Mansion Keluarga Wijaya
Seorang pria tertidur begitu nyenyak ia tidak terusik sedikit pun walaupun dibawah sedang bising disebabkan oleh nyanyian nyonya rumah yang begitu merdu sampai siapa pun mendengarnya harus menutup telinganya.
Dialah Rika Wijaya istri Dari David Wijaya, ia memiliki tiga orang anak, dua orang putra dan seorang putri.
Betapa kesalnya ia setiap pagi dia harus selalu mengeluarkan suara merdunya untuk anak perempuan satu-satunya.
Cherry Carabel Wijaya anak perempuan satu-satunya di keluarga Wijaya membuat ia memiliki sifat yang manja dan sedikit egois.
"Cherry sayang, kenapa jalan mu seperti orang linglung cepat sarapan dan berangkat sekolah," ujar Rika dengan suara cemprengnya.
"Mami aku masih mengantuk, aku begitu malas sekali untuk sekolah," keluh Cherry dengan nada manja.
"Tidak, kamu harus sekolah karena ini ujian terakhir, dan jika kau tidak sekolah mami akan memotong yang sakumu," balas Rika tegas.
"Jangan dong mami, kalau uang saku Cherry dipotong, aku shopping bayar pakai apa," jawabnya memelas.
"Itu kamu tahu, jadi cepat sarapan sekarang sebelum mami berubah pikiran," ucap Rika tegas yang berhasil membuat putrinya berjalan cepat ke ruang makan.
Melihat tingkah putrinya membuat ia menarik sudut bibirnya. Ia melangkah kakinya menapaki anak tangga dan berjalan ke kamar putra bungsunya.
Dia mengetuk pintu dan tidak ada balasan dari dalam, ia memilih membuka handle pintu yang tidak terkunci. Ia masuk ke dalam dan bisa ia lihat putranya tertidur begitu pulas.
Putranya bernama Aksa Alvino Wijaya anak kedua, ia memiliki kepribadian yang ramah.
"Aksa, ayo bangun," teriak Rika menarik selimut Aksa.
"Bentar lagi," balas Aksa.
Rika melihat putranya yang tidak mau bangun tiba-tiba terlintas ide, ia melangkah kakinya ke dalam kamar mandi.
Ia mengisi air dalam ember dan membawanya keluar, dan melemparkan air tersebut tepat di wajah Aksa.
Mata Aksa langsung terbelalak, "Woi siapa yang berani nyiram woi," teriaknya dengan lantang.
"Mami yang siram berani sama mami," balas Rika tersenyum lebar.
"Ternyata mami, Aksa pikir siapa," timpalnya cengengesan.
"Cepat bersiap dan berangkat kerja sana."
Rika langsung pergi keluar, Aksa melihat ibunya sudah keluar dari kamarnya langsung bergegas bersiap untuk berangkat kerja.
Setelah Bersiap ia turun ke lantai bawah dan bergabung sarapan dengan yang lain.
"Pagi Pi, pagi mi," sapa Aksa sambil mencium pipi maminya.
"Morning Cher," sapanya mengacak rambut adiknya.
Aksa duduk dan menikmati sarapan yang disajikan oleh maminya, selama sarapan mereka membicarakan soal pekerjaan.
"Aksa tolong ke Prancis untuk menyelesaikan masalah yang ada di sana," ujar David secara tiba-tiba
"Sekarang? Enggak bisa diwakilkan aja?" tanya Aksa.
"Tidak bisa, kau harus turun tangan menyelesaikan masalah di sana," jawab David seraya meminum jus.
"Kenapa harus Aksa? kenapa enggak papi saja?"
"Seharusnya papi yang kesana tapi tiba-tiba papi ada urusan yang harus diselesaikan," balas Tuan David.
"Baik Aksa ke sana, aku akan meminta Rafael menyiapkan keberangkatan untuk besok."
"Enggak besok tapi sekarang," ujar David tegas.
"Papi aku belum menyiapkan apapun," sungut Aksa tidak mau kalah.
"Penerbangan sudah papi atur dengan Rafael akan pergi bersama mu kesana," ucap Tuan David.
"Ok, aku akan ke sana."
Cherry memutar bola matanya malas mendengar pembicaraan ayah dan kakaknya yang selalu membahas bisnis bahkan makan saja mereka masih membicarakannya.
"Mami, Cherry sudah siap. Aku berangkat," pamitnya dengan mencium setiap pipi mereka.
Setelah menyelesaikan sarapan Aksa langsung saja naik keatas dan bersiap-siap untuk penerbangan nya ke Prancis dan dia sedang menunggu Asisten sekaligus sahabat nya.
Rafael Nadal merupakan asisten sekaligus sahabat untuk Aksa, ia memiliki sifat sedikit dingin dan cuek dengan sekitarnya.
Ia turun ke bawah dengan sebuah koper di tangannya, "Pi, Mi, Aksa pergi dulunya," pamitnya
"Hati-hati sayang, jaga kesehatan," pesan Rika merapikan kemeja putranya
"Aksa, Rafael, sudah sampai sana jangan lupa telpon kami," ujar David.
"Baiklah nanti Rafael yang akan menelepon kalian," timpal Aksa.
"Kami pergi tuan," ucap Rafael membungkuk tubuhnya sedikit.
Mereka melangkah kaki meninggalkan mansion, bisa Rika dan David lihat punggung mereka menghilang dari pandangan.
"Apa tidak apa-apa membiarkan Aksa pergi ke sana, bagaimanapun dua minggu lagi ia akan bertunangan," celetuk Rika.
"Ia harus belajar menghadapi semua tantangan dan rintangan yang akan dihadapinya," balas David datar.
Mendengar nada datar suaminya membuat Rika sedikit kesal, ia memilih menyelesaikan pekerjaannya saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Indonesia Internasional School
Suasana kelas yang sedikit mencekam dengan berbagai pergerakan yang dilakukan oleh penghuninya sampai suara bel berbunyi menghancurkan aura tersebut.
Mereka senang karena ini ujian terakhir karena mereka akan melanjutkan ke tingkat universitas dan mereka akan libur untuk beberapa minggu kedepannya sebelum hari perayaan kelulusan.
Ketiga sahabat itu merapikan alat tulis mereka dan pergi keluar dari kelas. Mereka berjalan menuju parkiran.
"Halo sayang - sayang aku, kita ke mall yok, aku yang traktir," celetuk Zahra dengan nada centil.
"Betul kau yang traktir nanti kita sampai sana malah bayar sendiri," sungut Auris.
"Iya betul, nanti mau bayar pakai apa? enggak mungkin pakai daun kan," timpal Katya
"Aku serius tahu traktir kalian berdua, terserah kalian mau beli apa, aku yang akan bayar," ucap Zahra.
"Ayo berangkat, mumpung lagi ada ATM berjalan," timpal Auris terkekeh kecil.
"Mari habiskan duit Zahra," sambung Katya dengan semangat
"Let's go" ucap mereka kompak.
Mereka membuka pintu mobil dan belum naik malah terdiam untuk beberapa saat.
"Tunggu, siapa yang bawa ini mobil?" tanya Katya.
"Aku tidak bisa mengemudi, ini kan mobil Zahra otomatis yang bawa dia dong" jawab Auris Cepat.
"Aku lagi malas mengemudi, Katya kau aja yang bawa, please" ucap Zahra tersenyum.
"No, jangan Katya," protes Auris.
"Udah biarin aja Katya yang bawa," sewot Zahra.
"Sia-sia aku nanya kalau aku yang bawa," gerutu Katya.
Mereka naik ke mobil dengan Katya mengemudi, ia membawa dalam kecepatan tinggi dan menyalip beberapa mobil yang menghadang jalan mereka.
Zahra dan Auris mereka berusaha mengatur nafas, dan merasakan perut mereka seperti diaduk.
Waktu ditempuh selama 45 menit akhirnya mereka tiba di parkiran, Auris dan Zahra segera keluar dan memuntahkan cairan bening.
"Kalian berdua bikin malu aja," sewot Katya sinis.
"Aku baru saja bertarung dengan malaikat maut, Kat berapa kali aku bilang bawa mobilnya pelan-pelan saja," omel Zahra menghirup minyak aromaterapi.
"Kan udah aku bilang jangan Katya yang bawa, kau Zahra yang ngotot sih Katya bawa," timpal Auris.
"Lain kali kita enggak usah naik mobil, naik motor aja kita bonceng tiga," ucap Katya santai.
"Tidak," balas mereka kompak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments