Apa yang Terjadi? Pt.2

Cantika berhasil mengimbangi teknik bela diri pria tersebut tapi kekuatannya tetaplah seorang perempuan.

Ditengah suasana Seperti itu, tiba-tiba dua pria datang membantu. "Daffin. William!" gumam Cantika merasa lega.

Namun perhatiannya langsung ke sahabatnya, Rhea. Dia memeluk wanita itu dan terus mencoba menenangkannya.

"Aku disini, tenanglah!" ucap Cantika penuh kasih sayang sambil mengeratkan pelukannya.

Daffin dan William berhasil mengalahkan preman tersebut dan segera menghampiri Rhea dan Cantika setelah memastikan mereka melarikan diri sejauh mungkin.

Daffin langsung berinisiatif menggendong Rhea masuk ke dalam mobil diikuti Cantika dan William. Mereka pun segera meninggalkan tempat tersebut.

Sepanjang perjalanan, Rhea terus menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Cantika. Mereka semua tidak terlibat percakapan apapun karena takut memperburuk keadaan.

Daffin dan William hanya diam memerhatikan jalan sambil sesekali melirik spion belakang memerhatikan dua wanita di sana.

Setelah merasa lebih tenang, Rhea tampak menyandarkan kepalanya mencoba terlelap dalam dekapan sahabatnya itu.

"Udah tenang?" tanya Daffin lembut dengan nada khawatir.

"Um!" jawab Cantika mengangguk menoleh pada orang yang bertanya.

William juga ikut menoleh pada sahabatnya itu, dia menemukan sikap tidak biasa dari Daffin yang menurutnya sangat kontras dengan pribadi yang selama ini dikenalnya.

Setelah mendengar jawaban tersebut, Daffin menghela napas dan mempercepat laju kendaraannya agar sampai tepat waktu di asrama.

"Kita sampai!" ucap Daffin setelah menghentikan kendaraannya di depan asrama.

"Iya!" Cantika sedikit menggeser posisi duduknya.

"Re ... Re ... ayo bangun, kita udah nyampe!" lanjutnya sangat lembut.

Rhea pun bangun dan memfokuskan pandangannya. Cantika menuntunnya keluar dari mobil. "Tunggu sebentar!" ucap Cantika yang langsung dibalas anggukkan oleh dua pria itu.

Cantika membopong Rhea masuk ke dalam asrama agar bisa beristirahat dengan tenang. Setelah sampai didepan ruangannya, mereka pun masuk dan Cantika membantu Rhea berbaring diatas tempat tidur.

Setelah memastikan sahabatnya tertidur dengan nyaman, Cantika pun kembali keluar untuk menemui Daffin dan William.

"Sorry jadi ngerepotin gini!" ucap Cantika berdiri dihadapan dua pria itu.

"Makasih banget. Gue gak tahu deh, bakalan kayak gimana kalau kalian gak bantuin tadi. Sekali lagi, makasih yaa!" lanjutnya penuh tersenyum lega.

"Um it's okay!" jawab William.

"Rhea ... gimana?" tanya Daffin dengan tatapan khawatir.

"Gak papa kok. Dia udah lebih tenang sekarang, makasih yaa!" jawab Cantika.

"Ooh gitu ... syukurlah," jawab Daffin sedikit menundukkan pandangan dan tersenyum lega.

"Dia kenapa ketakutan begitu?" tanya William juga yang terpancing rasa penasaran.

"Panjang ceritanya, tapi dia udah gak papa kok. Jadi gak perlu khawatir!" jawab Cantika tersenyum ramah.

"Mmmmm i-ini udah larut, mendingan kalian pulang, besok pagi harus sekolah, kan? Hati-hati dijalan!" lanjutnya mengalihkan topik.

"Aahh iya, ini udah malam banget. Yaudah, gue sama Daffin balik yaa, lo juga istirahat!" jawab William.

"Um!" Cantika mengangguk sambil memerhatikan

Cantika memerhatikan mobil dua pria itu hingga meninggalkan area asrama. Setelah itu, helaan napas berat baru bisa dilakukan dan matanya yang mulai berlinang.

Cantika berusaha menahan isak tangisnya dikesunyian malam ini. Udara dingin begitu menusuk tapi dia enggan beranjak dari tempatnya.

Dia masih menginginkan nuansa sepi ini tapi beberapa saat kemudian dia tersadar ini bukanlah tempat yang baik untuk menumpahkan sesak dalam dadanya.

Dengan cepat, Cantika kembali masuk ke asrama menoleh sebentar Rhea yang tengah terlelap nyaman di tempat tidur. Rasa sesak kembali memenuhi hatinya, dia pun berpaling dan masuk ke toilet.

Di sana, Cantika menangis tersedu-sedu diiringi suara shower yang sengaja dibuka agar menyamarkan suara tangisnya.

"Maaf Re ... maafin gue ... maaf!" ungkap Cantika yang terus menerus diulang hingga air matanya berhenti dan kantuk datang menyapa.

Cantika tidur di ranjang yang sama dengan Rhea. Dia memposisikan diri membelakangi sahabatnya itu dan mulai terlelap memasuki alam mimpi.

Keesokkan harinya, Rhea dan Cantika berjalan bersama menyusuri lorong menuju ruang kelasnya. Tepat didepan pintu mereka bisa melihat Daffin CS tengah berdiri seperti menunggu kedatangan keduanya.

Karena begitu sampai, Daffin CS langsung menoleh dan menyapa dengan senyum kecil. Cantika dan Rhea juga membalasnya dengan senyum tipis dan anggukan kepala pelan lalu masuk ke kelas tanpa menoleh lagi.

"Gimana—" sapa Daffin hendak mengikuti Rhea dari belakang.

"Sstt!!!" Cantika menyela dengan menahan tangan Daffin. Dia memberi isyarat agar pria itu tidak mengatakan atau melakukan apapun hari ini.

"Biarkan dia sendiri!" lanjutnya dan berlalu pergi mengikuti Rhea.

Daffin hanya terdiam memandang dua wanita itu dari belakang. Ada perasaan kecewa yang muncul karena dia tidak bisa berinteraksi dengan Rhea seperti kemarin. Sementara William CS hanya saling memandang dan mengikuti apa yang dikatakan Cantika.

Selama jam pelajaran berlangsung, Rhea hanya diam mengabaikan sekitarnya termasuk Cantika. Sahabatnya itu juga tidak terlihat mencoba mendekat atau memulai pembicaraan seolah paham apa yang harus dilakukan saat seperti ini.

"Kenapa mereka juga saling diam?" gumam Galen berbisik pada Agam.

"Mana gue tahu. Tapi kok jadi aneh yaa liat mereka kayak gitu?" jawab Agam.

"Yaa abisnya, kita gak bisa liat cekcok Daffin sama Rhea lagi," jawab Galen menahan tawa mengingat suasana kerja kelompok mereka kemarin.

"Um, baru kali ini liat ada orang yang berani debat sama kulkas sepuluh pintu kita," sahut William yang juga memerhatikan pembicaraan dua sahabatnya itu.

"Yoi. Kapan lagi kan, liat hiburan gratis kek kemarin," lanjut Galen dan diakhiri tawa yang berusaha ditahan ketiganya.

Sekolah berlangsung sangat lambat. Jam istirahat juga hanya dihabiskan Daffin dengan berdiam diri di kelas memerhatikan Rhea yang masih diam membisu . Wanita itu tengah mendengarkan musik menggunakan earphone.

Cantika juga hanya duduk di sampingnya sambil membaca buku. Sesekali juga dia melirik sahabatnya untuk memastikan keadaannya.

Setelah sekolah usai, tanpa bertanya apapun Daffin menarik tangan Rhea yang telah selesai membereskan alat sekolahnya.

Merasa ada yang menariknya, Rhea menahan dirinya sambil menatap orang yang tengah menggenggam tangannya tersebut.

"Ikut gue!" tegas Daffin tanpa basa-basi. Dia kembali menarik tangan Rhea hingga langkahnya sedikit terseret mengikutinya.

"Hei lo mau bawa dia kemana?" teriak Cantika terkejut melihat sahabatnya ditarik begitu saja.

"Gak papa. Dia akan baik-baik aja, kok. Lo gak perlu khawatir!" jawab William menahan tangan Cantika yang hendak mengikuti langkah Daffin.

"Tapi—"

"Gak papa. Gue jamin!" jawab William menyela.

"Um!" jawab Cantika mengangguk.

Mata Cantika dan William saling bertemu. Genggaman tangan pria itu perlahan turun lalu menjepit sela-sela jari Cantika.

William tersenyum begitu manis menghipnotis wanita didepannya. Tapi detik berikutnya, Cantika langsung tersadar dan melepaskan genggamannya.

"Gak usah pegang-pegang!" ucap Cantika meninggalkan William CS.

"Yak, cuman pegang dikit doang. Cantika ... hey ... baby!" jawab William gemas sambil mengikuti langkah Cantika.

"Gue bukan baby!" teriak Cantika protes sambil terus berjalan.

Agam dan Galen hanya geleng-geleng kepala melihat interaksi keduanya sambil mengikuti dari belakang.

"Ih nyebelin banget sih. Gimana bisa mereka keliatan akrab kayak gitu dalam waktu satu hari?" gerutu Shena yang memerhatikan mereka sedari tadi dari sudut depan kelas.

"Ya gimana lagi, ini pasti dua upik itu yang keganjenan deh. Dasar caper!" sahut Dyra dengan ekspresi kesalnya.

"Ini gak bisa dibiarin. Kita bisa kalah pamor sama mereka kalau Daffin CS jatuh ke jebakan upik itu," timpal Gwen mengompori.

"Itu gak boleh terjadi. Kita harus cari cara buat ngasih mereka berdua pelajaran!" jawab Shena.

Mereka pun berjalan keluar dari ruangan dengan perasaan kesal. Sementara Cantika dibawa William CS memerhatikan Daffin dan Rhea dari kejauhan.

"Sebenarnya, ngapain dia bawa Rhea ke sana?" gumam Cantika.

"Kenapa ... cemburu?" tanya William melirik wanita disampingnya.

"Ngapain cemburu. Gue cuman khawatir, ngelepas Rhea ke para buaya kayak kalian gini," jawab Cantika.

"Yeee mulut gak di rem banget. Mana ada buaya ganteng, populer, miliarder begini," protes Galen.

"Ya ada, buktinya nih!" jawab Cantika menunjuk tiga pria tersebut.

Agam dan Galen mengerucutkan bibir melanjutkan adu argumen bersama Cantika. Sementara William memilih memerhatikan sambil tersenyum menatap wanita disampingnya itu.

***

"Gue seburuk itu, ya? Sampai mereka lakuin ini," gumam Rhea meratapi nasibnya yang malang. Daffin hanya bisa diam menatap wanita dihadapannya itu.

Terpopuler

Comments

angin putingbeliau

angin putingbeliau

aku mampir nih Thor, kita saling dukung yah

2023-07-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!