Seorang pria yang fokus pada jalanan di depannya dan seorang pria lagi memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa lembut di kulitnya.
"Aksa, kita mau kemana lagi?" tanya Rafael sedikit berteriak.
"Ke toko perhiasan, aku mau beli cincin tunangan," jawabnya.
"Orang dimana-mana beli cincin itu sama pasangan bukan milih sendiri," omel Rafael.
"Terserah aku dong, yang tunangan aku bukan kau," sungut Aksa ketus.
Rafael menambah laju mobilnya, ia menyalip kendaraan berada tepat di depannya, ia juga sesekali mencuri pandang ke arah lain.
Rafael mengendarai mobil ke jalan Champs-Elysees merupakan sebagai salah satu jalan paling populer dan terkenal di dunia dan jalan ini adalah ikonik kota Paris. Terletak di 8th arrondissement, yang membentang sepanjang 2km dari Place de la Concorde ke Place Charles de Gaulle dan Arc de Triomphe.
Dan di jalan ini Anda bisa menemukan pertokoan mewah yang menjual barang-barang branded dan berkelas. Jadi tak heran, Champs-Elysées ini dikenal sebagai tempat orang-orang kaya dan populer menghabiskan waktu untuk berbelanja seperti di Disney Store, Sephora, Dior dan Nike Store.
Rafael memarkirkan mobilnya di depan toko perhiasan bernama unique. Konsep perhiasan yang ditawarkan di toko ini adalah desain yang hanya khusus dibuat untuk satu orang pembeli saja.
Rafael dan Aksa masuk ke dalam dan melihat berbagai macam desai ditampilkan di etalase. Sampai atensinya teralihkan pada sebuah kalung liontin bertatahkan berlian zamrud.
"je veux ce collier / aku ingin kalung itu," ucap Aksa bersamaan seorang pria paruh baya.
"excusez-moi monsieur, qui veut commander ce collier? / permisi tuan, siapa yang ingin memesan kalung ini?" tanya pegawai wanita tersebut ramah.
"je / aku" jawab mereka berdua kompak yang berhasil membuat pegawai sedikit kebingungan.
"grand-père, s'il vous plaît laissez-moi avoir ce collier mais c'est la première fois que je le vois / kakek, tolong biarkan aku memiliki kalung ini bagaimanapun aku yang pertama kali melihatnya," ujar Aksa berharap pengertiannya.
Pria paruh baya tersebut mendadak ekspresi wajahnya sedikit berubah, ia menekuk wajahnya ke bawah dan mengusap matanya yang sedikit berair.
"jeune homme, s'il vous plaît, donnez-moi le collier, je veux le donner à ma seule petite-fille, je ne l'ai jamais rencontrée et je veux offrir ce collier comme premier cadeau / anak muda, tolong berikan kalung itu untukku, aku ingin memberikannya ke cucu perempuanku satu-satunya, aku tidak pernah bertemu dengannya dan aku ingin memberikan kalung ini sebagai hadiah pertama dariku" papar kakek tersebut dengan mimik wajah sedih.
Mendengar alasan dan melihat ekspresi wajah pria itu Aksa sungguh tidak tega padanya.
"Ce grand-père veut commander ce collier / kakek ini yang mau pesan kalung ini," ucap Aksa pada pegawai.
Sang pria paruh baya tersenyum sumringah, "Merci beaucoup / terimakasih banyak," ucapnya mengulur tangannya.
Aksa membalas uluran tangan sang pria tua, "de rien et je lui transmets mes voeux d'anniversaire / sama-sama, dan sampaikan ucapan selamat ulang tahun dariku untuknya," jawabnya pergi meninggalkan pria tua tersebut.
Aksa berjalan dan memilih melihat perhiasan yang lain.
Rafael mendekat ke Aksa, "tumben kau mengalah sama pria tua tadi?" tanyanya.
"Tidak apa-apa, kakek tadi ingin berikan kalung itu untuk hadiah ulang tahun cucunya," jawabnya acuh.
"Aksa yang aku kenal tidak akan mengalah pada siapa pun dan tidak menerima alasan apa pun," ujar Rafael jengkel.
"Anggap saja aku lagi baik hari ini," jawabnya mengangkat bahunya.
"Sa, cincin ini bagus," ujar Rafael menunjuk cincin permata.
