Bab 13

Daffa terbangun dari tidurnya pagi sekali, ia memegang selimut yang semalam membungkus tubuhnya, kemudian ia melirik Sekar yang tertidur di ranjang, sudah bisa dipastikan bahwa selimut tersebut adalah pemberian istrinya. Daffa bangkit dari tidurnya, badannya terasa pegal karena tidur di sofa. Daffa segera menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Selesai membersihkan tubuh, kini Daffa kembali keluar dengan tampilan yang sudah rapi. Ia melirik istrinya, istrinya masih tampak meringkuk didalam selimut "Bangun" seru Daffa. Namun sama sekali tidak membuat istrinya itu terbangun "Bangun" untuk kedua kalinya, akhirnya Sekar terbangun

Sekar mengerjabkan matanya perlahan, ia mencoba membuka kedua matanya dengan sempurna, dan dirinya memindai penampilan suaminya yang tampak sudah mandi. Sekar duduk di ranjang dengan kepala bersandar pada headboard. Lama ia terdiam dan hanya mengamati, akhirnya ia bersuara

"Pagi ini langsung kerja?" tanya Sekar

"Bangun dan bersihkan tubuhmu, kita ke Bogor pagi ini"

"Bogor? Untuk apa?" tanya Sekar bingung

"Mengantar Mbok Iyem" ucap Daffa singkat

Sekar membulatkan matanya mendengar apa yang Daffa ucapkan. Ia lantas melompat kedalam pelukan Daffa, dan tanpa malu malu mencium pipi suaminya itu cukup lama. Namun didetik berikutnya, ia merasakan tubuhnya melayang, dan terhempas kembali ke ranjang

"Jangan pernah melangkahi batasanmu" ucap Daffa sembari berlalu dari kamar

"Jangan pernah melangkahi batasanmu, batasan apa? Bukankah aku ini istrinya, dasar kulkas" cibir Sekar. Namun baru sesaat mencibir, senyum indah kini terlukis di wajahnya, ia dengan segera pergi menuju kamar mandi, tentunya dengan senandung senandung kecil yang menunjukkan kegembiraannya

Sementara Daffa yang ada didepan kamar tampak mengusap pipinya yang sudah menjadi korban kebuasan Sekar. Selama ini tidak ada wanita yang berani berbicara dengannya, mengingat wajahnya yang dingin. Tapi istrinya itu, dia dengan berani menjawab perkataannya dengan begitu gamblang, bahkan mencium pipinya. Daffa memegang dadanya yang berdegup kencang

"Dia menciumku tiba tiba, tentu saja aku terkejut" monolog Daffa

Ia berjalan menuruni tangga menuju dapur. Disana, Daffina dan Ibu sambungnya tengah mempersiapkan sarapan mereka dengan bantuan Bik Wati. Daffa memilih beralih menuju ruang keluarga, dan duduk dengan membaca majalan disana.

"Ma... Ikannya udah boleh dibalik belum?" suara Daffina tampak begitu jelas ditelinga Daffa

"Balik saja sayang, hati hati nanti kamu terkena minyak"

Daffa meletakkan majalah yang ada dalam genggamannya. Ia sudah tidak berselera untuk membaca hanya dengan mendengar suara Ibu Sambungnya yang tampak memulai sandiwaranya. Ibu Sambungnya itu memang benar benar aktris unggul dalam keluarganya, dia mampu menipu Daddy serta adik kembarnya secara bersamaan. Tidak lama, Sekar tampak ikut bergabung bersama Ibu Mertua dan Adik aiparnya.

"Daff, tidak biasanya pagi pagi sudah disini" ucap Tuan Riko menyadari keberadaan putranya di ruang keluarga

"Dad..." sapa Daffa balik

"Kau mau kemana pagi pagi sudah rapi? Tidak mungkin ke kantor kan?" tanya Tuan Riko, ia melihat penampilan putranya yang mengenakan pakaian santai

"Aku mau ke Bogor, mengantar Mbok Iyem"

"Oh..." Tuan Riko mengangguk anggukan kepalanya dengan tersenyum. Kemudian tatapan matanya teralihkan menuju dapur, melihat menantunya yang tampak sibuk bersama istri dan putrinya "Bagaimana hubunganmu dengan Sekar?" tanya Tuan Riko

"Biasa saja"

"Tidak ada yang istimewa?" tanya Tuan Riko, ia merasa belum puas dengan jawaban Daffa "Apa kau tidak ada ketertarikan dengannya?"

"Aku sudah pernah katakan bahwa cinta hanya membuat manusia lemah, dan aku tidak ingin terlihat lemah, karena kalau aku lemah maka istrimu akan dengan mudah mengambil harta keluarga kita" jawab Daffa dingin, ia kembali menjadi Daffa yang lain jika sudah membahas tentang cinta. Karena menurutnya Daddy-nya lemah karena cintanya pada Ibu Sambungnya