Sesuai keinginan Zodi, Jatmiko mengijinkan putrinya itu untuk tinggal di kos sementara waktu. Sementara ia sendiri sudah harus kembali ke Kalimantan.
Tinggallah Zodi sendirian mengurusi segala kebutuhan perkuliahannya. Termasuk membeli beberapa buku untuk persiapan ujian masuk nanti. Ia tidak ingin mengecewakan ayahnya.
Zodi sempat menelfon Lasmi dan memberitahu tentang kabar gembira itu. Tentu saja ibunya itu menyambutnya dengan bahagia.
Selama seminggu ini, Zodi benar-benar membagi waktunya dengan baik. Setelah pulang dari toko, ia memforsir dirinya untuk belajar. Ia sadar diri kapasitas otaknya tidak mumpuni. Ia yakin, kalau ribuan pendaftar lainnnya memiliki kecerdasan di atas dirinya. Maka dari itu, ia harus bisa melampaui dirinya sendiri agar bisa lulus.
Dan, hasil kerja kerasnya itu berbuah manis. Ia di nyatakan lulus sebagai calon mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat. Sungguh ia senang bukan main. Benar, tak ada hasil yang akan menghianati usaha.
Setelah mengetahui kelulusannya, Zodi segera mengabari ayahnya. Kabar itu segera di sambut bahagia oleh Jatmiko. Begitu juga Lasmi.
Kegiatan perkuliahan akan di laksanakan sebulan kemudian. Dan dalam waktu satu bulan ini, Zodi masih punya waktu untuk bekerja. Hitung-hitung lumayan juga. Daripada dia harus menganggur.
“Kapan mulai masuk?” tanya Jatmiko pada suatu kesempatan. Mereka sedang bertelfon.
“Senin, Pa.”
“Jadi kapan kamu mau pindah ke rumah Tante Mia?”
“Kalau gak ada halangan, besok sore, Pa. Zodi juga udah ngasih tau Tante Mia. Katanya besok sore dia akan jemut Zodi di kos. Biar senin langsung bisa masuk.”
“Nanti Papa kirimkan uang buat beli sepeda motor, ya. Minta Tante Mia nemenin kamu. Papa udah bilang juga sama Tante Mia.”
“Iya, Pa.”
Minggu siang, Mia sudah datang bersama dengan supirnya untuk menjemput Zodi di kosnya. Bahkan Zodi sempat kaget karna mereka janji sore. Tapi masih siang Mia sudah datang menjemput.
“Kok Tante udah datang?”
“Biar bisa bantuin kamu beres-beres. Hehe.”
“Zodi udah selesai beres-beres dari tadi malam, Tan.”
“Oh ya? Gak apa-apa. Biar nanti kamu bisa istirahat dulu.”
Siang itu, Zodi di bawa oleh Mia untuk pulang ke rumahnya. Dan lagi, ada perasaan tidak enak hati yang tiba-tiba
menyerang perasaan Zodi. Banyak sekali yang ia fikirkan. Termasuk, bagaimana ia akan di sambut oleh anak-anak Mia nantinya. Ia takut, kedatangannya tak di inginkan oleh mereka.
Dia tak mengkhawatirkan Mia dan Ranu, karna mereka sudah pasti menerimanya. Tapi anak-anak mereka? Bagaimana kalau mereka tidak menyukainya nanti?
“Kamu mikirin apa, Zodi?” pertanyaan Mia membuyarkan lamunan Zodi. Seketika ia mengalihkan wajah dari jendela dan menatap Mia yang duduk di sebelahnya.
“Gak ada, Tan. Gak mikirin apa-apa, kok.” Tidak mungkin ia mengutarakan apa yang sedang di khawatirkan olehnya kepada Mia. Itu akan menyinggung perasaan Mia nanti.
20 menit kemudian, mobil sudah berhenti dan terparkir sempurna di halaman rumah besar milik Mia. Zodi mengedarkan pandangan meneliti rumah itu. Nampak berbeda ketika kemarin ia kemari. Mungkin karna waktu itu malam, jadi nampak berbeda sekarang.
Sekarang, rumah itu nampak lebih megah dari sebelumnya. Dominasi cat putih membuat rumah itu terkesan mewah.
“Ayo, masuk. Kamar kamu udah di siapin sama Mbak Yani.” Ujar Mia mengajak Zodi.
Zudah dua kali Zodi menginjakkan kaki di rumah ini. Namun, entah kenapa kali ini, ia jauh lebih merasa was-was ketimbang pertama kali datang. Kali ini, banyak sekali yang ia fikirkan dan takutkan. Apalagi kalau bukan perihal anak-anak Mia.
“Sini, kamarmu ada di atas.”
Zodi mengikuti Mia naik ke lantai dua. Sementara supirnya membantu membawakan barang-barang Zodi.
Si ujung tangga, mereka melewati sebuah kamar berpintu putih. Kemudian berhenti di pintu kedua.
“Ini kamar kamu. Kalau yang ini sama yang itu, kamar anak tante.” Mia menunjuk pintu pertama yang mereka lewati dan pintu setelah kamar di depan mereka.
Kamar Zodi di apit oleh dua kamar milik anak Mia.
“Kemarin ini gudang. Karna kamu mau tinggal di sini, jadi sekalian aja di bersihin. Gimana? Kamu suka?” tanya Mia setelah mereka masuk ke dalam kamar itu.
Zodi ternganga. Kamar itu bahkan jauh lebih luas dari rumahnya yang ada di kampung. Ini pertama kalinya Zodi memiliki kamar seluas itu. Bahkan ada kamar mandi di dalamnya juga. AC, meja rias, dan lemari pakaian yang super besar berwarna putih. Apalagi, sebuah ranjang berukuran queen lengkap dengan nakas yang mengapit di sisi kiri dan kanannya.
“Suka gak, Zo?”
“Suka banget, Tan. Makasih banyak, Tan.” Ucap Zodi bersungguh-sungguh.
Memang benar, Mia adalah wanita yang baik. Bahkan air mukanya sudah memancarkan aura itu.
“Semoga kamu betah ya tinggal disini. Jangan sungkan-sungkan. Kalau butuh apa-apa, bilang aja sama Tante ataupun Om. Ya?”
“Iya, Tan. Makasih banyak.”
“Ya udah. Kalau gitu kamu Tante tinggal dulu. Kamu beresin pakaian kamu ke dalam lemari itu ya. Abis itu istirahat. Kan besok udah mulai kuliah.” Pesan Mia.
“Iya, Tan.”
Sepeninggalnya Mia, Zodi berkeliling kamar untuk memperhatikan detail kamar yang menurut Zodi, sangat wah itu. Dinding kamar di dominasi warna putih yang terkesan hangat.
Selesai mengagumi kamarnya, Zodi menyusun pakaiannya yang cuma seuprit itu ke dalam lemari pakaian. Tentu saja lemari besar itu masih menyisakan ruangan yang kosong karna memang barang-barang Zodi tak terlalu banyak.
Setelah itu, ia menata buku ke atas meja belajar dekat jendela. Kemudian ia duduk dan mempersiapkan apa-apa saja yang harus ia bawa besok.
Kertas kartun bertuliskan namanya. Dua buah pita warna-warni. Dan setelan hitam-putih untuk hari pertamanya sebagai mahasiswa.
Aaah. Rasanya Zodi sudah tidak sabar menunggu besok.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dan tanpa menunggu lama, Zodi segera terlelap menuju alam mimpi.
Ia terbangun begitu mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Dengan tergagap ia langsung bangun dan membuka pintu kamar.
Di depan kamar, telah berdiri seorang wanita yang sedikit lebih tua darinya. Mungkin berumur sekitar 30an tahun. Berajah ayu dan sedang tersenyum padanya.
“Di suruh Ibu makan malam, Mbak.” ujar wanita itu.
“Oh. Makasih, Mbak. Saya ke bawah sebentar lagi.” Ujar Zodi. Ia yakin kalau wanita itu adalah asisten rumah tangga Mia yang bernama Mbak Yani.
Setelah Mbak Yani pergi, Zodi kembali menutup pintu kamarnya dan segera membasuh wajah. Setelah itu ia turun dan bergabung bersama dengan Mia dan Ranu yang sudah menunggunya di meja makan.
Hanya mereka bertiga. Tidak ada anak-anak Mia dan Ranu. Mereka belum juga pulang walaupun hari sudah beranjak malam. Padahal, Zodi ingin sekali bertemu mereka dan melihat reaksi mereka akan kedatangannya. Namun sepertinya, ia gagal bertemu mereka lagi kali ini.
*
TBC.,.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ana
hmmmm gimana reaksi anak anaknya mia ya kalau ketemu zodi
2023-07-12
0
Una_awa
nunggu momen dimana Zodi ketemu ma anak-anaknya Mia 😁
2023-07-04
1
Else Widiawati
ntar kalo liat naksir lagi
2023-07-04
1