Seorang pria paruh baya dengan baju hijau dan pisau bedahnya membelah leher seseorang yang berbaring di ranjang.
Lalu ia memasang kateter pada pembuluh darah yang menuju jantung, di bagian ujung kateter terdapat elektroda berfungsi sebagai menghancurkan sebagian kecil jaringan jantung yang menyebabkan irama jantung.
Setelah pemasangan tidak lupa ia menjahitnya kembali, operasi berhasil dilakukan dan berjalan sukses.
Operasi yang dilakukan adalah ablasi jantung merupakan operasi Aritmia atau bisa dikatakan gangguan irama jantung.
James keluar lalu membuka masker dan pakaian operasi dan sarung tangan medis lalu membuangnya di tempat sampah, ia juga tidak lupa mencuci tangannya.
James merupakan pimpinan rumah sakit sekaligus dokter spesialis jantung.
James berjalan ke ruangannya, ia melepaskan jasnya dan duduk di kursinya, seseorang datang masuk ke dalam.
"Selamat operasinya berjalan lancar tuan," ujar asistennya.
"Itu bukan hal yang besar Chiko," jawabnya seraya membaca berkas pasien.
Chiko Kaviendra merupakan asisten sekaligus dokter yang bertugas di rumah sakit naungan keluarga Wilson, ia telah mengabdikan dirinya selama lima tahun setelah ibunya memutuskan pensiun.
"Aku minta maaf karena telah mengganggu waktumu dengan nona Katya dan Kevin," ucap Chiko sedikit tidak enak.
"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar kau menelpon secara tiba-tiba karena sumpah kita adalah akan berusaha melakukan apapun demi menyelamatkan nyawa pasien kita," tuturnya bersandar pada kursi.
"Tuan, maaf jika aku lancang. Aku melihat dari raut wajahmu sepertinya kau ada masalah. Jika kau tidak keberatan kau bisa bercerita padaku," ungkapnya.
"Boleh aku minta satu hal padamu Chiko?" tanya James dengan nada serius.
"Silakan tuan katakan, aku akan menurutinya," jawabnya datar.
"Jika aku tidak ada aku mohon padamu tolong bimbing Katya untuk memegang kursi kepemimpinan rumah sakit ini," pinta James.
"Mohon maaf tuan bukannya yang akan memimpin adalah tuan Leon," lontar Chiko sedikit penasaran.
"Leon tidak akan menjadi pemimpin rumah sakit yang ku bangun ini melainkan Katya. Kau mau tahu apa alasannya? Karena Leon tidak akan membawa nama keluarga Wilson lagi," ucap James santai yang berhasil membuat Chiko mengerutkan keningnya.
"Tunggu tuan maksud anda tuan Leon akan melepaskan nama keluarga Wilson? kalau boleh tahu apa alasannya?"
"Suatu hari nanti kau akan tahu."
"Apa ada masalah yang tidak bisa kalian atasi tuan?"
"Tidak ada konflik yang akan membuat Leon melepaskan nama keluarga."
"Aku harap tidak akan terjadi apa-apa tuan."
James tersenyum hangat untuk pertama kalinya sejak dia pertama kali berkerja untuk James, ia bertanya-tanya apakah ini betul tuannya yang ia kenal.
"Aku ulangi perkataanku tadi aku berharap kau yang akan mengarahkan dia untuk mengambil semua alih rumah sakit keluarga Wilson," ucap James dengan raut wajah serius.
"Baik tuan, aku ku laksanakan," balas Chiko dengan tangan kanannya menyentuh dada.
Chiko keluar dari ruangan itu yang menyisakan James seorang diri. James memandang foto pernikahannya dengan Irene yang dimana mereka mengenakan setelan putih.
"Tunggu aku Irene," ucapnya tersenyum dan kristal bening jatuh dari pelupuk matanya.
Chiko berdiri di luar ruangan, ia tidak beranjak sama sekali dari sana ia cuma memandang pintu.
"Kenapa kau berkata seperti itu tuan? Seakan-akan kau akan pergi jauh dari kami. Aku yakin semua akan baik-baik saja mungkin ini cuma firasatku saja," gumamnya mengatur derup nafasnya.
...****************...
Mansion keluarga Wijaya
Waktunya yang telah dijadwalkan acara dimulai, para tamu mulai berdatangan dan memadati halaman.
Rika tampil dengan dress berwarna hijau army yang tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya dan juga tuan David mengenakan jas hitam yang serasi dengan dress mami Rika.
Mereka melihat keluarga Iskandar telah tiba langsung saja menyambut mereka dengan hangat
"Besan ku sudah datang," ujar Tuan David.
"Oh dimana menantuku Aksa?" tanya Tuan Iskandar mencari keberadaan Aksa
"Dia masih memiliki banyak pekerjaan jadi dia memilih mengurus itu terlebih dahulu," jawab Tuan David.
"Gak salah aku memilih nya jadi menantu ku, dia pasti akan memiliki kekayaan yang melimpah," ucap Tuan Iskandar dengan rasa bangga.
Mendengar hal tersebut mami Rika dan tuan David cuma bisa tersenyum menutupi ketidaksukaan keluarga Fani yang terang-terangan ingin mendapatkan keuntungan dari mereka.
Dua orang gadis yang memandang interaksi keluarga Wijaya dengan Iskandar cuma bisa tersenyum sinis.
"Kau lihat itu Cherry, bagaimana tidak tahu malunya keluarga calon iparmu itu," ujar gadis dengan dress maroon yang memamerkan bahunya.
"Dia bukanlah kakak ipar ku, aku tidak sudi mengakuinya Zahra," decak Cherry sinis.
Zahra adalah sepupu Cherry dan Aksa dari pihak ayahnya, karena mami Rika adalah kakak dari ayahnya.
"Masih mending kak Bella walaupun asal usulnya tidak jelas," lontar Cherry menggoyang minuman.
"Kak Bella ku akui ia sangat perfect, udah cantik terus pintar dan mandiri. Dia merupakan wanita yang sangat sempurna menurutku," ungkap Zahra memandang seorang wanita yang bercengkrama dengan beberapa orang.
"Kakek sama nenek gak datang?"
"Buat apa mereka datang kalau cucu menantunya modelan macam Fani sok cantik."
"Kau enggak lihat penampilannya sungguh sangat berani," komentar Zahra.
Fani mengenakan dress yang memperlihatkan dadanya dan juga bagian pahanya terbuka dan warna dress-nya sungguh menantang yaitu warna merah darah.
"Itu orang mau tunangan atau ke bar," lontar Cherry melayangkan tatapan tajamnya.
"Sepertinya kalian berdua akan akur," canda Zahra.
Selama menunggu kedatangan Aksa mereka memilih berbincang dengan para tamu dan kolega yang hadir.
Sudah dua jam mereka menunggu namun Aksa belum menunjukkan batang hidungnya sedikitpun. Orang-orang mulai menanyakan dimana keberadaan mempelai pria dan Fani tunangan merasa gelisah karena Aksa belum hadir tapi keluarga Wijaya berusaha menenangkan semuanya
Kak Alex sudah menelpon bolak balik tapi tidak aktif dan istri nya berusaha menenangkan mami Rika.
"mi ini sudah jam 10 tapi dia belum datang dan telponnya tidak aktif lagi," ujar kak Alex berusaha menghubungi Aksa kembali.
"Aksa kemana sih!" gerutu Tuan David
"Om Tante Aksa kok belum muncul sih dari tadi," ucap Fani kesal.
"Mungkin aja Aksa lagi terjebak macet," lontar Bella berusaha memberikan pengaruh positif.
"Betul yang dikatakan Bella, kita tunggu beberapa menit jika Aksa belum muncul baru kita mengirim orang untuk mencarinya," sambung David dengan nada datar.
Cherry dan Zahra berjalan mendekat untuk menyampari mereka.
"Tante, kak Aksa sudah dihubungi?" tanya Zahra.
Rika menggeleng kepalanya, "belum, ponselnya tidak aktif," ucapnya.
"Semoga tidak terjadi apa-apa dengan kakak," lontar Cherry khawatir tanpa sadar ia meremas jari-jarinya.
"Tante jika Aksa enggak datang kami pulang," ucap Fani sombong.
"Silakan aja kalian pulang biar perlu pertunangan kalian dibatalkan saja," timpal David dingin.
Mendengar suara David dingin dan aura yang mengintimidasi membuat mereka tidak bisa berkata-kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments