Ditengah lamunannya, ponselnya kembali berdering. Senyuman manis terlukis di bibirnya ketika melihat nama kontak yang muncul di layar ponselnya tersebut.
"Gue kangen!" bacanya dalam pesan yang diterimanya.
"Dasar!" jawab Rhea tersenyum.
"Bohong!" balas Rhea mengirim pesan tersebut.
"Serius. Lo tahu, di sini gak ada kehidupan. Gue ngerasa kelas mendadak sepi sunyi gak ada semangat karena cewek cerewetnya gak hadir," tulis pengirim pesan lagi diakhiri emoticon tawa.
"Bukannya bagus, ya? Lo jadi gak ada yang ngerecokin sama tugas sekolah kalau mau nongkrong," tulis Rhea lagi membalasnya.
Rhea menahan bibirnya yang terus mengulas senyum. Ada perasaan aneh yang muncul dalam hatinya hanya dengan berbalas pesan seperti ini.
"Gue kenapa?" gumamnya sambil menatap layar ponselnya sambil tersenyum.
"Gak nongkrong gak masalah, yang penting bareng lo," jawab pengirim pesan itu mengirim emoticon cium ujung love. Rhea membalasnya dengan stiker wanita memukul pria hingga terjungkal.
"Gue bosan di sini terus!" gumam Rhea menatap keluar jendela.
"Luka lo gimana, udah sembuh?" tanya pengirim pesan setelah puas perang stiker.
"Lumayan. Tinggal sakit sedikit tapi udah gak perlu plester lagi," jawab Rhea.
"Gue jenguk, ya? Mau dibawain apa?" tanyanya.
"Serius?" tanya Rhea dan diiyakan menggunakan stiker lagi oleh teman chatting-nya.
"Gue mau cake coklat dari Coffee Love, boleh?" tanya Rhea lagi.
"Oooh itu. Siap Tuan Putri, OTW meluncur," jawabnya.
"Makasih, ya!" balas Rhea.
"Okeh, gue berangkat sekarang, bye!" balas orang itu lagi diakhiri love merah.
Rhea tersenyum lalu merapikan penampilannya. Kemudian, merapikan kamarnya sambil menunggu temannya itu selesai dengan tugasnya.
Dua puluh menit berlalu, aktifitas Rhea dialihkan oleh pesan masuk di ponselnya. Dia tersenyum setelah membacanya lalu bergegas keluar kamar menemui orang tersebut.
"Daffin!" panggil Rhea ketika melihat seorang pria berdiri di samping motor ninja warna hitam di tempat parkir asrama.
"Yo!" Daffin mengangkat tangan tanda sapaan sambil tersenyum.
Daffin memerhatikan wanita itu sedikit berlari ke arahnya. Dia juga memperingatkan Rhea agar berhati-hati karena takut terjatuh atau tersandung. Rhea tersenyum senang sambil menatap Daffin ketika sampai dihadapannya.
"Ini!" Daffin memperlihatkan kantung makanan yang dibawanya.
"Terimakasih!" jawab Rhea menerima lalu mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk.
"Ayo!" Rhea menarik tangan Daffin ketika menemukan tempat duduk didekatnya.
Mereka duduk di sana dan Rhea pun mengeluarkan makanan yang dipesannya. Terdapat satu potong kue cokelat, satu botol air mineral, satu jus mangga dan kopi espresso.
"Jus mangga?" Rhea memperlihatkan lalu menatap Daffin.
"Gue tahu dari Cantika kalau lo suka jus itu, makanya gue beli," jawab Daffin tersenyum.
"Espresso?" tanya Rhea lagi mengeluarkan semua makanan dari kantung tersebut.
"Itu punya gue," jawab Daffin menerima dari tangan wanita itu.
"Lo suka?" tanya Rhea sedikit heran.
"Um!" Daffin mengangguk lalu meneguk kopi tersebut.
Rhea mengerutkan wajahnya membayangkan rasa pahit dari kopi tersebut dan Daffin tertawa melihat ekspresi wanita disampingnya itu.
"Lo beli apa lagi, kok cuman ini? Kue lo mana?" tanya Rhea sedikit bingung.
"Gue gak terlalu suka makanan manis. Jadi lo makan aja!" jawab Daffin tersenyum.
"Gak bisa gitu!" jawab Rhea yang langsung membuka kemasan kue dan menyendoknya.
"Aaa buka mulutnya!" lanjut Rhea menyodorkan kue didepan bibir Daffin.
Merasa sedikit heran tapi detik berikutnya Daffin tersenyum dan menerima suapan kue tersebut. Rhea merasa sangat senang karena Daffin mau memakannya.
"Enakkan?" tanya Rhea dan dibalas anggukan oleh Daffin.
Rhea kembali menyendok kue tersebut dan memakannya dengan santai. Daffin sedikit terkejut dengan apa yang dilakukannya.
"Sendok itu?" gumamnya karena Rhea makan menggunakan sendok yang sama.
