Kita sahabat?

Daffin kembali memblokir tangan Shena dan memberikan tatapan tajamnya yang mampu membuat semua orang diam sedikit menunduk.

"Gue lebih baik milih dua wanita ini dibandingkan orang menyebalkan sok populer kayak lo!" ucap Daffin.

"Kalau ada orang yang harus pergi dari sini ... itu lo bukan Rhea Cantika," lanjutnya.

Agam dan Galen bergerak mencopot salinan foto yang sengaja ditempel di papan pengumuman. Dengan cepat, lembaran tersebut dimasukkan ke dalam tempat sampah dan segera membakarnya dihadapan semua orang.

"Siapapun yang berani ganggu dua wanita ini, maka mereka akan berakhir seperti ini," gumam Daffin dalam hati sambil menatap salinan foto yang dimusnahkan.

"Lo kenapa? Apa yang mereka lakukan sampe lo ngelakuin ini?" teriak Shena di hadapan Daffin dengan perasaan kesal.

"Ayo sadar, kalian cuman dimanfaatin sama duo upik ini!" sahut Dyra yang tidak kalah marahnya.

"Gue sadar apa yang gue lakuin dan gue tahu siapa yang harus dibela," jawab Daffin penuh penekanan.

Cantika bisa sedikit mengendalikan emosinya meskipun tatapannya masih sangat menusuk tajam. Sedangkan Rhea tampak sangat ketakutan karena terus menunduk menyembunyikan wajahnya dibelakang tubuh sahabatnya itu.

Tidak ingin terlalu lama berdebat yang tidak jelas dengan Shena CS, Daffin pun menarik tangan Rhea meninggalkan kerumunan siswa diikuti Cantika dan William CS.

Mereka pergi ke tempat parkir yang dekat dengan pintu masuk asrama dari lorong sekolah. William CS ditimpali Cantika terus menggerutu mengenai apa yang dilakukan Shena hari ini.

Sedangkan Rhea memilih diam membisu, menunduk sambil duduk di kursi. Daffin perlahan mendekat dan berjongkok di hadapannya.

"Lo kenapa? Mikirin apa?" tanya Daffin menatapnya lekat.

"Nggak papa!" jawab Rhea yang tampak sadar dari lamunannya. Sikapnya langsung gelagapan menyadari Daffin ada di hadapannya.

"Tika, ayo pergi!" ucap Rhea langsung menarik tangan Cantika memasuki area asrama.

Daffin CS hanya bisa saling menatap penuh tanda tanya dengan sikap yang ditunjukkan Rhea. Sikap dan cemoohan yang dilontarkan Shena CS mungkin tidak berdampak apapun pada Cantika. Namun hal yang sama tampaknya tidak berlaku bagi Rhea.

Wanita itu terus menunduk dan larut dalam pikirannya sendiri semenjak Shena menunjukkan foto mereka yang memasuki sebuah panti asuhan.

"Sebenarnya lo kenapa?" gumam Daffin menatap punggung wanitanya yang semakin menjauh dari jarak pandangnya.

***

Malam ini suasana kamar yang ditempati Rhea dan Cantika sangat sunyi. Tidak ada percakapan semenjak pulang sekolah sore tadi.

Rhea terus menutup diri. Setiap kali Cantika membuka pembicaraan, dia selalu menghindar dan tampak ketakutan.

Hingga malam hari ini, keduanya hanya berbaring di ranjang yang sama tapi saling membelakangi. Tidak ada pembicaraan ataupun usaha untuk saling menyapa.

Cantika bersikap demikian karena merasa Rhea memerlukan waktu untuk merenungkan diri sendiri. Namun, bukan Cantika namanya jika dia bisa sangat sabar dalam kondisi seperti ini.

Wanita itu kini mulai menggeliat berbaring terlentang menatap langit-langit lalu menghela napas berat.

"Re ... lo beneran gak mau cerita apa-apa? Gak seharusnya, lo kayak gini? Kita sahabat, kan? Gue bahkan masih nemenin lo sampai sekarang. Bisa gak sih, dikit aja lo percaya sama gue!" ucap Cantika yang emosional sambil menatap langit-langit.

"Gue percaya sama lo. Gue percaya banget. Lo—" Rhea terpancing untuk menjawab.

"Tapi lo gak nunjukin hal itu. Lo terus menghindar, mikirin semuanya sendiri, gak mau minta tolong atau sekadar minta saran gue, gak pernah. Apa fungsi gue sebenernya di hidup lo kalau kayak gini?" jawab Cantika menyela lalu menatap sahabatnya itu lekat.

"Maaf ... maafin gue, bikin lo ngerasa kayak gitu. Gue bener-bener minta maaf!" jawab Rhea dengan bulir air mata yang langsung turun membasahi pipinya.

"Sssttt ... lo tenang, yaa!" Cantika langsung memeluk Rhea erat berusaha menenangkannya.

"Lo masih kepikiran kejadian itu, ya?" tanya Cantika setelah Rhea merasa lebih tenang.

"Um!" jawab Rhea mengangguk pelan.

"Jangan pernah dipikirin lagi, yaa. Ada gue di sini. Lo akan baik-baik aja. Semua akan baik-baik aja," ucap Cantika lembut.

"Gue takut. Gue kehilangan—" Rhea mulai terisak kembali.

"Lo gak akan kehilangan apa-apa!" jawab Cantika menyela.

"Lo percaya sama gue dan diri lo sendiri. Semua pasti baik-baik aja dan lo bisa berdiri di atas kaki sendiri kayak dulu. Lo—" lanjutnya.

"Gue takut, Ka ... gue takut lakuin kesalahan lagi. Gue takut. Gue gak berani!" Rhea mengeratkan pelukannya dengan tubuh bergetar karena ketakutan.

"Gue ngerti. Tapi gak ada salahnya kan buat dicoba. Gue yakin lo bisa!" bujuk Cantika lembut.

Tidak ada jawaban apapun dari Rhea tapi napasnya terdengar beraturan. Cantika pun menghela napas dan memposisikan diri agar sahabatnya itu bersandar dengan nyaman padanya.

"Gue harap bisa liat Rhea yang dulu. Gue harap lo bisa cepet sembuh dari trauma itu, Re!" gumam Cantika dalam hatinya yang membuatnya berlinang air mata.

Perlahan Cantika pun mencoba untuk tidur mengikuti Rhea memasuki dunia mimpi. Setelah terlelap, Rhea membuka matanya kembali. Sebenarnya dia tidak tidur dan telinganya cukup tajam untuk mendengar semua gumaman sahabatnya itu.

"Maaf Tika, gue terlalu lemah dan pengecut buat ngelangkah. Gue takut, kehilangan lagi orang yang gue sayang. Gue takut kehilangan lo kalau diri gue balik ke masa lalu," gumam Rhea dalam hati dengan air mata yang berusaha keras dia tahan.

"Maaf, gue cuman bisa ngelindungi lo dengan sifat pengecut ini. Maaf," pungkasnya berusaha menahan isak tangisnya agar tidak terdengar oleh Cantika.

Karena tidak tahan, Rhea pun turun perlahan dari ranjang dan pergi keluar asrama. Langkahnya berhenti di rooftop gedung sekolah yang dekat dengan area kamarnya.

Rhea duduk meratapi nasib dan dirinya yang begitu memalukan. Langit malam yang indah tidak mampu menghibur hatinya yang kelam.

Bayangan masa lalu masih terngiang dan terus berputar dalam benaknya. Dia merasa sangat hancur ketika semua rekaman itu muncul kembali.

Rasa sesak kembali memenuhi hatinya. Terasa menyayat dan air matanya tidak bisa lagi ditahan. Dia pun menangis tersedu-sedu sambil memeluk kedua lututnya.

"Lo gak harus nangis sampe begini cuman karena hal sepele!" ucap seseorang dari arah belakang yang membuat Rhea refleks menoleh.

"L-lo?" Rhea terbelalak dan segera menghapus air matanya.

***

"Gue seburuk itu, ya? Sampai mereka lakuin ini," gumam Rhea meratapi nasibnya yang malang. Daffin hanya bisa diam menatap wanita dihadapannya itu.

Terpopuler

Comments

KnuckleBreaker

KnuckleBreaker

Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!

2023-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!