"Ada apa Katya?" tanya James melihat ekspresi wajah Katya yang sedikit masam.
"Tidak ada apa-apa papa, cuma masalah kecil aja," jawabnya merapikan rambutnya.
"Ayo, pesawatnya sebentar lagi akan berangkat," ajak James.
Mereka naik ke pesawat dan duduk di kursi first class, alasan James memilih first class adalah demi kenyamanan anak-anaknya.
Katya duduk dan pramugari sudah mengantarkan sampanye ke kursi mereka.
Katya menyentuh segelas anggur dan akan meminumnya tapi James langsung merebut gelas itu.
"Papa," decaknya.
"Kau tidak boleh minum ini Katya, kau masih dibawah umur," ujar James mengontrol emosi.
"Aku sudah 18 tahun dan aku bisa meminumnya," sungutnya.
"Jangan minum ini di depan adikmu atau dia akan meniru yang kau lakukan," ucap James penuh penekanan.
Katya langsung paham dengan apa yang dikatakan oleh James, ia tidak jadi minum anggur itu. Ia malah meminum jus dalam sekali teguk.
Katya berdecak sinis, "aku bukan anak kecil lagi bahkan aku udah lebih dari itu," batinnya kesal.
James malah dengan santai meneguk anggur dengan jarinya bergerak lincah di layar tablet sedangkan Kevin jangan ditanya ia terlalu fokus pada game.
Hidung Katya berdengus kesal, ia mengambil earphone dan menyetel musik kesukaannya, ia menyenderkan kepalanya ke dinding pesawat dan memandang ke arah luar yang sudah menampilkan pemandangan angkasa.
"Cowok tadi ganteng tapi sayang ada gila-gilanya," ucap Katya pelan menyungging senyum.
Tanpa terasa pesawat telah mendarat di bandara, mereka segera turun dan mengambil koper mereka.
Mereka keluar dari bandara sudah ada orang yang datang menjemput, mereka naik dan mobil berjalan.
Menempuh waktu satu jam mereka tiba di sebuah vila yang berlantai dua yang letaknya berada dekat dengan laut. Mereka masuk ke dalam dan mengamati.
Tidak terlalu kecil untuk ukuran tiga orang yang akan menginap, di ruang tengah tempat bersantai dan spot yang paling menarik adalah terdapat kolam renang outdoor yang menampilkan pemandangan yang indah dan mereka bisa melihat laut dari sana.
"Kalian istirahatlah, baru kita jalan-jalan," perintah James.
Katya dan Kevin menghentakkan kaki sedikit kesal dan mengikuti penjaga vila yang akan menunjukkan kamar buat mereka.
Penjaga membawa Katya ke kamar yang terletak di lantai bawah, pintu dibukan dan terlihat tampilan kamar bertema warna peach, satu tempat tidur dan sofa yang terletak dekat jendela.
"Makasih," ucap Katya pada penjaga.
Ia masuk ke dalam dan menutup pintu kamarnya, ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dan menutup matanya.
...****************...
Seorang pria melangkah kakinya ke dalam dengan menggeret kopernya, ekspresi wajahnya sedikit merah, ia langsung mendarat bokongnya di atas sofa.
"It's so tired," keluh Aksa mengusap rambutnya ke belakang.
Rika berjalan dan duduk di sofa ia tidak menyadari kehadiran Aksa, ketika ia menoleh ia melihat punggung seorang pria.
"Maling......" teriaknya yang berhasil menggemparkan satu rumah.
Aksa reflek menutup ke dua telinganya, Papi David dan Cherry berlari kecil menuju ruang keluarga.
"Mami, ngapain teriak-teriak ini bukan hutan," protes Cherry mengusap telinganya.
"Papi, ada maling," lapor Rika.
"Mana maling ya?"
"Itu," jawabnya menunjuk pria yang telinganya tertutup membelakangi mereka.
Papi David berjalan pelan dan menyentuh pundak pemuda itu, ia berbalik dan bisa melihat orang yang dikira mami Rika maling ternyata adalah Aksa.
Aksa menoleh dan mengangkat alisnya, "ada apa, papi?" tanyanya.
"Mami pikir kau adalah maling," jawab David santai dan menoleh ke arah Rika yang menunduk malu, "Mami lihat maling ya Aksa," sambungnya terkekeh kecil
"Mi, masa anak mami yang ganteng ini mami pikir maling," sungut Aksa menyilang ke dua tangannya.
"Mami mana tahu kalau itu Aksa, ngapain coba dia duduk di sini," jawab Rika tidak mau kalah.
"Kakak kapan sampai? aturan kakak pulang semalam kan?" tanya Cherry memeluk Aksa.
"Baru saja kakak sampai dan yang paling parah kakak dituduh maling di rumah sendiri," ucap Aksa menatap tajam mami Rika.
"Apa lihat-lihat mami gitu, mau mami congkel matanya," hardiknya.
"Kalau bukan orang tua udah ku semprot," batin Aksa tersenyum manis di hadapan ibunya.
Aksa membuang wajahnya ke samping, "papa, kenapa supir tidak menjemput kami?" tanyanya.
"Supir apa Aksa? Papa aja enggak tahu kalau kamu pulang sekarang," ucap David mengerutkan keningnya.
"Papa enggak baca pesan Aksa?" tanyanya memastikan.
"Dari pagi sampai sekarang papa belum ada buka hp, makanya papa enggak tahu kamu minta dikirim supir. Kenapa tidak kamu aja telpon supir tadi?" tanya David heran dengan tingkah anaknya.
"Enggak kepikiran sampai sana mungkin aku lelah," jelas Aksa.
"Kamu macam orang kaya baru aja sih Aksa, padahal dari kamu kecil kalau mau kemana-mana pasti selalu nelpon supir, ini tumben," omel Rika.
"Aksa lelah dan baterai ponsel kami berdua sudah habis jadi kami enggak kepikiran sampai sana," papar Aksa.
"Udahlah mi, enggak usah dibahas lagi," sambung Cherry.
"Cher, kakak bawa oleh-oleh untukmu, datang aja ke kamar kakak," ujar Aksa.
"Terimakasih kakak ku tersayang," timpal Cherry berikan kecupan ke pipi Aksa.
"Aksa ke kamar dulu, mau istirahat," pamitnya.
Aksa berjalan menapaki anak tangga, ia menuju ke kamarnya, dan langsung mengunci pintu. Aksa membuka kemeja dan sepatu ia langsung melemparkan tubuhnya ke kasur dan memejamkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments