Seorang gadis memakai jaket hitam dan celana kulit dengan sepatu boots, ia berjalan dengan tenang di sebuah kerumunan orang-orang yang meliukkan tubuhnya mengikuti irama musik, orang yang berciuman bahkan bercinta.
Ia begitu biasa saja melihat orang-orang itu, ia berjalan ke arah gadis yang sedang meneguk cocktail, gadis itu mengenakan dress mini di atas paha dan bagian atas terbuka.
"Apa kabar my best friend?" tanyanya berbasa-basi dengan tersenyum lebar.
Dia tidak menjawab ia malah mendudukkan bokongnya di atas kursi depan meja pemisah para tamu dan bartender.
"Aku pesan Sauvignon Blanc," ucapnya.
Sauvignon Blanc merupakan jenis anggur putih yang bertekstur sedang (mid-bodied) dengan sentuhan rasa jeruk.
"Kau memang payah Auris," ejeknya terkekeh.
"Aku tidak sepertimu yang bisa minum sebanyak-banyaknya kau mau," balas Auris tidak terima.
"Tetap saja kau payah," ejeknya sekali lagi.
"Ngapain kau memanggilku kemari?" tanyanya dengan alis terangkat.
"Temani aku di sini dan ayo kita minum," jawabnya tertawa.
Auris menghembus nafasnya kasar, "Aku turut berduka cita atas apa yang kau lalui," ujar Auris dengan nada sedikit kasihan.
"Kau tidak perlu mengasihi aku Auris," jawabnya tidak suka.
Auris meneguk anggur yang dia pesan, ketika ia menoleh ke samping bisa ia lihat pipi Katya sedikit bengkak.
Ia menyentuhnya, "Katya, pipimu kenapa?" tanyanya cemas.
"Kepentok meja," jawabnya cepat menggoyang gelas.
"Aku tidak sebodoh itu Katya. Kau juga tidak akan ada di sini kalau kau tidak ada masalah."
"Ternyata aku enggak bisa berbohong sama orang yang sering mendapatkan luka," ejek Katya sinis.
"Terserah dirimu. Aku anggap tidak mendengar itu," balasnya merebut gelas Katya dan langsung meneguknya.
"Kau mau mendengar cerita aku?" tanya Katya tiba-tiba.
"Aku akan mendengarmu. Ceritakan saja semuanya," jawabnya memandang ekspresi wajah Katya terlihat sedih walaupun dilihat dari samping.
Katya memegang tenggorokannya ia merasa sedikit sakit karena telah berteriak, Katya memilih keluar dari kamarnya untuk mengambil air.
Belum dia menyentuh handel pintu, pintu itu sudah terbuka memperlihatkan wajah ibu asuhnya yang merah dan mata sedikit bengkak.
Ibu Wati malah melayangkannya tangannya pada pipi kiri Katya yang berhasil membuat dia terhempas ke bawah.
Katya menyentuh pipi kirinya terasa perih dan panas, ia menatap ibu asuhnya dengan tatapan marah.
"Kenapa ibu memukulku? Belum puas dengan yang tadi?" teriak Katya serak.
"Iya aku belum puas menampar kau. Karena kau anakku makanya aku cuma sekali saja menampar jika tidak aku sudah menghajar dirimu sampai mati. Jangan perlihatkan dirimu di depan Kevin untuk waktu yang lama, aku tidak ingin putraku menangis karena mendengar perkataanmu."
Katya memasang ekspresi wajah sedikit bingung, "aku tidak mengatakan apapun padanya," tegasnya.
"Dia mendengar semua perkataanmu dan juga harapanmu yang berharap dia tidak lahir. Sekali lagi kau mengatakannya ibu tidak akan segan-segan membalasmu Katya."
Ibu Wati pergi dari kamarnya, Katya sedikit terkejut ia mencengkram dadanya dan tanpa sadar kristal bening kembali membanjiri wajahnya.
"Itulah yang terjadi Auris," cerita Katya tersenyum getir.
"Jika aku menjadi ibu asuhmu aku sudah pasti akan mencabik-cabik dirimu. Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu? Kau tidak memikirkan perasaan adikmu jika dia mendengarnya," cecar Auris tidak habis pikir dengan jalan pikiran Katya.
"Aku mengatakannya dalam keadaan emosi, aku menyesal Ris. Aku ingin minta maaf sama Kevin namun aku tidak punya keberanian melihat wajahnya. Bukan cuma kalian yang marah pasti orang tuaku juga marah di atas sana."
"Kat, bagaimanapun ini semua udah terjadi. Cara untuk memperbaiki adalah dengan meminta maaf pada Kevin, berikanlah dia hadiah dan buatlah banyak kenangan sehingga dia akan melupakan apa yang kau katakan," saran Auris seraya mengusap punggung Katya.
Auris kembali membuka suaranya, "Kat, aku tahu ini pasti berat bagimu, ditinggal oleh orang terkasih memang menyakitkan tapi percayalah Tuhan pasti punya rencana lebih baik untuk kedepannya. Kat, kau harus bangkit dari keterpurukan semua membutuhkan dirimu, Kevin butuh kakaknya untuk menemaninya, rumah sakit perlu pemimpin, ibumu pasti tidak ingin kau terpuruk untuk waktu yang lama, dan sahabatmu ini tidak ingin melihatmu menangis dan hancur," ucap Auris dengan berlinang air mata.
Katya memeluk erat Auris dan menangis, "kenapa Ris harus aku yang mengalami ini? Aku belum siap untuk semuanya, aku masih membutuhkan papa di sisiku, kenapa harus aku?" pekiknya serak.
Auris cuma bisa membiarkan Katya menumpahkan kesedihan yang ia alami, Auris tahu banyak orang-orang melihat ke arah mereka bagaimanapun ini disebabkan oleh teriakan Katya yang nyaring.
Auris memilih mengabaikan tatapan orang-orang padanya, ia cuma fokus pada sahabatnya dan saudaranya.
"Kat, tidak semua hal di dunia ini tentang kita dan apa yang kita mau harus kita dapatkan karena di dunia ini ada porsinya masing-masing," ucapnya bijak dan berharap Katya mengerti maksud yang ingin ia sampaikan.
Tidak berapa lama tangisan Katya sedikit mereda, Katya melepaskan tangannya dari pinggang Auris, ia mengusap wajahnya.
"Cukup hari ini saja aku menangis tapi untuk besoknya aku tidak akan menangis dan akan bangkit dari keterpurukan ini," ucapnya sedikit getir.
"Kau harus bangkit. Ini Katya yang aku kenal, lupakan semua kesedihan dan mari buat hari yang indah besok dan seterusnya," balasnya mengucek wajah Katya.
Mereka berbalik ke arah bartender, "satu gelas Vodka,"ucap mereka kompak.
Bartender tersebut menyajikan dua gelas Vodka di hadapan mereka.
Katya dan Auris bersulang, "Cheers. Mari minum sampai puas dan tepar," teriak mereka semangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
kiki
Pendek ceritanya kak.. kelamaan nunggu aksa
2023-07-23
0