Katya memasukkan beberapa helai pakaian ke dalam koper dengan bersenandung kecil.
"Kakak lagi senang ya?" tanya Kevin memandang heran.
"Tentu saja kakak sana. Kita akan pergi berlibur bersama," jawabnya mengecek beberapa perlengkapan lainnya.
"Kevin, ibu sudah menyiapkan kopermu, coba periksa apa ada yang kurang," ujar ibu Wati yang berdiri di depan pintu kamar Katya.
"Kevin sana pergi sama ibu," perintah Katya dengan dagunya menunjukkan ke arah ibu Wati.
Kevin berlari kecil ke arah ibu asuhnya dan ia menggandeng tangan kecil Kevin dan menuntunnya.
Ponsel Katya berdering sampai mengalihkan atensinya dan ia menghentikan aktivitasnya.
"Halo," ucapnya menempelkan ke telinga saat sudah menerima panggilan telepon.
"Halo Katya," balas suara dari seberang sana.
"Ada apa Ris nelpon malam-malam?" tanyanya menyenderkan kepalanya di head board.
"Besok kau ada waktu?"
"Sorry Ris, besok aku mau liburan bersama keluarga. Ada yang mau dibicarakan?" tanya Katya.
"Engga apa-apa, mungkin lain kali aja. Good night Katya," ucap Auris dengan nada kecewa mematikan panggilan.
Katya tidak mengambil pusing, ia tetap melanjutkan kegiatannya, setelah semua siap, ia membersihkan wajahnya dan memakai skincare malam.
Katya berjalan ke tempat tidur, ia berbaring dan mematikan lampu, "good night," ucapnya menutup mata.
...----------------...
Matahari terbit di ufuk timur, Katya sudah bersiap-siap di depan cermin, pertama ia mengoles pelembab dan sunscreen pada wajahnya.
Setelah tahapan skincare ia memakai primer, dan loose powder, blush, dan jangan lupa yang paling penting liptint berwarna peach.
Alasan Katya memakai skincare terlebih dahulu dalam make up karena itu akan membuat wajah terlihat lebih fresh dan glowing.
Katya turun ke bawah dengan mengangkat koper, kakinya melangkah ke arah dapur, bisa ia lihat seorang wanita paruh baya yang lagi memasak.
Katya langsung menutup mata wanita tersebut, dan wanita itu tersenyum dan ia tahu siapa gerangan yang menutup matanya.
"Katya, itu kau?"
"Ihh ibu," decaknya mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa wajahmu terlihat segar?" tanya ibu Wati memandang wajahnya.
"Tentu saja karena aku lagi bahagia ibu, setelah sekian lama akhirnya kami bisa pergi liburan," jawabnya dengan bersemangat.
"Ibu pasti sangat merindukan kalian berdua, apalagi Kevin apa dia bisa tidur dengan nyenyak," omel ibu Wati dengan suara rendah.
"Ibu jangan khawatir, aku akan membawa banyak oleh-oleh untuk ibuku yang tercinta ini," celetuk Katya menarik kedua pipi ibu Wati.
"Oh iya ibu, apa Kevin dan papa sudah bangun?" tanya Katya matanya menelisik keberadaan Kevin dan ayahnya.
"Tuan sudah bangun, dia lagi berada di pinggir kolam, kalau Kevin belum," jawabnya mengaduk sup.
"Kalau gitu ibu tolong bangunin Kevin, aku mau jumpai papa," ujarnya berlari kecil keluar dari dapur.
"Katya," panggilnya yang sudah melihat Katya berlari dan ibu Wati cuma bisa menggeleng kepalanya pelan.
Katya berlari menuju kolam yang terletak di samping ruang keluarga, dengan kaca sebagai pembatasnya.
"Papa," panggilnya berlari memeluk James yang sedang termenung di pinggir kolam.
James sadar dari lamunannya dan tangannya mengelus kepala Katya, "ada apa sayang?" tanyanya.
"Enggak ada, rasanya hari ini aku senang, makasih pa," ucapnya tulus langsung memeluk tubuh ayahnya.
"Papa, sudah lama Katya enggak peluk papa, aroma tubuh papa masih sama," ucapnya pelan menghirup aroma tubuh papanya.
"Katya, orang-orang bisa salah paham mendengarnya," balas James tertawa pelan.
"Aku tidak peduli apa kata orang selama papa selalu ada di pihakku."
"Satu hal yang enggak akan pernah papa lakukan adalah meninggalkan kalian karena kalian adalah harta berharga papa," ujar James menangkup pipi Katya.
James membiarkan Katya memeluknya dari belakang, ia tidak merasa terusik sedikitpun yang ada ia berharap Katya akan lama memeluknya.
Terdengar langkah kecil menuju arah mereka, "papa, kakak, pelukan kok enggak ngajak Kevin," omelnya melipat kedua tangannya.
James tertawa kecil merasa gemas dengan pipinya yang mengembung, James melepaskan tangan Katya dari pinggangnya, ia berjalan menuju Kevin dan mengangkatnya.
"Kau senang?" tanyanya melihat wajah Kevin berbinar.
Kevin mengangguk kepalanya dan menjulur lidahnya ke Katya, "lihat Kevin tinggi enggak macam kakak pendek," ejeknya yang berhasil membuat wajah Katya merah padam.
"Kevin, jika kau bukan adikku aku sudah melempar kau ke kolam ini," ujar Katya tersenyum lebar.
"Papa, kakak jahat," adunya bersembunyi di dada bidang James.
"Katya," tegurnya.
"Kevin yang mulai," sungut Katya tidak mau kalah.
James menghembus nafasnya kasar, "kalau kalian masih ingin bertengkar maka jangan harap kita pergi," ancamnya dengan nada datar.
Katya dan Kevin berhenti bertengkar, mereka memilih masuk ke dalam dan sarapan. Setelah sarapan mereka bersiap.
Koper sudah dimasukkan ke dalam bagasi, Katya dan Kevin berpamitan terlebih dahulu pada ibu asuhnya.
"Ibu, kami pergi dulu. Baik-baik di rumah," ujar Katya memeluknya.
"Tenang saja sayang, selamat liburan dan jangan lupa oleh-oleh untuk ibu," candanya.
Mereka naik dan mobil berjalan meninggalkan pekarangan rumah.
......................
Aksa duduk di kursi dengan memeluk kopernya sedangkan Rafael ia malah menelungkup kepalanya di atas koper.
Mereka terlihat begitu lelah setelah perjalanan selama 16 jam dari Paris ke Indonesia. Mereka menunggu supir menjemput tapi supir itu tidak datang.
"Aksa, perasaan kita di sini sudah hampir satu jam," keluh Rafael.
"Kepalaku sudah pusing bayangkan pesawat kita sudah tiga kali delay dan sekarang kita terlantar di negara kita sendiri," keluh Aksa menepuk koper.
"Sa, coba pesan taksi online aja nunggu supir datang terlalu lama," sarannya lesu.
"Buat apa aku lama-lama di sini menunggu kalau baterai ponselku tidak mati," jawab Aksa sedikit ketus.
"Ponselku juga mati, sudahlah Aksa ayo pergi kita pulang naik taksi, pasti ada banyak taksi di depan pintu keluar," saran Rafael berdiri menyeret koper.
"Woi Rafael, jangan tinggalkan aku," teriak Aksa berjalan mengikuti langkah kaki Rafael sampai tanpa sadar ia menabrak seorang gadis.
Mereka berdua mendarat di lantai, Aksa mengusap bokongnya yang terasa sedikit perih dan gadis itu mengelus lututnya.
"Kalau jalan itu pakai mata dong," omel gadis tersebut.
"Orang dimana-mana jalan itu pakai kaki bukan mata," sungut Aksa berdiri menepuk belakang bokongnya.
"Cuma dilihatin aja? enggak ada gitu mau tolongin?"
Aksa mengulur tangannya secara terpaksa gadis itu menerima uluran tangannya.
"Makasih," ejek Aksa pada gadis itu.
"Bukannya minta maaf malah ngejek," omelnya.
"Oke gadis kecil, aku minta maaf. Kau puas?" sungut Aksa.
"Enggak, malas kali lama-lama dengan orang gila," balas gadis itu ketus menggeret kopernya melangkah kakinya meninggalkan Aksa yang terdiam mematung.
"Orang gila? Dasar gadis aneh. Semoga aku tidak pernah berjumpa dengannya lagi," sungut Aksa berjalan kembali.
Mereka tidak menyadari pertemuan yang mereka alami sekarang akan berlanjut dan benang merah saling menyatu tanpa diperintahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments