Setelah melewatkan dan menghadapi perdebatan dan drama yang panjang akhirnya mereka masuk ke dalam pusat perbelanjaan.
Mereka singgah di semua toko yang dilewati dan akan keluar dengan beberapa tas belanja.
Mereka berjalan sampai perhatian teralihkan ke sebuah gaun yang dipajang di etalase toko. Katya melangkahkan kakinya ke toko tersebut dan pegawai toko melihat pengunjungnya menenteng banyak belanjaan bermerek langsung saja siap melayani.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai ramah.
"Aku ingin gaun itu," jawab Katya dengan telunjuknya menunjuk sebuah gaun berwarna putih.
Pegawai itu langsung mengambil gaun tersebut, "ini gaunnya silahkan dicoba," ucapnya.
"Bukan aku yang mencoba, tapi temanku, Auris coba gaun itu," pinta Katya.
"Ayo Ris, coba gaun itu sepertinya cocok denganmu," timpal Zahra.
"Sekali lihat aja itu gaun pasti tidak cocok sama aku," tolak Auris halus.
"Aku kata coba maka kau harus mencobanya," putus Katya tanpa penolakan.
Mendengar permintaan Katya mau tidak mau Auris mengikuti pegawai toko itu mengantarnya ke ruang ganti.
Tidak menghabiskan waktu yang lama Auris keluar dengan mengenakan gaun tersebut yang memperlihatkan kaki jenjangnya mulus dan lekuk tubuhnya.
"Perfect," puji Katya menilai penampilan Auris.
"Rasanya ada yang kurang," ungkap Zahra matanya meneliti tampilan Auris.
"Aku tahu apa yang kurang," cetus Katya.
Zahra mengangkat satu alisnya, "apa?" tanyanya.
"Sepatu yang dia kenakan tidak cocok dengan gaun ini," ungkap Katya.
"Betul sepatu. Kita harus cari alas kaki yang cocok sama gaun itu," lontar Zahra.
"Kak, bungkus gaun ini," pinta Katya menyerahkan kartu kredit ke pegawai.
Pegawai tersebut membungkus gaun yang dikenakan Auris, dan melakukan transaksi.
"Ini kak," ujar pegawai menyerahkan paper bag ke Auris.
"Makasih," balas Auris.
Mereka berjalan keluar menyusuri kembali pusat perbelanjaan, sampai langkah kaki mereka terhenti di sebuah toke sepatu.
"Kita masuk," ajak Katya bergerak masuk ke dalam.
Mereka masuk dan mata mereka meneliti setiap sepatu yang dipajang, Auris memicingkan matanya ke sebuah high heels.
Katya dan Zahra melotot tidak percaya dengan tingkah Auris yang memandang high heels dengan mata berbinar.
"Kau suka?" tanya Zahra.
"Aku suka," balasnya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kak, tolong pilih ukuran 40 dan bungkus," tukas Katya cepat.
Mendengar permintaan pelanggannya pegawai itu begitu senang, ia tidak perlu berbasa-basi dan mengeluarkan bujuk rayuan.
Setelah berbelanja mereka begitu lelah dan memilih singgah di sebuah restoran makanan jepang.
Mereka bertiga kompak memesan ramen dengan green tea, alasan memilih green tea karena mengandung antioksidan, antimikroba, dan antiinflamasi yang bermanfaat dalam menjaga kesehatan kulit wajah, seperti membantu mengatasi jerawat serta mengurangi produksi minyak berlebih.
"Setelah lulus kalian ingin lanjut kemana?" tanya Zahra memulai obrolan.
"Pasti aku lanjut kedokteran untuk meneruskan rumah sakit papa, padahal aku tidak ingin jadi apa-apa," keluh Katya bibirnya melengkung ke bawah.
"Hidup kalian begitu indah, kalian tidak perlu memikirkan masa depan karena kalian kaya," timpal Auris tersenyum kecut.
Mendengar keluhan temannya Katya memicingkan matanya pada Zahra, Zahra malah menggedikkan bahunya dengan bibir terlipat.
Katya mengusap punggung tangan Auris,
"kalau kau ingin lanjut kemana?" tanyanya.
"Aku tidak tahu aku ingin jadi apa, rasanya aku ingin menjadi seorang pengusaha saja," tukas Auris.
"Lakukan saja," sambung Zahra santai.
"Aku tidak seperti dirimu yang bergelimang harta," desis Auris memasukkan rame ke mulutnya.
"Tidak perlu khawatir, aku akan membantumu," putus Katya tersenyum.
"Enggak, udah cukup kau membayar biaya sekolahku selama ini," tolak Auris.
"Aku ikhlas membantumu selama ini, bagaimanapun kau temanku," debat Katya.
"Tapi Kat, aku tidak ingin merepotkan kau lagi."
"Tidak usah dijawab sekarang, pikirkan saja baik-baik tawaranku," papar Katya.
Auris lebih memilih diam dan mengangguk kepalanya, ia akan memikirkan kembali tawaran Katya.
...****************...
Paris, France
Berbagai orang-orang dari beberapa negara berlalu lalang di Bandara Charles de Gaulle adalah bandar udara internasional terbesar di Prancis dan juga dinobatkan sebagai bandara tersibuk di Prancis.
Seorang pria dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya, matanya meneliti setiap orang yang lewat.
Sampai ia merasakan tepukan di bahunya, ia menoleh, "kenapa kau begitu lama Rafael?" tanya Aksa.
"Maaf, aku habis menghubungi orang yang akan menjemput kita, dia minta kita tunggu di parkiran," jelas Rafael.
Mereka berjalan dengan menyeret koper, mereka keluar dan sudah ada mobil yang parkir di depan pintu masuk bandara.
"Bienvenue Monsieur/ selamat datang tuan" ucap pria itu dalam bahasa Prancis sembari membukakan pintu mobil.
Aksa dan Rafael masuk ke dalam, dan dilanjutkan dengan supir, mobil dijalankan dengan kecepatan sedang, selama perjalanan cuma ada obrolan mereka membahas bisnis.
Aksa sesekali memandang ke arah luar, ia bisa melihat suasana kota Paris dan banyak orang yang berlalu lalang di jalan, dan juga menara Eiffel yang dia lihat dari jarak jauh.
Setelah menghabiskan waktu sekitar 1 jam, mereka tiba di sebuah hotel dan ada beberapa staf yang sudah menunggu mereka.
Seorang pria yang berbadan tegap dan rambutnya yang sudah pirang membuka pintu untuk mereka, Rafael dan Aksa keluar, para staff itu membungkuk badan mereka ketika mereka masuk ke hotel.
"laisse moi t'emmener dans ta chambre / mari aku antar ke kamar anda tuan" ucap pria berambut pirang.
Mereka masuk ke dalam lift dan pria pirang menekan tombol pada lift yang akan membawa mereka ke lantai 15. Mereka tiba di lantai 15, pria berambut pirang membuka kamar hotel tipe Presidential Suite Room dengan kartu khusus.
"veuillez entrer monsieur / silakan masuk tuan" ucap pria pirang ramah.
Mereka masuk dan menyusuri setiap sudut kamar, terdapat dua kamar tidur, ada living room, kitchen, dan mini bar dan berbagai macam fasilitas lainnya. Yang menarik dari kamar ini adalah pemandangan yang menampilkan kota Paris dan menara Eiffel berdiri tegak.
"merci de nous avoir déposé, vous pouvez venir / terimakasih sudah mengantar kami, kau bisa keluar," ujar Aksa ramah.
Pria itu segera keluar, melihat pria itu pergi Aksa dan Rafael memilih beristirahat di kamar yang sudah disiapkan untuk mereka.
Aksa merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia mengambil ponsel yang berada di sakunya dan mencari kontak dan menghubungi kontak tersebut.
"Halo Aksa dah sampai kan ada yang kurang tidak!" ucap Rika dengan pertanyaan bertubi-tubi.
Aksa menjauhkan ponselnya sedikit dari telinganya, "Mami, suaranya bisa dikecilkan, Aksa bisa dengar mi," komennya dengan nada lembut.
"Mami khawatir sama kamu, bagaimana penerbangannya semua berjalan lancar?"
"Semua lancar, kami tiba dengan selamat," jawab Aksa.
"Selesaikan semua masalah dan urusan di sana, sebentar lagi pertunangan kamu dengan Fani akan dilaksanakan."
"Aksa akan mengurus semuanya mi, jangan khawatir," ucapnya mengakhiri panggilan.
Aksa memencet sebuah kontak yang tulis kesayangan, ia menghubungi nomor tersebut
"Halo my honey," sapa Fani riang.
"Kamu lagi ngapain?"
"Aku lagi perawatan karena bentar lagi pertunangan kita aku ingin jadi yang paling tercantik."
"Kamu selalu cantik di mataku," gombal Aksa yang berhasil membuat seorang gadis di belahan dunia menarik senyum.
"Dasar tukang gombal, aku enggak sabar hari pertunangan kita."
"Fani, maafnya aku gak bilang kalau aku ke Prancis ngurusin urusan disini,"ujar Aksa merasa bersalah
"Kok kamu ke Prancis, kamu lupa 2 minggu lagi pertunangan kita pokonya aku gak mau tau kamu harus hadir di acara pertunangan kita," protes Fani dengan kesal
"Iya sayang aku pasti datang kok,aku cuma sebentar aja disini," jelas Aksa.
"Kamu harus hadir pokoknya kamu mau aku tunangan sama laki-laki lain?"
"Jangan dong sayang aku kan sayang sama kamu."
"Cepat urus masalah di sana dan pulang," decak Fani mematikan panggilan secara sepihak.
Mendengar omelan kekasihnya hanya membuat ia mengelus dadanya, "untung sayang," ucapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments