"Wihhh pengantin baru yang jualan"
"Iya, suaminya tampan sekali"
"Kasian suaminya mendapatkan istri yang tidak sepadan"
"Iya betul, apalagi kasta mereka jauh sekali, bagai langit dan bumi"
Sekar mengepalkan tangannya, menahan amarah yang hampir meledak. Ia mengajak Daffa untuk meninggalkan rombongan ibu ibu yang masih menggunjingnya. Beberapa kali kalimat pedas mereka utarakan, meskipun tidak secara terang terangan, tapi hal itu terdengar jelas di telinga Sekar
"Kenapa kau marah, bukankah kita memang sangat berbeda, bagaikan langit dan bumi. Tapi sayangnya langit dan bumi tidak bisa bersatu, sedangkan kita dipaksa untuk bersatu"
Sekar menatap Daffa tajam. Hatinya bagai tercabik cabik dan dilumuri dengan garam, membuat hatinya begitu perih saat mendengar perkataan ibu ibu tadi. Namun sebisa mungkin ia tahan, tapi kini pria yang berstatus suaminya sendiri dengan gamblang mengatakan bahwa mereka perdua bagaikan langit dan bumi
"Kita memang bagai langit dan bumi, kau langit dan aku bumi. Itulah sebabnya aku ingin menggapaimu agar aku tidak lagi merasakan sakitnya di injak injak" ucap Sekar, ia memalingkan wajahnya dari Daffa, menutupi matanya yang mungkin memerah karena ia mati matian menghalangi air mata yang siap keluar
Selama perjalanan pulang, tidak ada yang bersuara. Daffa yang memang tidak pernah berinisiatif untuk bicara, dan Sekar yang terlanjur memendam sakit, akhirnya melupakan niatnya untuk mendekati laki laki itu. Sekar hanya membutuhkan waktu untuk sendiri, meyakinkan hatinya untuk melanjutkan apa yang sudah terlanjur menjadi pilihannya.
Tiba di rumah, Sekar segera masuk kedalam rumah, tanpa menghiraukan Mbok Iyem yang menyambut kedatangan mereka di ambang pintu. Sekar berjalan menuju kamar, dan mengambil handuk, ia ingin menenangkan hatinya yang terlanjur kesal karena ulah Daffa. Sekaligus ia juga ingin bersiap untuk kembali ke Jakarta.
Sekar menyisir rambutnya dihadapan cermin besar yang ada di lemari. Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan Daffa yang berjalan memasuki kamar. Sekar tidak mempedulikan kehadiran laki laki itu, karena kini ia sedang tidak mood untuk sekedar mengajak laki laki itu berbicara. Namun niatnya untuk mendiamkan Daffa nyatanya gagal, melihat suaminya yang tampak mencari sesuatu sedari tadi membuatnya meruntuhkan dinding ego yang sempat ia bangun
"Mencari apa?" tanya Sekar. Namun sama sekali tidak mendapat jawaban dari Daffa "Kau membutuhkan sesuatu?" tanya Sekar, tapi lagi lagi Daffa hanya diam, tidak menjawab satu katapun
Sekar menghembuskan nafas kesal. Ia berjalan menuju ranjang, dan duduk di tepi ranjang, dengan membaca sebuah buku di tangannya. Ia membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut, tanpa mempedulikan Daffa yang tampak masih belum menemukan sesuatu yang ia cari
"Apa kau melihat handukku?" tanya Daffa. Namun Sekar seolah tuli dan tidak menjawab pertanyaannya
"Aku sedang membaca, jadi jangan mengganggu" ucap Sekar "Seharusnya aku tidak perlu menjawab" Batin Sekar, ia bahkan memukul pelan mulutnya karena menjawab pertanyaan Daffa saat kondisi hatinya tengah kesal
Daffa berjalan mendekati istrinya, dan membalik buku yang ada dalam genggaman istrinya tersebut "Aku rasa kau belum menguasai cara membaca buku terbalik, jadi bacalah dengan benar" ucap Daffa, ia mengambil handuk yang sudah ia temukan keberadaannya, lalu dengan segera keluar dari kamar
"Sekar... Kenapa kau ceroboh sekali" rutuknya, tentu saja ia malu pada dirinya sendiri
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
andi hastutty
Kasian yah di katain ma suami sendiri lebih sakit
2024-06-22
0