Pegawai itu langsung menunjukkan cincin tersebut, Aksa cuma bisa melihat dan tidak bisa menyentuhnya karena prinsip toko ini adalah setiap perhiasan yang sudah disentuh oleh pengunjung berarti mereka membelinya.
"Rasanya tidak cocok. Fani pasti enggak suka sama cincin ini," jawab Aksa menelisik cincin.
"Terus kau mau cincin seperti apa?"
"Cincin yang tampilannya simpel tapi elegan," jawab Aksa masih mengedarkan pandangannya ke berbagai macam bentuk cincin.
Aksa terpaku pada sebuah cincin yang ditengahnya bertahtakan blue diamond.
"Veuillez envelopper cette bague / tolong bungkus cincin ini," ucap Aksa tanpa ragu menyerahkan black card.
Harga cincin yang dibeli oleh Aksa ditafsir sekitar 5 juta USD atau setara Rp.74.840.750.000,00 Rupiah.
Setelah pelayan membungkus pesanannya mereka segera berjalan keluar, Aksa dan Rafael naik dan mobil berjalan.
Seorang pria menatap kepergian mereka, "beau jeune homme," ucapnya tersenyum smirk.
...****************...
Seorang wanita yang sedang berpose dengan berbagai macam gaya di depan kamera dengan gaun yang menampilkan dadanya.
Dialah Fani Iskandar merupakan model yang memenuhi majalah baik Indonesia maupun beberapa negara tetangga. Ia memiliki bola mata hitam dan rambut panjang, hidungnya tidak terlalu mancung dan kulitnya sedikit coklat.
Menurut orang-orang ia tidak begitu cantik untuk memenuhi standar jadi model tapi berkat dukungan yang diberikan oleh kekasihnya maka ia bisa sampai di tahap ini.
"Break," teriak fotografer.
Wanita itu berjalan ke ruang ganti dan penata rias segera merapikan dandanannya. Penata rias merupakan Sherly sekaligus teman Fani.
"Fani, aku dengar kau akan bertunangan?" tanya penata rias.
"Iya, sekitar dua minggu dari sekarang," jawabnya merapikan rambutnya.
"Kenapa engga langsung nikah aja?"
"Are you joking me? kalau aku menikah sekarang otomatis karirku sebagai model harus berhenti. Kakak tahu kan keluarga Wijaya sangat tidak menyukai pekerjaanku."
"Terus kenapa masih lanjut sama Aksa?"
"Kak, aku menjalin kasih sama Aksa itu pertama terpaksa tahu," jawabnya ketus.
"Terpaksa tapi masih lanjut?" godanya.
"Kak, dengerin sebenarnya yang kejar-kejar Aksa itu aku duluan, kakak tahu Aksa dingin gimana gitu."
"You're right, but i don't think why do you like him?"
"Sebenarnya papa suruh aku dekati Aksa katanya demi perusahaan, Aksa pertama enggak tertarik sama sekali denganku tapi ada problem gitu jadi buat kita dekat sampai sekarang," papar Fani.
"Keluarga Wijaya pasti tidak menyetujui hubungan kalian?"
"Iya kau benar, orang paling menentang hubungan kami adalah kakek dan neneknya."
"Sekali orang lihat pasti tahu hubungan kalian itu diibaratkan simbiosis parasit karena kau terus mengambil keuntungan dari Aksa dan keluarganya. Jika mereka menentang hubungan kalian maka siap-siaplah kalian tidak akan mendapatkan apa-apa."
"Shut up your mouth," pekik Fani.
"Fan, sorry aku enggak bermaksud," jawabnya sedikit bersalah.
"Aku enggak peduli dengan penjelasan yang kau berikan, ingatlah walaupun aku parasit bagaimanapun aku tetap akan jadi bagian keluarga Wijaya, dan aku bisa menghancurkan hidupmu dalam sekejap," ucap Fani yang membuat Sherly mengepalkan tangannya kuat dan ekspresi wajahnya menahan amarah.
"Get out right now," pekiknya mengacung jarinya ke arah pintu.
Sherly keluar dan ia membanting pintu begitu kasar yang membuat Fani sedikit terkejut.
"Tenanglah, kau akan jadi nyonya Wijaya," ucapnya mengatur nafasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Shafikha Baydowi
kenapa harus cerita baru sich kakak author,? mending lanjutin yang lama aja
2023-07-13
0