Sekilas Pekerjaanku

Banyak pernikahan yang gagal karena salah mengartikan rasa suka dengan cinta.(Anonim)

**

Aku membuka ponsel dan memperhatikan foto bersama dengan Arka yang kujadikan wallpaper di lockscreen. Saat itu kami sedang berada di tepi Pantai Parai Tenggiri, pantai cantik di Bangka Belitung, dan berfoto berdua dengan latar belakang pemandangan birunya lautan.

Liburan yang menyenangkan itu sudah terjadi satu tahun lamanya, tapi masih sangat berbekas di Ingatanku. Hal itu terjadi sebelum aku berurusan dengan segala hal ini. Bahkan aku tak peduli apakah nama Ariel tertera di jajaran keturunan Mbah Rejo. Aku tahu, tapi tak peduli. Tingkahnya  bagaimana di luar sana juga tidak menjadi pikiranku

Namun berita itu datang kemudian.

Pak Aaron, ayah Ariel tiba-tiba menghubungiku.

Ya itulah awal kesialan ini.

Masih kuingat, suaranya yang tenor itu memohon padaku dengan logat Eropanya, “Ariel bisa bantu untuk memasukkan Ariel ke SMA Bhakti Putra? Saya sudah mengusahakan dia untuk masuk ke banyak sekolah tapi tidak ada yang berkenan.”

Saat itu jelas aku bertanya-tanya, kenapa tidak ada yang berkenan?

Pak Aaron mengirimiku sebuah laporan transkip nilai, dan di sana tertera beberapa angka yang menunjukkan bahwa nilai Ariel Clodio lumayan bagus. Nilai Rata-rata 8.

Tidak mungkin siswa secerdas ini sulit masuk sekolah. Wajarnya, malah banyak yang menawarinya beasiswa.

Tapi berikutnya kubaca laporan guru di bawahnya. Dalam 6 bulan, presentase kehadirannya... 25%.

“Hah?” hanya kata itu yang sanggup kuucapkan.

Dari sana saja aku sudah berpikiran buruk.

Ternyata dia...

GROOONG!! GROONGG!!

Aku langsung melompat ke pinggir jalan, kembali ke realita dunia.

Siapa sih nge-gerung knalpot?!

Kurang Aj-

“Kalau jalan jangan bengong di tengah, dong, Bu Bini...”

Iya, lagi-lagi dia,lagi-lagi dia.

Dan tadi dia panggil aku apa?

“Kalau ada orang dengar bagaimana, hah? Lagipula, ini bukan jalan umum, Ariel!” aku langsung emosi.

Aku sekarang itu berjalan di dalam lingkungan sekolah, di dalam gerbang sekolah pula! Dengan jalanan sejauh 50 meter di depanku yang diujung sana itu sudah Lobby Sekolah!

Ini bukan area kendaraan karena tempat parkir di belakang sana, ngapain juga dia bawa motor masuk ke dalam?! Lagian motornya nggak bagus-bagus amat!

“Sesuatu yang diaspal biasanya dipakai untuk kendaraan, Bu. Kalau paving blok untuk pejalan kaki,”

“Tunjukan ke saya hadist yang berkaitan dengan argumen kamu!” ini aku bicara asal saja karena kesal. Dari banyak orang yang berjalan kenapa dia harus menggeber di belakangku?!

“Astaga, dia nanya hadist, ya pasti lah yang : MANA GUE TAU ARIEEEEEL!” seru Ariel sambil menggeber motornya dan masuk ke dalam... halah, dia masuk ke lobby sekolah pakai motor! Pak Rendi yang Kepala Sekolah saja tak berani bertingkah sableng seperti itu!

Aku hanya bisa mengelus dada sambil tahan nafas karena takut asap motornya meracuni paru-paruku.

Dibilang kurang ajar, ya tingkahnya keterlaluan. Pantas tak ada sekolah yang mau menampungnya sepintar apa pun prestasinya. Pantasnya sih dia home schooling saja daripada berinteraksi dengan masyarakat malah mengganggu.

Herannya, ada saja beberapa gadis yang mengejarnya saat tahu motornya masuk ke dalam gedung sekolah.

Sambil meneriakan namanya, dengan polosnya mereka menghampiri si Ariel dan memberikan cowok itu bekal untuk sarapan. Beberapa bahkan memberinya hampers.

Miris.

Aku hanya meliriknya sinis sambil berjalan ke arah ruang guru.

Dia mengerling padaku sambil tersenyum sinis.

Ingin kutancapkan hak lancip sepatuku ke jidatnya!

Hih!

**

Silabus oh Silabus...

Kehidupan guru di tengah semester genap seperti ini adalah otak tiba-tiba kosong saat menyusun silabus untuk semester ganjil. Kulirik lagi jadwal webinarku di notes ponsel. Kok sepertinya terlalu banyak ya. Apa cukup waktunya? Webinar itu sekali sesi minimal 45 menit, biasanya terdiri dari beberapa sesi. untuk dapat sertifikat pelatihan maksimal 2 kali absen. Dan sertifikat pelatihan hanya berlaku sebanyak 3 sampai 5 angka kredit saja selama periode kenaikan pangkat, bisa dalam 3 atau 4 tahun.

Sebenarnya kalau temanya menarik, nonton seminar via youtube keesokan harinya saja sudah cukup. Tapi guru sepertiku juga harus memenuhi *** (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan). Aku satu-satunya guru di sini yang tidak bertitle S.Pd. Aku pernah bekerja kantoran sebagai akuntan di salah satu gedung Mall besar, dan yang membuatku tertarik menjadi guru adalah banyak temanku yang memuji caraku mengajari mereka lumayan bisa dimengerti dibanding guru atau dosen ekonomi mereka.

Jadi, aku pun mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan, perkuliahan dilaksanakan selama dua semester. Bisa jadi karena aku seorang praktisi dan aku lumayan perfeksionis, nilaiku pun mencukupi menjadi Seorang Guru.

Enaknya menjadi guru di sekolah Swasta seperti SMA Bhakti Putra ini, gaji kami besar, dan kami bukan PNS. Kenaikan jabatan di sini ditentukan seperti sebuah perusahaan. Tentu saja kami harus mencapai Angka Kredit Komulatif tertentu untuk naik pangkat atau naik gaji, itu belum Nilai Unsur Penunjang. Apalagi yang bisa dinilai dari seorang guru selain dua hal itu? Kami kan tidak ditargetkan untuk cuan perusahaan.

Kompetensi kami dinilai dari Angka Kredit. Dan cara untuk mendapatkan angka kredit adalah dengan mengikuti seminar. Apalagi sekarang mengikuti seminar bisa melalui webinar. Makin jor-joranlah kami mengumpulkan kegiatan kolektif. Sampai kami tidak peduli lagi apakah seminar itu berguna bagi materi pembelajaran kami atau tidak, pokoknya angka kredit memenuhi.

Tapi belakangan Kepala Sekolah kami, Pak Rendi, mulai sulit dimintai tandatangan kalau webinarnya dia nilai tidak berbobot.

Kenapa aku ingin naik gaji?

Karena aku ingin mengumpulkan uang untuk 3 hal.

Aku ingin melanjutkan program doktoralku di Inggris. Biayanya... bisa miliaran. Bukan biaya kuliahnya, tapi biaya penelitiannya. Penelitian untuk bisa lulus mencapai title itu akan dibuat ke dalam jurnal dan dipublikasi. Dan itu bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Yang kedua, aku ingin menikah dan hidup layak. Dua hal itu tidak bisa dipungkiri membutuhkan banyak dana. Okelah untuk menikah bisa di KUA yang murah saja. Tapi mohon maaf, aku juga memiliki impian sendiri mengenai ‘bagaimana pernikahan impian bagai Raja dan Ratu sehari’.

Ya, ya, ya, resepsi mewah memang terdengar seperti membuang-buang uang dan hedon banget. Lebih baik uangnya ditabung untuk biaya sekolah anak dan kebutuhan setelah berumah tangga. Tentu aku mengerti konsep itu. Tapi masa aku tidak boleh mewujudkan impianku? Sekali-kali aku ingin sehari saja cantik bagai Ratu.

Dan... ketiga, tawaran untuk bergabung di perusahaan sepupuku lumayan menggiurkan. Dua syarat yang ditekankan oleh sepupuku, Felix Ranggasadono, untuk bisa mengisi lowongan pekerjaan sebagai Pengajar bagi Manajemen Trainee di perusahaannya adalah, pernah berprofesi sebagai pengajar, minimal 3 tahun, dan memiliki jurnal penelitian lebih diutamakan.

Kalau sudah bisa masuk Garnet Corp, sudah tenang lah hdupku. Tidak semua keluarga Ranggasadono kaya raya seperti Felix. Buktinya kini aku sedang kebingungan berkutat dengan silabus.

“Bu Ariel,”

Seseorang menarik-narik kain lenganku. Bu Ratna, Guru Penata Muda Tingkat I, tersenyum manis padaku. “Mau dibantu silabusnya?” ia menatapku dengan mata berbinar.

Aku sudah tahu maksudnya. Ya, banyak juga yang mencari pekerjaan tambahan selain berprofesi menjadi guru. Kebanyakan illegal. Dan karena aku seorang Ranggasadono, mereka langsung berpikir aku orang kaya.

“Berapa?” tanyaku langsung.

Bu Ratna mengangkat telunjuknya ke atas.

“Wah, mahal juga ya sejuta,” Aku merogoh dompetku dan menghitung uang di dalamnya.

“Saya sih mau bilang seratus ribu, tapi kalau sejuta juga tak apa sih bu.” Desis Bu Ratna sambil mengintip ke arah dompetku.

Aku mencibir sebal. “Sejuta, tapi saya tidak teliti lagi ya, segala resiko saya limpahkan ke Bu Ratna,”

“Okeeee,” ia menanggapiku dengan bersemangat.

Gajiku memang lebih besar karena nama besar sepupuku. Aku masuk sini juga atas rekomendasi Felix. Tapi Pak Rendi bilang aku harus merahasiakan penghasilanku di sini. Karena Guru Utama di sini saja penghasilannya hanya dua kali UMK.

Tapi katanya penghasilan itu jauh lebih besar dari pada Guru ASN di Sekolah Negeri. Benarkah?

Terpopuler

Comments

Naftali Hanania

Naftali Hanania

wah bener bgt thor...itu dr jaman aku kecil pantai itu bagus bgt..bakhan dl ada sisi yg air nya bs hangat...dan bisa nemu kerang ukuran besar²..sekarang jd tempat wisata yg lumayan mahal katanya....✌️😁

2024-02-07

0

iin

iin

Beuuuh brarti gede dong yak gajinya.

2024-01-10

0

YK

YK

cantik bagai ratu gak perlu milyaran juga kali, Neng...

2023-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!