Hari ini Sari dengan wajah bersemangat memasuki ruangan Jonathan, membawa sebuah amplop berwarna putih yang tampak berharga di tangannya. Jonathan tengah sibuk memeriksa beberapa laporan di meja kerjanya ketika Sari mendekatinya.
"Pak Jonathan, saya punya sesuatu untuk Anda!" kata sari dengan wajah tersenyum.
Jonathan mengangkat kepala dan senyum mengejek diri sendiri."Oh, apa itu? Undangan pernikahan bagi saya yang belum menikah?"
"Ha-ha, tidak, Pak Jonathan. Ini undangan pernikahan putri semata wayang saya, Stephanie." kata Sari lagi dengan meletakkan surat undangan itu di atas meja.
Jonathan sedikit terkejut dan dia mengernyitkan dahi. "Stephanie? Tapi kan dia masih berusia tujuh belas tahun dan baru kelas 3 SMA, bukan?"
"Iya, benar. Tapi Anda tahu bagaimana anak-anak di usia sekarang, Pak Jonathan. Semuanya tumbuh dengan cepat dan sejak SMA, mereka sudah mulai berpacaran. Saya khawatir jika Stephanie terpengaruh dengan gaya pacaran anak-anak zaman sekarang"
Jonathan mengangguk mengerti tapi juga sulit untuk mengerti.
"Saya mengerti kekhawatiran Anda, Sari. Tapi tidakkah Anda merasa Stephanie terlalu muda untuk menikah?"
"Awalnya saya juga merasa seperti itu, Pak Jonathan. Tapi setelah berdiskusi dengan Stephanie dan memahami perasaannya, dia sudah yakin dan mantap dengan pilihannya"
Mendengar kata-kata sari ,tiba-tiba Jonathan teringat pada si kembar.ohh sayangnya mereka begitu jauh dan saat ini Jonathan hanya bisa berhubungan dengan telepon saja.Tapi sebenarnya itu sudah luar biasa mengingat tidak ada rasa benci dan dendam di hati mantan istri kan.
"Anda benar, Sari. Sebagai orang tua, kita harus selalu mendukung keputusan terbaik bagi anak-anak kita. Terlepas dari apa pun pilihannya, yang terpenting adalah kita ada di samping mereka."
Sari , tidak bisa lagi menutupi rasa senangnya dengan CEO tampan in, dia berkata,"Terima kasih, Pak Jonathan. Itu berarti banyak bagi saya mendengar dukungan Anda. Oh ya, saya ingin memastikan kehadiran Anda di pernikahan Stephanie. Hanya beberapa orang saja yang saya undang, termasuk kepala staf sekolah, jadi saya bisa memastikan kerahasiaan terjamin."
Jonathan tempat terkekeh mendengar pernikahan ini akan dirahasiakan mengingat Stefanie masih berusia masih duduk di bangku sekolah.Hehehe dia yang bikin perkara tapi dia juga yang sedikit khawatir, bukankah itu lucu.
"Tentu saja, Sari. Saya akan sangat senang untuk hadir dalam momen bahagia tersebut dan memberikan dukungan kepada Stephanie. Kirimkan salam saya untuk dia."
"Terima kasih banyak, Pak Jonathan.
Sari merasa bahagia karena Jonathan memberikan dukungan dan pengertiannya. Meskipun usia pernikahan Stephanie mungkin terlihat tidak biasa, Sari yakin bahwa dengan dukungan dan cinta, putrinya akan menemukan kebahagiaan dan membangun hubungan yang sehat.
Jonathan duduk di meja kerjanya, sambil memegang undangan pernikahan yang dikirim oleh Sari. Dia membukanya dengan hati-hati dan membaca detail undangan tersebut. Melihat tanggal, tempat, dan nama Stephanie, Jonathan menggelengkan kepala dengan sedikit senyuman geli. Dia bisa merasakan kombinasi antara kebanggaan dan kekaguman terhadap sikap Sari.
Dalam hati, Jonathan memikirkan betapa Sari telah merencanakan segalanya dengan matang.
Dia tahu bahwa Sari memiliki pemikiran yang matang dan berpegang pada prinsip-prinsipnya. Meskipun ada sedikit rasa geli dalam pikirannya, dia juga setuju dengan pendekatan yang diambil oleh Sari untuk melindungi dan membimbing putrinya melalui kehidupan.
Jonathan menaruh kembali undangan pernikahan itu dengan hati-hati dan memilih untuk melihatnya dari sudut pandang yang lebih positif.
Jonathan memandang kosong ke arah jendela. Suasana ruangan menjadi hening, dan pikirannya mulai melambung ke masa lalu. Dia memikirkan perjalanan hidupnya, pernikahan yang telah berakhir, dan hubungan yang mereka bangun bersama mantan istrinya.
Pikiran Jonathan bergejolak dengan perasaan campuran. Meskipun dia tidak pernah membenci pernikahan, dia juga tidak membenci keputusan untuk bercerai. Semua itu adalah bagian dari kenangan pahit dan manis yang membentuk hidupnya. Terkadang dia merenung tentang saat-saat indah yang mereka bagikan, senyum, tawa, dan kehangatan yang pernah ada di antara mereka. Tapi di saat yang sama, dia juga mengingat pertengkaran, kekecewaan, dan kesedihan yang pernah mereka alami.
Namun, Jonathan merasa bersyukur bahwa meskipun pernikahan mereka berakhir, hubungan mereka berdua masih bisa terjaga dengan baik. Mereka masih berteman dan tidak ada rasa permusuhan di antara mereka. Jonathan menghargai kedewasaan dan pengertian yang mereka tunjukkan satu sama lain. Itu memberikan kedamaian dan kenyamanan dalam hidupnya yang sibuk.
Jonathan menganggap itu sebagai berkah. Tidak ada rasa sakit atau kebencian yang menghantui mereka. Mereka mampu menjaga hubungan yang baik, terutama untuk kepentingan anak-anak mereka. Itu membuat Jonathan merasa lega dan menghormati mantan istrinya atas komitmen dan kerjasama yang mereka bina bersama.
Tiba-tiba saja mata Jhonatan menatap foto keluarganya yang terpajang di atas meja. Dia tersenyum melihat wajah bahagia kedua orang tuanya yang tampil kompak di dalam foto itu. Kenangan indah tentang masa kecilnya bersama mereka pun kembali mengalir di benaknya.
Dengan perasaan hangat dan ingin berbagi kenangan, Jonathan mengambil ponselnya dan menelpon ke rumahnya.
Ting..Ting.. Ting.
"Halo, Jonathan? Ini Mama." kata mama Jhonatan dari seberang telepon.
"Halo, Mama. Bagaimana kabarmu?"
"Kabar baik, Nak. Bagaimana kabarmu di kantor?"
"Semuanya berjalan baik, Mama. Oh iya, tadi Sari ada memberikan undangan tadi putrinya akan menikah minggu depan" kata Jhonatan.
"Sari? tapi Putrinya kan masih sekolah masa mau nikah?"kata Mama dengan nada terkejut.
"mama, jodoh itu di tangan Allah Mama jika jodoh nya anak Sari udah sampai ya begitulah"kata Jhonatan ringan.
Tapi kata-kata Jonathan mulai menusuk hati mamanya yang paling dalam. Putranya dulu sudah menikah dan bahagia dengan pernikahannya tapi karena mamanya ini semuanya jadi berantakan dan pernikahan itu berakhir dengan perceraian.
Mama Jonathan ingin menangis lagi tapi semuanya sudah terlanjur.
"Jonathan, Mama ingin minta maaf atas pernikahanmu yang berakhir dengan perceraian. Mama merasa bersalah. Karena keputusan dan sikap Mama dulu, kamu harus menghadapi hal itu."
"Mama, itu bukan salah Mama. Kita semua punya peran dalam kehidupan ini, dan aku belajar banyak dari setiap pengalaman, termasuk perceraianku. Yang terpenting, Mama selalu ada untukku di saat-saat sulit."
"Hem Jhonatan, sepertinya mama dan papa nggak bakalan bisa datang deh, ke acara pernikahan Putri Sari, tapi Kamu akan datang, kan?" kata mama nya
"Aku akan hadir untuk memberi dukungan pada Sari. nanti aku akan bilang pada Sari jika mama dan papa tidak bisa datang"
Mama dan papa saat ini memiliki banyak rutinitas yang berkaitan dengan agama. Meskipun tidak disibukkan dengan hal duniawi tapi mama selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya dan menerima apa yang ditakdirkan Allah untuk keluarga mereka.
Mereka berdua berbicara tentang beberapa hal lagi yang umum sebelum keduanya memutuskan untuk menutup telepon.
Jonathan meletakkan telepon dengan perasaan hangat di dalam hatinya. Dia merasa lega dan bersyukur atas hubungan yang baik dengan Mama-nya. Meskipun ada kesedihan dalam kenangan masa lalu, dia juga merasa beruntung memiliki keluarga yang mendukung dan mencintainya.
Adapun kontribusi sang Mama tentang perceraiannya yang dulu, sebenarnya Jonathan sudah melepaskan ini.
Dia selalu menganggap Yana sebagai masa lalunya yang paling indah, hanya saja jodoh mereka tidak panjang.
Ahh apa kabar kembaran jagoanku ya di Amsterdam sekarang ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍁𝐦ͬ𝐨ᷲ𝐨ᷯ𝐧ᷲ ❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
ulas juga kabar sikembar dan Yana ya thour di novel ini...jadi kangen sama mereka ,😍
2023-07-29
0
🍁𝐦ͬ𝐨ᷲ𝐨ᷯ𝐧ᷲ ❀∂я💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
jadi kangen sama Yana dan sikembar...😍🥰
2023-07-29
0