Di sinilah mereka berada di sebuah pemakaman umum dengan pakaian serba hitam. Setelah pemaksaan yang dilakukan Chiko padanya akhirnya jasad James bisa dimakamkan setelah melakukan berbagai prosedur.
James dimakamkan bersebelahan dengan pusaran istri tercintanya. Gumpalan tanah mulai menutupi jasad James yang telah berbaring di dalamnya.
Tidak ada kerabat yang datang pada pemakaman ayahnya begitupun juga dengan ibunya dulu. Tentu saja tidak akan ada kerabat yang datang ayah dan ibunya saja memutuskan kawin lari karena kedua keluarga tidak merestui hubungan mereka.
Katya duduk termenung di samping pusaran James yang masih basah dengan ditemani oleh Auris yang merangkul bahunya. Auris mendapatkan kabar dari ibu Wati yang menghubunginya pagi-pagi sekali, mendengar kabar itu tentu membuat Auris harus hadir, ia tidak bisa membiarkan sahabatnya sendirian.
Kevin juga sama seperti Katya termenung memandang makam ayahnya, ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ibu Wati cuma bisa merangkul untuk memberikan kekuatan padanya.
Chiko mengatur segala proses pemakaman dan para pelayat, beberapa staf rumah sakit juga ikut menghadiri pemakaman.
"Nona Katya, saya berturut berduka cita atas apa yang terjadi," ujar dokter Rio.
"Makasih om sudah mau datang," balas Katya tersenyum secara terpaksa.
"Jika anda memerlukan bantuan bisa menghubungi kami," ucap istri dokter Roy.
Katya tahu orang-orang yang hadir kemari pasti ingin menjalin hubungan dengannya bagaimanapun ia adalah calon pemimpin setelah ia menyelesaikan pendidikannya.
Para pelayat satu persatu mulai meninggalkan area pemakaman sehingga tinggallah mereka berlima yang masih diam mematung di samping pusaran James.
"Katya, Kevin, ayo kita pulang," ajak ibu Wati memandang langit yang akan segera menurunkan hujan.
Bahkan langit mengerti akan kesedihan yang mereka alami. Mereka mulai beranjak dari sana meninggalkan area pemakaman.
Katya menoleh dan memandang berbagai nisan, "papa Katya sama Kevin pulang. Kami akan sering mengunjungi kalian," ucapnya menyeka air matanya.
...----------------...
Keluarga Wijaya menunggu di depan ruang operasi, mereka telah menghabiskan waktu sekitar tiga jam menunggu di sana.
Sampai lampu operasi berubah menjadi hijau, seorang dokter keluar dari sana, melihat itu mereka segera menghampiri dokter.
"Bagaimana kondisi anak saya?" tanya mami Rika khawatir.
"Operasi berjalan dengan lancar. Tapi kami mohon maaf harus mengatakan ini pasien mengalami koma," papar dokter sedikit berat.
"Berapa lama dia akan bangun?" tanya David.
"Kami tidak bisa memperkirakan kapan pasien akan bangun, itu tergantung dengan kondisinya," jelas dokter.
"Lakukan yang terbaik buat anak saya," pinta mami Rika.
"Kami akan memindahkan pasien ke ruang ICU untuk memantau kondisinya," ujar dokter tersebut.
Keluarga Wijaya sedikit merasa lega tapi juga khawatir karena Aksa mengalami koma. Mereka mengikuti brankar Aksa yang didorong oleh para perawat.
Mereka tidak bisa masuk ke dalam hanya bisa memandang dari kaca pembatas ruang ICU.
"Semoga kakak cepat sadar," ujar Cherry menyentuh kaca.
"Kita doakan yang terbaik buatnya," timpal Bella mengusap bahu Cherry.
Ketika keluarga Wijaya fokus pada Aksa yang berada di ruang ICU, fokus mereka terpecah mendengar beberapa perawat yang saling bercerita.
"Aku tidak menyangka pak James akan meninggal," ujar seorang perawat berambut pendek.
"Aku pun juga. Padahal baru semalam aku melihatnya."
"Ku dengar di ruang jenazah katanya rem mobilnya blog."
"Jika tuan James meninggal siapa yang akan mengambil alih rumah sakit ini?"
"Tentu saja nona Katya kan? Cuma dia yang akan memimpin rumah sakit ini."
"Dia masih 18 tahun, dia harus mengikuti pendidikan dan juga harus membuktikan dirinya bisa mengambil alih rumah sakit ini."
"Kalaupun dia enggak mengambil alih pasti ibunya dokter Chiko akan kembali untuk menjadi direktur rumah sakit ini."
Mendengar obrolan gosip para perawat membuat David sedikit terkejut, bahwasanya orang yang menjadi penyebab kecelakaan anaknya telah meninggal.
David segera menghampiri mereka untuk memastikan informasi.
"Permisi," sapanya.
"Iya pak, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu perawat.
"Aku ingin bertanya apakah direktur kalian James ada di ruangannya?" tanya David berpura-pura tidak tahu.
"Maaf pak, direktur kami sudah tiada," jawabnya pelan.
"Bagaimana bisa?"
"Semalam dia mengalami kecelakaan lalu lintas dan hari ini merupakan pemakamannya," jawabnya lugas.
"Maaf menganggu kalian," ucap David.
Para perawat itu melanjutkan pekerjaan mereka, David kembali ke ruang ICU bisa ia lihat keluarganya sedikit heran dengan tingkahnya.
"Pi ngapain tadi sama perawat itu?" tanya mami Rika.
"Gak ada apa-apa," jawabnya cepat.
Mami Rika sedikit tidak suka dengan jawaban yang diberikan oleh suaminya. Alex bisa menangkap sesuatu yang ganjal pada ayahnya melihat dari raut wajahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Seorang pria paruh baya meminum wine dengan sekali teguk, ia memandang ke arah luar jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung pencakar lagi.
Ia minum wine dari botolnya langsung, "Padahal usiamu masih muda tapi kau sudah pergi menghadap Tuhan, sungguh kasihan sekali nasibmu," racaunya terkekeh.
Seorang pria berbadan tegak masuk ke dan melihat kondisi tuannya yang lagi terpengaruh alkohol padahal ini masih siang.
"Tuan berhenti," ujarnya menarik botol berisi wine.
"Sungguh malang sekali nasibku, Lucas. Putraku James telah tiada," ucapnya dengan wajahnya yang sudah basah dengan air mata.
"Andai aku merestui hubungan mereka pasti anakku masih hidup kan? Ini pasti ulah sih brengsek itu makanya putraku tiada," racaunya dengan mata yang memancar amarah.
"Tuan tenangkan dirimu, bukannya kita harus menemui cucumu?"
"Aku tidak punya muka untuk bertemu dengan mereka, aku akan bertemu mereka setelah aku mencari tahu siapa dalang kematian putraku," tegasnya melempar botol hampir mengenai Lucas.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian pada putraku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments