Dia Meninggal

“Apa yang terjadi barusan? Sialan!! Dia kesurupan atau bagaimana??” seru Ariel sambil berjalan di sebelah pengacara Mbah Rangga.

Aku mengikuti mereka di belakang sambil memeluk kedua lenganku yang kedinginan. Kedinginan karena merinding.

“Sabar ya Mas Ariel...” desis Pak Abet sambil mengelap dahinya dengan tissue. Tubuh bongsornya yang dibalut jas mahal tampak berjalan dengan langkah terburu-buru sekakan waktu adalah uang. “Kami memegang laporan dari psikiater Mbah Rangga. Tapi kami tidak yakin kalau ini sepenuhnya kondisi psikologis. Ada hal-hal yang tidak bisa diukur dengan nalar juga,”

“Maksudnya bagaimana?”

Pak Jason, pengacara satunya yang tampak lebih muda dan necis, membuka salah satu kamar dan mempersilakan kami masuk ke dalam. Kamar yang ditata bagaikan kamar pengantin baru.

Lalu ia duduk di salah satu sofa sambil menegakkan punggungnya dengan tegang menatap kami berdua.

Kami menolak duduk.

Karena kalau sudah tidak masuk akal, kami akan lebih mudah kabur dalam posisi berdiri.

“Begini...”

“Fokus kita saat ini, adalah kesehatan mental Mbah Rangga semakin parah setelah Mbah Rejo meninggal. Dia depresi seperti kehilangan setengah jiwanya. Tahu kan kalau dulu itu mereka selalu bersama, sampai-sampai istri-istrinya mereka saja cemburu. Mbah Rangga tidak menangis saat istrinya meninggal, tapi saat Mbah Rejo meninggal dia bagaikan kehilangan arah,”

“Mbah Rangga mulai muncul dengan sosok berbeda. Kadang perilakunya seperti Mbah Rejo. Orang-orang bilang beliau kesurupan arwah Mbah Rejo, tapi Diagnosa dari Psikiater adalah... Gangguan identitas disosiatif,”

Aku dan Ariel mengangkat alis, “Kepribadian ganda?!” seru kami kaget.

“Gangguan jiwa yang disebabkan oleh trauma parah, umumnya trauma sejak masa kanak-kanak. Masing-masing kepribadian dengan ingatan sendiri, kepercayaan, perilaku, pola pikir, serta cara melihat lingkungan dan diri mereka sendiri,”

“Tapi dia benar-benar berperilaku seperti Mbah Rejo barusan!” seru Ariel.

“Mereka selalu berdua, Mas. Ingat? Mereka pasti hafal sifat masing-masing, perilaku masing-masing, Bahkan banyak rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu,”

“Yakin, Pak??” ujarku. Aku merasa kondisi ini sulit dipercaya, karena baru kali ini aku mendengar kalau Mbah Rangga memiliki trauma mental yang cukup ekstrim saat masih kanak-kanak, atau mungkin kasus dalam Mbah Rangga ini tergolong spesial karena menyerang saat beliau dewasa? Yang jelas rasanya aku lebih percaya kalau dibilang kesurupan daripada gangguan jiwa.

Aku memang akademisi, tapi aku juga percaya gaib, seperti Tuhan dan Makhluk lain yang tak kasat mata.

“Yang jelas begini, Mbak Ariel... Mbah Rangga sudah menghibahkan beberapa ruko, rumah mewah, dan sejumlah uang untuk bekal rumah tangga kalian. Di luar warisan. Jumlahnya sangat besar. Yang perlu kalian lakukan adalah menjalani peran ini sebaik mungkin,”

“Cinta bisa datang belakangan Mbak, Mas, setelah berumah tangga. Yang penting kebutuhan sehari-hari kalian terpenuhi. Belum tentu sama yang lain kalian akan se-sejahtera ini,”

Aku melotot kesal ke Pak Abet. Enak saja dia bilang begitu. Memangnya dia mau dijodohkan dengan wanita yang tidak ia inginkan?! Ini urusan setiap hari bertemu dengan orang yang sama di pagi hari dan di malam hari, loh! Mana bisa kalau bukan dengan orang yang disukai. Bisa-bisa malah aku yang jadi gangguan jiwa!

“Tunggu!” desisku teringat sesuatu. “Itu... apa maksudnya dia minta darah perawan saya?”

Semua di ruangan itu mendadak hening.

“Eeeeh, jadi...” Pak Abet dan Pak Jason saling bertatapan sambil mengernyit tak enak padaku.

**

“Pelan-pelan Brengsek!!” reflek aku mendorong bahu Ariel dengan kakiku. Ariel menahan tubuhku dan mendesakku ke dinding. Kami di atas ranjang, dalam keadaan tanpa busana, dan karena keterbatasan waktu semua dilakukan tanpa pemanasan dan tanpa ciuman.

Bibirku hanya milik pacarku.

Bukan si Ariel ini.

Dan tampaknya dia juga melakukannya secara otomatis.

Dari gerakannya sih dia sudah profesional.

Anak sekecil ini, luwes sekali. Dasar Fakboi.

“Masuk saja belum,” geramnya sambil mencengkeram tumitku dan menyingkirkan kakiku.

Rasa perih kembali melanda tubuhku. Rasanya seperti tersayat dan panas, dan kepalaku langsung berkunang-kunang gara-gara hujaman tubuhnya.

“Seret banget sih! Basahin dikit dong!” dia protes padaku. Aku bahkan tidak tahu apa yang dia maksud.

“Ya gimana caranya!” balasku kesal. Masalahnya aku sambil menahan rasa perih. Ukuran remaja jaman sekarang sudah seperti orang dewasa tampaknya, atau karena dia keturunan Eropa jadi di atas rata-rata? Tak tahu lah pokoknya aku sedang kesakitan sekarang.

“Ya pikirin pacar Bu Guru dooong atau bayangin video syur atau apa kek! Jangan bilang ibu sepolos itu!”

“Prakteknya nggak segampang itu!”

“Susah banget sih jadi perempuan,” sembur Ariel. Lalu matanya mencari sesuatu di tubuhku yang bisa ia kerjai. Ia berhenti di dadaku.

Lalu ia menatapku.

Lalu menatap dadaku lagi.

“Mohon izin ya, demi darah perawan,” desisnya sambil tersenyum licik.

“Jangan- astaga!!”

Entah apa yang ia lakukan dengan mulutnya, yang jelas aku merasakan tubuh bagian bawahku mulai basah karena getaran yang mengganggu. Sejenak akhirnya perjalanan kami yang tersendat dapat dilanjutkan. Tapi seluruh perut bagian bawahku nyeri dan terasa sesuatu mendorong masuk ke dalam. Aku merasa perutku bagai diaduk, tapi sejenak mulai ada sensasi yang berbeda.

Ia bergerak maju mundur. Kuku-ku menancap di bahunya. Menahannya agar tidak bergerak terlalu cepat.

Lalu gerakannya berhenti.

“Oh... akhirnya,” gumamnya sambil mengatur nafas.

Kulihat di tubuhnya, ada darah yang membasahi sepanjang bagiannya. Keluar dari tubuhku.

“Mau diterusin apa-“

“Nggak!!” seruku marah.

Kudorong dia sekuat tenaga dan aku menghambur masuk ke kamar mandi.

Menangis sepuasnya.

**

Kami berdua duduk di depan Mbah Rangga yang tersenyum puas melihat kain dengan bercak darahku.

Kami tidak bertiga saja.

Di belakang kami ada banyak orang. Termasukn Pak Aaron yang mengernyit tidak suka. Mereka tampak benci dengan keadaan ini, ibu bahkan menangis. Tapi apa daya , ia tidak bisa mendekat.

Aku bagai dipermalukan secara massal.

Sementara Ariel tampaknya mengerti dengan keadaanku. Ia memelukku dengan lembut sejak aku keluar dari kamar mandi. Berulang kali ia bilang maaf, tapi kami berdua tahu semua ini bukan salahnya.

Orang gila di depan kami. Dan kekayaannya.

Atau mungkin memang kami yang salah karena inilah pilihan kami.

“Ini simbol penyatuan kalian,” desis Mbah Rangga sambil mengangguk. “Seperti kalian yang bersatu, begitu pun aku dan Rejo, sudah bersatu. Dua keturunan, dari sahabat, serasa saudara... kini satu keluarga.”

Entah kenapa aku sangat muak mendengarnya.

Ia kelainan mental.

Sebenarnya hubungan semacam apa yang terjadi di antara dua orang ini?!

“Dan sebagai pelengkap... Kencana akan hadir di tengah kalian, Bertiga, saling bersinergi. Jaga kerukunan kalian. Rumah tangga dan harta dunia. Sekarang tinggal memikirkan urusan akhirat, tapi yang itu bukan pekerjaanku,”

Mbah Rangga memberikan sebuah map pada kami.

“Buka kalau aku sudah tidak ada di dunia ini,” desis Mbah Rangga.

Kami menerima map itu berdua. Aku menatapnya setajam mungkin.

Sejenak, aku benci padanya.

Kami pantas dibayar sangat mahal karena obsesinya, awas saja kalau isi mapnya recehan. Ku obrak-abrik rumah ini!

Belum sampai Map itu kami turunkan ke pangkuan kami, terdengar bunyi mengorok dari arah Mbah Rangga.

Di depan mata kepala kami sendiri...

Sosok itu mengejang, lalu jatuh lemas di kursinya.

Kami hanya bisa terpaku melihat prosesnya.

Rasanya tubuh kami ini membeku.

Mbah Rangga meninggal di depan kami.

Terpopuler

Comments

iin

iin

Beneran matinya menunggu dua keluarga bersatu yak.

2024-01-10

0

Ummi Yatusholiha

Ummi Yatusholiha

ikut kaget aqu thor,si mbah meninggal tiba2

2023-12-10

1

Ersa

Ersa

laahhh unboxing demi harta 😂

2023-09-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!