karna sudah tiga hari aku merenunginya, tapi aku tak ingin memutuskan hubungan ini sebelah pihak.

"Maafkan mas, Mia. Tidak ada maksud mas untuk berbohong, tapi mas takut sekali kamu akan pergi jika tau hal sebenarnya, mas bukan pria yang mudah jatuh cinta Mia, setelah hampir 10 tahun berpisah dengan mama nya Rian, baru ini mas bisa serius kembali dengan wanita, karna itu mas mohon jangan putuskan hubungan ini." Mas Wandi memohon padaku, ada air menganak sungai di matanya. Dia melanjutkan ceritanya.

"Namanya Cita, kami menikah setelah tamat SMA, orangtua kami tidak ada yang merestui, kami lari ke kampung nya cita, memohon pada pamannya agar mau menikahkan kami, tapi ternyata pamannya diam-diam menelpon papanya cita untuk datang, mungkin setelah itu orangtua cita mengajak orangtua mas untuk ikut, kami dua keluarga berkumpul dan merembukkan masalah ini, akhirnya setelah semua berkas disiapkan kami langsung dinikahkan."

"Kenapa kalian begitu cepat ingin menikah? apakah sebelumnya kalian sudah berbuat zina?" tanyaku langsung tanpa basa-basi.

"Tidak mia, selama hampir dua tahun kita ber pacaran, apakah mas pernah mengajak mu berbuat hal yang tidak baik?" tanya mas Wandi balik, yaa...mas Wandi tidak pernah berbuat kurang ajar pada ku.