Bab 14

Daffa sudah ada didalam mobil, sembari menunggu Sekar dan Mbok Iyem yang masih tampak berpamitan. Setelah beberapa saat, akhirnya Sekar dan Mbok Iyem masuk kedalam mobil. Setelah Mbok Iyem dan Sekar masuk, Daffa segera melajukan mobilnya.

Sekitar satu setengah jam perjalanan akhirnya mereka tiba tepat didepan kediaman Mbok Iyem, dan bertepatan dengan itu juga hujan turun dengan derasnya mengguyur kota bogor. Daffa mengambil payung yang ia simpan, dan dengan segera keluar dari mobil. Ia membuka pintu mobil bagian belakang, dan meminta Mbok Iyem untuk ikut bersama dengannya.

Setelah memastikan Mbok Iyem tiba di teras, dan sudah pasti tidak terkena hujan. Daffa kembali menuju mobil, dan membuka pintu mobil bagian depan, dimana istrinya berada. Ia meminta istrinya itu untuk ikut bersamanya, dan tanpa sungkan Sekar turun dari mobil, dengan memeluk pinggang Daffa agar tidak jatuh

"Huh... kenapa hujan ya? Padahal tadi cuaca masih cerah" monolog Daffa

"Disini sudah biasa hujan tiba tiba nak, namanya juga kota hujan" ucap Mbok Iyem yang tidak sengaja mendengar ucapan Daffa "Ayo masuk dulu" ajak Mbok Iyem sembari membawa tas pakaian miliknya. Daffa yang hendak masuk dan melihat Mbok Iyem tampak kesusahan, akhirnya mengambil alih tas pakaian milik Mbok Iyem tersebut

"Biar aku saja Mbok"

"Terimakasih"

Daffa masuk kedalam rumah Mbok Iyem, dan ini adalah kali kedua ia memasuki rumah ini. Daffa mengikuti Mbok Iyem yang berjalan menuju kamarnya, setelah tiba di kamar Mbok Iyem, Daffa meletakkan tas milik Mbok Iyem diatas ranjang. Setelah itu ia keluar dari kamar tersebut.

Daffa melihat rumah Mbok Iyem yang sangat sederhana. Hanya ada dua kamar di rumah ini, dan satu ruang tengah, yang sangat sempit, hanya berisi sebuah televisi berukuran kecil yang tampak sudah sangat ketinggalan zaman. Daffa beralih menuju teras depan, melihat derasnya air hujan yang turun membasahi bumi.

"Sekar dimana Mbok?" tanya Daffa saat tidak menyadari adanya istrinya didekatnya

"Mungkin di kamar, kamu susul saja, kamarnya ada disebelah sana" tunjuk Mbok Iyem pada satu satunya kamar selain miliknya.

Daffa segera berjalan menuju kamar tersebut, ia hendak mengetuk. Namun ia urungkan saat melihat Mbok Iyem melihat dirinya. Ia lantas memutar knop pintu secara perlahan, lalu masuk kedalam sana, Daffa kembali menutup pintu saat dirinya sudah berada didalam kamar. Ia kemudian membalik tubuhnya, dan...

"Aaaa..."

Daffa menjerit sejadi jadinya. Ia bahkan kembali memutar tubuhnya menghadap pintu karena tidak sengaja melihat Sekar yang berdiri disana hanya dengan mengenakan handuk. Daffa menghembuskan nafasnya untuk menormalkan detak jantungnya yang berpacu tidak beraturan.

"Mau apa kau kemari?" tanya Sekar

"Kau sudah berpakaian?" tanya Daffa tanpa menjawab pertanyaan Sekar

"Sudah"

Daffa membalik tubuhnya menghadap Sekar. Namun barusaja ia melihat Sekar, ia kembali memunggungi istrinya itu "Bajumu belum kau kancing, jangan pernah berniat menggodaku"

Sekar melihat bajunya yang memang hanya memiliki dua kancing, dan dirinya lupa untuk mengancingkannya. Ia tersenyum kecil melihat reaksi suaminya, ternyata lucu juga menggoda laki laki dingin itu. Ia lantas mengancing bajunya dan berjalan mendekati Daffa. Ia berdiri tepat dibelakang Daffa

"Ada apa kau kemari?" tanya Sekar dengan nada sensual tepat dibelakang telinga Daffa, membuat Daffa menggelinjang karena geli

"Tidak jadi" Daffa kembali membuka pintu kamar hendak keluar. Namun tangannya lebih dulu ditahan oleh Sekar. Sekar membalik tubuh suaminya hingga kini menghadap dirinya

"Kenapa? Kau grogi berada di dekatku?" tanya Sekar "Aku rasa kau begitu polos, mau aku ajari cara agresif sebagai suami tidak?" tanya Sekar, menahan tawanya yang hampir meledak saat melihat wajah Daffa yang sudah memerah