XYD 4 - Bangsawan Yang Terbuang

XYD 4 - Bangsawan Yang Terbuang

Benua Bulan Perak adalah salah satu dari lima benua yang ada di dunia ini. Sebuah benua yang daratannya terbagi menjadi tiga kekaisaran. Tiga kekaisaran ini memiliki aturan dan kebijakannya sendiri dalam mengurus pemerintahannya.

Tentu tiga kekaisaran ini menguasai daratan Benua Bulan Perak dan berlomba menjadi yang paling berpengaruh dibenua tersebut. Ketiga kekaisaran yang menguasai Benua Bulan Perak tidak lain adalah Kekaisaran Zhang, Kekaisaran Yuan dan Kekaisaran Jia.

Pulau Hantu Naga sendiri merupakan sebuah pulau misterius yang berada disekitar lautan Benua Bulan Biru dan Benua Bulan Perak. Selama ratusan tahun lamanya tidak ada kultivator yang berani menginjakkan kakinya di Pulau Hantu Naga. Sehingga saat mendengar kabar kehancuran Pulau Hantu Naga, tentu saja hal ini memancing banyak kultivator untuk mencari kebenarannya sendiri.

Saat ini Xiao Yang terdampar di wilayah pesisir pantai yang ada di Benua Bulan Perak dan masuk kedalam wilayah Kekaisaran Jia. Di Benua Bulan Perak, Kekaisaran Jia merupakan sebuah negeri yang besar baik secara militer ataupun wilayahnya dibandingkan dua kekaisaran lainnya.

Sementara Xiao Yang memeriksa keadaan disekitarnya, Yuan Mei secara perlahan mendapatkan kembali kesadarannya setelah setahun tidak sadarkan diri.

Apa yang pertama kali Yuan Mei lihat adalah pemandangan langit biru yang membentang luas dimatanya, kemudian ia melihat bayangan Xiao Yang sedang memandang lautan.

“Yang‘er... Apa kita masih hidup?” Yuan Mei mencoba untuk bangkit dan mengetahui apa yang terjadi.

Berbeda dengan Xiao Yang yang telah berubah selama setahun belakangan ini, bagi Yuan Mei semua yang terjadi terasa seperti kemarin.

“Bibi, jangan banyak bergerak. Kau baru saja siuman. Saat ini kita terdampar di pesisir pantai Kekaisaran Jia...” Xiao Yang membantu Yuan Mei berjalan dan keduanya berjalan menuju sebuah pohon yang rindang untuk beristirahat.

Disana Yuan Mei menanyakan banyak hal kepada Xiao Yang. Mulai dari bagaimana keduanya bisa selamat dan terdampar di pesisir pantai ini.

Xiao Yang menjelaskan kepada Yuan Mei tentang keajaiban Lautan Iblis dan membuat wanita itu terkejut setelah mendengar cerita dari Xiao Yang.

Yuan Mei hampir tidak mempercayainya namun dia mengetahui bagaimana misteriusnya Lautan Iblis sehingga wanita itu memilih mendengar penjelasan ucapan Xiao Yang.

“Mungkin ini sulit dicerna, tetapi itulah yang sebenarnya terjadi. Kita berdua diselamatkan oleh empat Naga yang melatihku selama setahun. Mereka juga memberiku bekal ilmu pengetahuan sehingga aku bisa mengerti kita berada dimana.” Xiao Yang memberitahu dan membuat Yuan Mei kesulitan untuk menerima kenyataannya.

‘Aku pikir Yang‘er akan lebih menderita dan terluka tetapi dia terlihat baik-baik saja...’ Yuan Mei membatin dan mengamati raut wajah Xiao Yang.

‘Apa perasaanku aura Yang‘er terlihat sangat berwibawa dan aku merasa dia lebih dewasa...’ Lalu Yuan Mei membatin dan merasa bahagia dengan kehadiran Xiao Yang.

Memang Xiao Yang menyembunyikan kebenarannya kepada Yuan Mei, namun tetap saja Yuan Mei tidak menyangka dengan sikap Xiao Yang yang terlihat lebih dewasa.

‘Jadi aku tidak sadarkan diri selama setahun...’ Kembali Yuan Mei membatin dan mengamati keadaan disekitarnya sebelum dikejutkan dengan kehangatan api unggun yang dibuat Xiao Yang.

“Bibi Yuan, aku baru saja menangkap seekor kelinci. Lebih baik kita mengisi tenaga terlebih dahulu sebelum memikirkan langkah kita selanjutnya.”

Melihat sikap Xiao Yang dan tindakannya membuat Yuan Mei meneteskan air mata dan tertawa lirih.

“Eh? Kenapa Bibi menangis?” ujar Xiao Yang keheranan.

“Tidak, hanya saja Bibi tidak menyangka kau bisa bersikap dewasa seperti ini. Syukurlah...” ucap Yuan Mei bahagia.

Xiao Yang pun tersenyum hangat dan mulai membersihkan hasil tangkapannya sebelum membakarnya. Setelah menikmati daging kelinci bakar, Xiao Yang pun menjelaskan kepada Yuan Mei tentang Benua Bulan Perak dan itu membuat Xiao Yang memiliki sejumlah pertanyaan kepada Yuan Mei.

“Bibi, bukankah kau memiliki marga Yuan dinamamu... Apa kau masih memiliki hubungan dengan keluarga Yuan di Kekaisaran Yuan?” Akhirnya Xiao Yang bertanya.

Yuan Mei tersenyum tipis dan memejamkan matanya untuk sesaat. Tidak pernah Xiao Yang sangka atau ketahui jika Yuan Mei merupakan seorang istri dari Kaisar Yuan yang dikudeta oleh adiknya sendiri dan melarikan diri.

Sekitar sepuluh tahun lalu Yuan Fei yang merupakan mendiang suami Yuan Mei masih menjabat sebagai Kaisar Yuan. Namun suatu hari adiknya yang berambisi menguasai tahta kekaisaran melakukan kudeta dan berhasil memaksa Yuan Fei mundur.

Yuan Fei pun membawa Yuan Mei pergi dari Kekaisaran Yuan menuju Kekaisaran Zhang. Disana Yuan Fei dan Yuan Mei diselamatkan oleh Xiao Chen sebelum keduanya dibawa ke Pulau Hantu Naga dan dipekerjakan sebagai pelayan Patriark Klan Kuno Xiao.

“Dunia yang kita tempati adalah dunia yang kejam, Yang‘er. Kau sudah mengalaminya sendiri bukan? Orang yang kuat dan memiliki kuasa membuat aturan dan orang yang lemah mematuhinya.” Yuan Mei berkata lemah dan ada kesedihan dimatanya.

“Sebagai pihak yang lemah, kita tidak bisa melakukan apapun saat sesuatu yang berharga bagi kita direnggut.”

Mendengar hal itu dari Yuan Mei membuat Xiao Yang tersentuh. Tidak pernah ia tahu jika Yuan Mei merupakan istri dari Yuan Fei yang merupakan sosok bangsawan Kekaisaran Yuan yang terpandang, terlebih Yuan Fei adalah mantan Kaisar Yuan sebelumnya.

‘Untuk saat ini aku tidak ingin Bibi Yuan mengetahui siapa diriku yang sebenarnya, tetapi suatu saat nanti aku akan memberitahu dirinya tentang diriku yang sebenarnya...’ ujar Xiao Yang dalam hati karena mengetahui kekhawatiran Yuan Mei.

Mengingat pesan Xiao Yu padanya membuat Yuan Mei ingin membesarkan Xiao Yang ditempat yang damai, jauh dari kekerasan dan kekejaman dunia. Yuan Mei ingin Xiao Yang tumbuh dengan baik dan tidak perlu lagi menderita karena masa lalunya.

Namun Yuan Mei tidak mengetahui jika Xiao Yang telah merencanakan hal yang telah ia siapkan untuk masa depannya. Perjalanannya ini dimulai dari Kekaisaran Jia di Benua Bulan Perak bersama dengan empat Naga yang sedang menjalankan misi darinya.

“Sebaiknya kita pergi menuju desa atau kota terdekat, Yang‘er. Kita akan mencoba untuk hidup disana.” Yuan Mei mengajak dan Xiao Yang mengikutinya.

Tidak jauh dari tempat keberadaan Xiao Yang dan Yuan Mei nampak terlihat rombongan kereta kuda yang dijaga ketat oleh sebuah pasukan. Kereta kuda yang mengawal rombongan keluarga Ling ini sedang melakukan perjalanan menuju Ibukota Jiahan.

Namun ditengah perjalanan rombongan kereta kuda keluarga Ling diserang oleh gerombolan Binatang Roh yang mengamuk. Sekitar seratus Binatang Roh Tahap Kaisar menyerang kereta kuda dan membunuh para pengawal.

“Qiao‘er! Jangan menjauh dari Ibu!” Seorang wanita paruh baya memberi peringatan dan menatap sekelilingnya.

“Serigala Api, ya? Jumlah mereka terlalu banyak...” ujar wanita itu dan tersenyum kecut saat mengetahui tidak ada celah untuk mereka melarikan diri.

“Istriku, sepertinya mereka semua dikendalikan oleh seseorang. Kita tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan keadaan seperti ini.” Seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut ikut mengamati.

Tak lama pertarungan pun terjadi. Pasangan suami istri itu terlihat kesulitan menghadapi serangan gerombolan Serigala Api yang kemampuannya setara dengan kultivator Alam Kaisar Tahap Puncak.

Sementara kultivasi pasangan suami istri tersebut berada pada Alam Kaisar Tahap Menengah dan itu membuat pertarungan menjadi sangat tidak menguntungkan bagi pasangan tersebut. Situasi yang tidak menguntungkan itu membuat sang suami bernama Ling Han berniat mengorbankan dirinya, namun istrinya yang bernama Lu Shin Rui menolaknya.

“Tidak, suami! Kita harus tetap hidup! Kita bertiga harus tetap hidup apapun yang terjadi!” ujar wanita bernama Lu Shin Rui ini.

“Istriku kau menyadarinya bukan? Kita sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri!” ucap Ling Han dengan sangat putus asa.

Gadis yang mengamati kedua orang tuanya bertarung menahan air matanya karena menyadari betapa memilukannya situasi mereka. Tidak ada harapan dan tidak ada kepastian jika mereka dapat bertahan hidup dalam pertarungan ini.

“Ayah... Ibu...” ucap gadis itu lirih sebelum membatin lemah dalam hatinya.

‘Seseorang tolong kami... Kumohon, tolonglah kami...’

Saat gerombolan Serigala Api tersebut membentuk formasi untuk menyerang Ling Han dan Lu Shin Rui secara bersamaan, Xiao Yang dan Yuan Mei datang dari arah berlawanan.

Xiao Yang mengetahui apa yang terjadi dan langsung mengeluarkan Aura Dewa Naga untuk menundukkan gerombolan Serigala Api dan langsung mengusirnya hanya dengan tatapan tajam matanya.

Baik Ling Han ataupun Lu Shin Rui dikejutkan dengan gerombolan Serigala Api yang tiba-tiba berhenti bergerak dan langsung melarikan diri ketakutan.

ROOOAAAARRR!!!

“Apa yang terjadi? Kenapa mereka tiba-tiba melarikan diri!” ujar Ling Han terkejut.

Kemudian Ling Han menoleh kebelakang dan menemukan Yuan Mei yang sedang menenangkan anak perempuannya, lalu pandangannya beralih menatap Xiao Yang yang sedang memeriksa kondisi para pengawalnya.

‘Siapa mereka berdua? Apa mereka berdua yang menyelamatkan kami?’ Ling Han membatin dan mengamati Xiao Yang dengan seksama.

Sementara itu Lu Shin Rui sudah terlebih dahulu menghampiri Yuan Mei.

“Nyonya terimakasih. Jika bukan karena pertolongan anda, mungkin kami telah mati.” Dengan tulus Lu Shin Rui berterimakasih.

“Maaf Nyonya, tetapi bukan kami yang menyelamatkan kalian. Saat kami datang, kami melihat kalian berdua bertarung dan gerombolan serigala itu melarikan diri.” Yuan Mei memberitahu apa yang ia lihat dan alami.

Lu Shin Rui pun menjadi heran karena ia mengira Yuan Mei lah yang telah mengusir gerombolan Serigala Api.

“Anda tidak perlu merendahkan diri, Nyonya.”

Kemudian Lu Shin Rui pun mengajak Yuan Mei untuk ikut dalam perjalanan karena mengingat keduanya tidak memiliki tujuan.

Darisini langkah awal dari perjalanan yang diambil Xiao Yang dimulai.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***