Muncul perasaan senang dalam hatinya yang membuatnya harus menahan senyum agar tidak terlihat oleh Rhea.
Sementara itu, Rhea malah asyik dengan makanan dan minumannya. Dia begitu senang bisa menikmati makanan yang dirindukannya itu terlebih lagi dia tidak harus mengeluarkan uang untuk mendapatkannya.
"Lo mau jalan-jalan?" tanya Daffin yang masih setia memerhatikan wanita disampingnya itu.
"Kemana?" tanya Rhea sambil mengunyah makanan dan menyuapi kue lagi ke Daffin yang disambut dengan senang oleh pria itu.
"Terserah lo, gue anterin kemana aja, yuk!" jawab Daffin mengunyah makanannya.
"Ummmm, gak tahu!" jawab Rhea tersenyum malu karena bingung.
"Yaudah lo abisin dulu makanannya terus kita jalan random aja, gimana?" ucap Daffin menawarkan solusi.
"Okeh. Tapi kita kembali sebelum gelap, okeh?" jawab Rhea senang.
"Siap, Bos!" jawab Daffin tersenyum.
"Gue kabarin Cantika dulu." Rhea mengeluarkan ponselnya.
"Emangnya dia kemana?" tanya Daffin.
"Katanya ada urusan, tapi gak tahu kemana," jawab Rhea fokus ke ponselnya.
"Hhmmm ...." Daffin mengangguk paham.
Rhea membereskan sampah makanan lalu membuang ke tempatnya. Kemudian mereka bersiap pergi.
Daffin membantu Rhea memakai helm lalu keduanya naik ke motor dan meluncur memecah jalanan.
Senyum Rhea tidak luntur sepanjang perjalanan. Dia merasa sangat senang bisa menikmati pemandangan sore hari sambil berkendara seperti ini.
Melihat ekspresi bahagia dari kaca spion membuat Daffin ikut tersenyum dibalik helmnya. Disaat bersamaan muncul perasaan hangat dalam hatinya yang tidak bisa dijelaskan.
"Lo seneng?" tanya Daffin.
"Banget!" jawab Rhea sedikit mendekat agar suaranya jelas didengar Daffin.
Puas berkeliling, mereka berhenti di tepi danau menikmati langit senja yang tampak lebih indah dari biasanya.
"Re!" panggil seseorang yang membuat Rhea dan Daffin menoleh ke belakang.
"Cantika?" Rhea sedikit terkejut melihat Cantika datang sambil bergandengan tangan dengan William.
"Gue kira siapa, ternyata beneran kalian," ucap William berhenti didepan Rhea dan Daffin tanpa melepaskan genggaman tersebut.
"Ooh pantesan Rere sendiri, ternyata lo yang nyulik Cantika!" jawab Daffin diakhiri tawa bersama William dan Cantika.
Ditengah pembahasan itu, Rhea justru fokus pada genggaman tangan William dan Cantika yang entah mengapa sedikit mengganggu penglihatannya.
"Jadi ... mereka kencan?" gumam Rhea dalam hati lalu menatap raut wajah bahagia sepasang kekasih itu.
"Perasaan gue kenapa gak karuan gini ya, ngeliat mereka berdua? Gue kenapa?" tanyanya lagi pada diri sendiri.
"Mumpung ketemu di sini, kita makan bareng yuk! Lo belum makan malam kan, Re?" tanya Cantika menoleh pada sahabatnya itu.
"Re!" panggil Daffin pelan karena wanita itu hanya diam saja.
"Eh apa?" tanya Rhea tersadar dari lamunannya.
"Yeee malah ngelamun. Lo udah makan malam?" tanya Cantika lagi.
"Belum, kenapa?" tanya balik Rhea menatap sahabatnya itu.
"Kita makan bareng di restoran dekat sini, yuk!" ajak Cantika. Rhea tampak berpikir sejenak lalu melirik Daffin.
"Yuk!" jawab Daffin merangkul Rhea sambil tersenyum.
"Yaudah, yuk! Gue yang traktir," sahut William.
"Waah tumben banget. Pajak jadian nih, ceritanya?" tanya Daffin antusias.
William hanya menjawab dengan kekehan penuh arti dan Cantika juga tersipu malu. Daffin pun mengucapkan selamat dan ikut senang atas apa yang terjadi pada hubungan sahabatnya itu.
Mereka pun berjalan bersama menuju restoran yang tidak jauh dari sana. Nuansa bahagia jelas terpancar dari mereka kecuali Rhea yang masih belum menemukan arti perasaan aneh dalam hatinya.
"Gue kenapa? Kenapa rasanya aneh melihat kebahagiaan Cantika dan William? Kenapa?" kalimat itu terus berputar dalam pikirannya.
"Gue seneng atau nggak? Tapi kenapa harus gak seneng, bukannya Cantika bahagia sama William? Harusnya gue ikut seneng, kan? Tapi kenapa?" gumamnya lagi memerhatikan interaksi Cantika dan Daffin dihadapannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments