Maaf

"Gue cuman beban. Harusnya gue yang mati saat itu bukan Richie!" pungkas Rhea.

"Gue—"

"Lo sempurna ... dan bukan cuman gue yang bisa liat itu!" ucapnya lagi. Terdengar begitu manis tapi tidak berhasil membawa senyuman di wajah Rhea.

"Mungkin ini terdengar template. Tapi yang dialami Richie bukan salah lo. Dia emang udah waktunya pergi. Lo gak harus terus-menerus terpuruk kayak gini!" lanjut Daffin.

"Gue salah Fin!" ucap Rhea tanpa menoleh.

"Lo gak salah!" jawab Daffin.

"Gue pembunuh!" lanjut Rhea.

"Lo bukan orang kayak gitu. Bahkan gue yang baru kenal sama lo aja tahu," jawab Daffin.

"Karena lo baru kenal gue, lo gak tahu apa-apa!" jawab Rhea menatap Daffin tajam.

"Lo gak tahu apa-apa!" lanjutnya memperjelas.

"Maksud lo apa, hah?" teriak William menarik Cantika hingga berdiri dan sedikit menyeretnya kasar.

"Cantika?" Rhea dan Daffin menoleh dan langsung menghampiri Cantika yang sedikit tersungkur. Sementara Agam dan Galen menahan William yang diselimuti emosi.

"Lo ngapain?" tanya Rhea menatap William tajam.

"Lo tanya dia. Sahabat macam apa yang malah nyalahin temennya di kondisi kayak gitu!" jawab William diselimuti emosi dan berusaha berontak dari cekalan Agam dan Galen.

"Wil, lo kenapa? Lo gak perlu seemosi ini, semuanya udah lewat!" sahut Daffin memegang dua bahu sahabatnya itu.

"Udah lewat? Lo tanya Rhea, apa rasa sakit dan traumanya udah lewat, hah?" timpal William emosi.

"Ini bukan urusan lo. Masalah gue dan Rhea gak ada hubungannya sama lo semua!" teriak Cantika membalas dengan ekspresi marah dan maju ke hadapan William. Tapi Rhea berusaha menahannya dan menenangkan sahabatnya itu.

William berhasil berontak dan mendorong Cantika hingga hampir jatuh tapi beruntung bisa bertahan. Melihat temannya diperlukan kasar, Rhea melayangkan tinjunya ke wajah William.

"G*blok!" umpat Rhea penuh emosi.

William mengusap sudut bibirnya yang berdarah lalu membalas tatapan tajam Rhea padanya. William membalas tinju Rhea tapi berhasil ditangkis dan perkelahian pun tidak terelakkan.

Semua orang fokus pada teknik bela diri yang ditunjukkan Rhea, terutama Cantika yang merasa tidak percaya bisa melihat Rhea seperti ini.

Bukan dukungan berkelahi, tapi baginya ini seperti melihat jati diri Rhea yang sebenarnya. Cantika menatapnya berkaca-kaca dan perasaan senang meluap dalam hatinya.

Tendangan keras diberikan Rhea hingga William tergeletak dan meringis kesakitan. William berusaha berdiri dan tiba-tiba, dia batuk dan mengeluarkan darah.

Tetesan darah tersebut membuat Rhea terdiam dengan mata bulat dan tubuh yang merinding. Cantika paham dengan perubahan ekspresi tersebut tapi dia tetap diam memerhatikan dari jauh.

"Dia kenapa?" gumam Daffin hendak menghampiri.

"Stop, jangan ada yang mendekat!" cegah Cantika merentangkan satu tangan menghalangi langkah Daffin.

"Tapi—"

"Lihatin aja!" timpal Cantika menyela.

"Richie?" pandangan Rhea kabur. Bayangannya bercampur dengan memori masa lalu.

Dia melihat William yang batuk berdarah seperti melihat Richie diujung kompetisi waktu itu. Rhea menangis melihat kondisi pria dihadapannya tersebut.

"Richie? Richie!" Rhea berlari menghampiri William menopang tubuhnya yang terduduk menahan sakit di dadanya.

"Richie, ma-maaf!" panggil Rhea dengan tatapan sedih dan khawatir.

"Lo gak harus minta maaf. Ini kompetisi apapun bisa terjadi. Lagipula kondisi gue emang udah buruk sebelum semuanya dimulai," jelas Richie menatap Rhea.

"Lo gak harus nyalahin diri sendiri, Re!" Suara Richie dan William bersatu mengucapkan kalimat yang sama seiring bayangan Rhea berubah melihat William kembali.

"Wil?" Rhea sedikit kebingungan dengan bayangan yang dilihatnya.

"Yang lo liat dan lo rasain hari ini adalah kenyataan. Lo gak seharusnya nyalahin diri sendiri untuk masalah yang bukan tanggungjawab lo. Richie juga pasti gak mau lihat lo kayak gini terus," jelas William lalu menggenggam tangan Rhea.

"Emangnya gak papa?" tanya Rhea merasakan lelah dalam hatinya karena terus merasa tertekan setiap saat.

"Apa selama ini ada yang nuntut lo buat tanggungjawab secara hukum atau sosial?" tanya William dan Rhea terdiam.

"Nggak kan? Jadi gak masalah. Lo bisa keluar dari lingkaran gelap itu dan balik ke cahaya lo!" lanjut William lalu menatap Cantika ketika dia mengatakan cahaya. Rhea mengikuti arah pandangan dan menemukan sosok yang sama.

"Tika!" Rhea langsung berlari memeluk Cantika. Sedangkan William kembali berdiri sambil memegang perutnya.

"Maafin gue!" lanjutnya mengeratkan pandangan sambil menangis.

"It's okay. Please jangan diulangi lagi. Gue gak sanggup liat lo murung kayak gitu lagi!" jawab Cantika yang berkaca-kaca karena rasa bahagianya.

"Um. Gue janji!" jawab Rhea masih tidak melepaskan pelukannya.

Daffin CS menghampiri William dan memastikan kondisi sahabatnya itu. Mereka menatap dua wanita yang tengah berpelukan dan Cantika menunjukkan senyum dengan gerakan bibir mengucap terimakasih pada mereka.

"Um!" William mengangguk dan membalas senyum tersebut.

"Apa maksudnya?" tanya Daffin yang menoleh pada William.

"Ini rencana gue sama Cantika buat ngulang kembali memori Rhea dan Richie dipertandingan waktu itu. Awalnya Cantika ragu. Dia takut Rhea malah semakin menutup diri tapi ternyata dia ngebela sahabatnya setengah mati. Badan sakit semua ini," jelas William jujur mengenai rasa sakitnya.

"Tapi gue lega karena semuanya berjalan sesuai rencana," lanjutnya tersenyum menatap dua wanita itu.

"Thanks ya, Wil!" ucap Daffin menoleh pada sahabatnya itu.

"Ummm gila ya. Makanya bro, hati-hati sama penyakit bucin nanti bego kayak mereka!" ucap Agam merangkul Galen.

"Iya bro, serem banget. Buat dapetin cinta aja harus babak belur dulu kayak gitu. Gue sih ogah!" sahut Galen.

Daffin dan William hanya geleng-geleng kepala tak ingin berdebat. Sikap tersebut justru dianggap mengiyakan statemen Agam dan Galen yang membuat dua jomblo itu cemberut.

Ditengah kondisi tersebut, Rhea mulai merasakan sakit dibagian lukanya yang terbuka karena perkelahian tadi. Daffin segera memanggil dokter untuk datang dan memeriksa keadaannya.

Setelah semuanya membaik, Rhea terlelap dengan damai. Ekspresi wajahnya menunjukkan senyum manis yang menggambarkan rasa bahagia dalam hatinya.

"Thanks ya, guys. Gue bener-bener seneng banget ngeliat Rhea balik kayak tadi," ucap Cantika mengantar Daffin CS ke depan asrama.

"Dan sorry, lo jadi luka kayak gini, Will," lanjutnya merasa bersalah.

"It's okay yang penting semuanya beres. Gue harap Rhea bener-bener bisa lupain semuanya," jawab William tersenyum.

"Um, gue harap juga gitu!" jawab Cantika.

"Kalau ada apa-apa kabarin kita, ya!" pinta Daffin mengingatkan.

"Um!" Cantika mengangguk dan Daffin CS pun pamit pulang ke rumahnya masing-masing.

"Tuhan, terima kasih telah mengirim mereka. Semoga kepercayaan dalam hubungan kami ini akan terus terjaga hingga masa depan dan hanya kebahagiaan yang menyertai kami!" gumam Cantika dalam hati lalu melangkah masuk kembali ke asrama.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!