Alina sudah kembali biasa, setelah dokter memberikan obat pereda nyeri.
Wanita itu kini tengah menatap punggung seorang pria yang sudah menolongnya.
"Tuan, maaf sudah merepotkan Anda pasti bukan orang yang tidak punya kegiatan. silahkan jika anda ingin bersibuk lebih dulu."ujar gadis itu.
"Heumm,,, Anda benar nona saya memang harus segera berangkat bekerja saat ini."ujar Arthur sambil menunggu sang Bunda datang.
"Lalu tuan sedang menunggu apa? lagi."ujar Alina.
"Bunda,,, dia bilang akan menjenguk anda kesini."ujar pria itu .
"Heumm,,, Aunty pasti sudah sangat repot gara-gara aku disini."ujar Alina yang tidak se formal tadi.
"Hi Alina..."ujar wanita paruh baya itu sambil tersenyum.
"Hi Aunty,,, apa? kabar."ujar Alina.
"Aunty baik nak kamu sendiri apa? kabar hari ini."ujar Jenny lembut.
"Heumm,,, masih begini Aunty. padahal aku harus segera kembali kasihan anak-anak di rumah."ujar wanita itu.
"Mereka baik untuk sementara mereka ada di rumah Aunty."ujar wanita itu lembut.
"Aunty,,, sudah terlalu baik entah bagaimana caranya aku membalas semuanya."ujar wanita itu.
"Cukup hidup dengan baik seperti yang selama ini kamu jalani sudah membuat Aunty tenang."ujar Jenny.
"Heumm,,, Aunty sudah sangat baik terhadap ku sejak ibu dan ayah pergi."ujar wanita cantik itu.
"Mereka sudah seperti saudara bagiku, Owh iya ngomongin soal kamu siapa? yang berani menyakiti mu."ujar Jenny.
"Kemarin mas Akmal kembali mengajakku rujuk. tapi seperti biasa Aunty aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain, cukup dengan ketidak tahu an ku dulu sehingga aku mau menikah dengan dirinya untuk sekarang tidak lagi Aunty aku juga sama-sama wanita tidak ingin dikhianati."ujar gadis itu.
"Heumm,,, kamu benar nak ehh... tunggu sebentar Aunty sampai lupa dengan pria tampan yang ada di dunia ini."ujar wanita paruh baya itu.
"Bun,,, aku sudah hampir terlambat untuk berangkat ke kantor, apa? bunda masih mau disini."tanya Arthur.
"Bunda di sini saja lagipula Bunda tidak ingin melihat putra bunda yang seperti kulkas dua pintu jika berada di kantor."ujar Jenny.
"Heumm,, Arthur berangkat dulu Bunda."pamit pria itu.
"Heumm baik'lah sayang ku, Bunda akan selalu menjaga bidadari surga mu. owh iya satu lagi perlengkapan mu sudah siap di mobil sayang."ucap Jenny yang kini tersenyum manis.
"Terimakasih Mom,,,."ujar Arthur.
"Bunda sayang."ujar Jenny melarat perkataan Arthur.
Arthur pun pergi setelah mencium pipi ibunya itu.
Alina, sempat tertegun saat melihat perlakuan Arthur pada ibunya yang begitu terlihat istimewa.
Meskipun pria itu berasal dari negara barat tapi dia tidak bersikap seenaknya.
"Dia putra Aunty satu-satunya, sejak usianya tujuh tahun Aunty meninggalkan dia pergi ke negara ini karena problem rumah tangga."ujar Jenny yang berusaha tersenyum meskipun sesungguhnya itu sangat menyakitkan.
"Aunty tidak pantas untuk disakiti Aunty berhak untuk bahagia jadi jangan diingat lagi masalalu yang menyakitkan itu."ujar Alina.
"Heumm,,, kau tau."ujar Jenny sambil tersenyum kecut.
"Sejak dulu aku tau karena tanpa sengaja mendengar percakapan Aunty dengan ibu."ujar Alina.
"Ah,, sudahlah Aunty memang sangat pelupa tidak seharusnya Aunty membahas itu lagi cukup tau bahwa Aunty memiliki putra
"ujar Jenny.
"Ya,, Aunty, benar putra Aunty memang sangat tampan dan juga baik ."ujar Alina.
"Apa? kau suka."tanya wanita paruh baya itu.
...****...
"Siapkan semua nya kita berangkat ke Indonesia sekarang juga."ujar seorang pria berusia matang itu.
Tuan Daniel yang kini mengetahui keberadaan putranya itu dia langsung meminta asisten pribadi dan orang-orang suruhan nya untuk menyiapkan keberangkatan nya dengan menggunakan jet pribadi.
Tidak hanya itu dia juga membawa Ririn kesana bersama dengan nya.
Tuan Daniel benar-benar tidak terima jika saat mendengar Arthur mencampakkan istri dan anak keturunan nya.
Mereka semua seakan tutup mata dengan apa? yang sebenarnya terjadi, padahal untuk mengetahui semua itu bukan hal yang sulit bagi tuan Daniel Namun ternyata semua itu tidak berguna jika menyangkut menantu pilihan nya itu.
Wanita itu bahkan terlihat begitu bahagia saat mertuanya tidak mencari tahu tentang semua, bukan tanpa alasan Ririn tidak ingin berpisah dengan Arthur, selain karena kesehatan ayahnya. dia juga tidak ingin kehilangan sentuhan dari pria perkasa yang slalu membuat dia tidak pernah puas jika hanya bercinta satu kali dalam semalam karena Arthur selalu bisa membuat dia melayang ke nirwana.
Namun sayang semua itu tidak ia dapatkan setiap malam karena kesibukan pria itu yang begitu padat dan Arthur juga sering melakukan perjalanan bisnis.
Dan hal itu yang menyebabkan Ririn sering bergonta-ganti pasangan karena tidak ada yang bisa menutupi kebutuhan nya bahkan selama berpetualang. dengan pria lain di luar sana tidak ada satupun yang bisa memuaskan hasrat bercinta nya seperti Arthur.
Selama mereka berada di perjalanan, Ririn terus terlihat murung dihadapan ayah mertuanya itu agar mendapatkan simpatik dari pria paruh baya itu.
Tuan Daniel yang masih terlihat sangat gagah perkasa itupun menjadi sorotan mata Ririn yang entah penyakit apa? yang dia idap selama ini, entah kejiwaan atau semacamnya.
Yang jelas saat ini wanita itu pergi ke toilet dan melakukan hal yang gila dengan otaknya yang terus traveling kemana-mana, hingga suara de sa han itu terdengar sangat memabukkan beruntung tidak ada orang di sekitar area kamar jet pribadi itu.
Wanita itu menggila dengan otak yang terus berpetualang. hingga suara gedoran pintu terdengar begitu nyaring.
"Ririn,,, apa? kau baik-baik saja nak."ujar Daniel.
Seketika itu suara syahdu itu menghilang dari dalam toilet pribadi tersebut.
Tuan Daniel kembali mengetuk pintu.
Tok ....
Tok....
"Ririn apa? kau baik-baik saja."ujar tuan Daniel.
"Daddy aku baik-baik saja."ujar wanita yang kini terlihat sedang menggunakan bathrobe.
"Kau mandi di jam segini."ujar tuan Arthur.
"Ya daddy rasanya sangat gerah."ujar Ririn.
Kening tuan Daniel berkerut, dia tidak habis pikir dengan ucapan Ririn yang mengatakan bahwa dia kegerahan padahal pendingin ruangan itu masih dengan suhu normal.
Tapi meskipun begitu pria tampan yang tidak habis dimakan usia itu meninggalkan tempat itu.
Dia tidak ingin berdebat untuk urusan kecil seperti itu.
Sampai saat Ririn kembali duduk di samping ayah mertuanya dia terlihat sudah sangat fresh.
...***********...
Sementara itu di kediaman Arthur, pria yang baru saja kembali dari kantor itu disambut oleh nyonya Jenny yang baru selesai mandi dan sudah terlihat sangat cantik.
"Sayang,,, sudah pulang bagaimana apa? semuanya lancar."tanya nyonya Jenny.
"Heumm,,, lancar Mom, tapi ada sedikit masalah yang harus aku bahas dengan Mommy saat ini."ujar Arthur.
"Bunda sayang,,, bukan Mommy."potong Jenny yang sedari dulu tidak suka dengan panggilan itu.
"Ya,,,, Bunda."ujar Arthur.
"Duduklah,,, katakan ada apa? nak."tanya Jenny.
"Wanita sialan itu datang bersama dengan Daddy kemari mungkin masih berada di dalam perjalanan."ujar Arthur.
"Tidak apa-apa sayang,,, kita akan menghadapi semuanya bersama."ujar Jenny.
"Bunda tau sendiri Daddy tidak bisa dibantah."ujar Arthur.
"Tidak usah pedulikan dengan itu kamu punya hak untuk menentukan keputusan apapun itu. karena biar bagaimanapun kamu berhak bahagia putraku sayang ."ujar Jenny.
Arthur pun masuk kedalam kamar, dia akan mandi dan berganti pakaian sebelum kembali ke bawah untuk makan malam bersama dengan Jenny.
Sampai dia selesai dengan urusannya itu dia melirik ke arah dinding kaca itu. saat ini dia merasa ada yang kurang karena tidak melihat apapun.
Sampai dia turun ke bawah dia mendapati Bundanya itu tengah meminta asisten rumah untuk memberikan makan malam pada ketiga anak asuh Alina yang tak lain tiga ekor anjing yang kini dibawa ke halaman rumah nya yang luas itu bersama dengan kandang portabel milik mereka.
"Mom,,, apa? anjing itu disini."ujar Arthur.
"Bunda membawa mereka kesini."ujar Jenny menekankan kata panggilan tersebut.
"heumm,,, ya."ujar Arthur.
"Anaknya di sini karena ibunya masih di rumah sakit, kasihan mungkin saat ini dia kesepian."tutur Jenny dengan nada sendu.
"Dia sudah biasa sendiri kan Bunda, jadi aku rasa tidak akan ada masalah."ujar Arthur tidak peka dengan apa? yang diinginkan oleh Jenny.
"Ahh,,, sudahlah."ujar Jenny dengan cueknya dia meninggalkan Arthur sambil bergumam tak jelas.
Arthur bukan tidak mengerti dengan perkataan ibunya itu, dia hanya tidak ingin melanjutkan pembahasan soal Alina.
Karena Arthur tidak ingin memberikan harapan kepada kedua wanita cantik itu.
Hidup Arthur masih dalam kendali keluarganya yang ada di negara Eropa.
Keluarga besar sang daddy yang sejak dulu mengendalikan dirinya.
Bukan tidak mau dia dekat dengan Alina wanita cantik itu yang ternyata sudah sangat dekat Jenny dan Jenny berharap putranya mau melakukan pendekatan dengan wanita itu meskipun Jenny tidak memaksa. hanya saja ibunya itu memang mengidamkan Alina untuk menjadi menantunya.
Arthur mengikuti ibunya menuju meja makan. karena sudah. waktunya untuk makan malam.
"Arthur sayang kamu mau makan apa?."ujar Jenny.
"Apapun yang Mommy siapkan itu sudah pasti sangat lezat."jawab Arthur.
"Bunda sudah tua jika harus terus mengurus rumah ini. jika saja Mommy punya menantu mungkin lain ceritanya."ujar Jenny.
"Mommy sudah pernah punya menantu tapi dia wanita kurang waras yang kini berada di dalam perjalanan bersama suami Mommy."ujar Arthur.
"Bunda lupa siapa? pria itu."ujar Jenny berkilah.
"Heumm,,, Mommy tidak pernah melupakan dia. Mommy masih menyimpan dia di hati Mommy. jika Mommy benar-benar melupakan dia mungkin Mommy sudah mencari pengganti dirinya."ujar Arthur.
"Bunda tidak lakukan itu karena bagi Bunda semua laki-laki sama dia tidak akan pernah bisa puas dengan satu wanita kecuali putra Mommy."ujar Jenny sebelum putranya itu protes.
Jenny memberikan piring yang sudah berisi makanan kesukaan putranya sejak kecil yaitu semur daging sapi.
"Ini masih yang terlezat Mom."ujar Arthur yang selalu merindukan makan tersebut tentunya buatan sang Mommy.
"Sayang masih ingat apa? yang Bunda ajarkan saat kamu kecil dulu."ujar Jenny.
"Maafkan Arthur Mom."ujar pria itu yang tak lagi bicara dan tetap fokus pada makanan itu.
Arthur ingat jika sedang makan tidak boleh berbicara dan tidak lupa berdoa di awal atau pun di akhir, meskipun itu menurut kepercayaan masing-masing karena sejak lahir Arthur sudah dipilihkan agama oleh keluarga suaminya.
Arthur seorang katolik, meskipun Jenny ibunya beragama Islam.
Jenny tidak diberikan hak apapun selain menikmati fasilitas yang suaminya berikan saat itu. Jenny masih bisa bertahan dengan semua itu karena dirinya sangat mencintai Daniel begitu juga Daniel yang selalu memperlakukan dirinya seperti ratu. sampai saat pria itu mengatakan akan menikah lagi karena semua itu adalah sebuah tebusan atas pernikahan mereka yang tidak pernah direstui oleh kedua belah pihak.
Sejak hari itu senyuman di bibir Jenny menghilang dan berganti dengan air mata.
Jenny bahkan sudah tidak lagi mau berinteraksi dengan suaminya hingga puncaknya dia pergi di malam pernikahan Daniel dengan Tiana.
"Mom,,,"ujar Daniel saat melihat ibunya tidak menyentuh makanan itu sama sekali.
"Ah,,, maafkan Bunda sayang tadi bunda teringat dengan Alina, apa? dia sudah makan atau belum."kilah Jenny.
Arthur pun menghela nafas panjang.
"Dia ada suster yang akan membantunya."ujar Arthur yang sebenarnya tau apa? yang jenny pikirkan saat ini.
"Heumm,,, baik'lah sayang."ujar Jenny yang kini melanjutkan makan malam nya.
Sementara itu di rumah sakit, wanita cantik yang baru dua hari melewati operasi dari luka tusuk yang ia dapatkan kini dia tengah terjaga setelah dirinya keluar dari dalam toilet.
Alina melakukan semua itu sendiri karena tidak ingin merepotkan siapapun meskipun luka jahitan itu belum sepenuhnya kering.
"Maafkan aku."ujarnya lirih.
Dia teringat dengan mantan suaminya yang mengajak dia untuk rujuk karena rasa cinta yang ia miliki begitu besar tapi Alina tetap dengan pendiriannya.
Alina tidak ingin menjadi orang ketiga.
Meskipun pria itu bilang akan bercerai dari istri pertamanya yang ia nikahi lebih dulu, setelah perjanjian dengan kedua orang tua Alina.
Alina mungkin masih memiliki rasa pada pria itu tapi dia tidak bisa menerima semua ketidak jujuran suaminya itu.
Alina, mungkin akan menolak perjodohan itu jika dia tau bahwa dia akan dijadikan istri kedua oleh pria itu, tapi setidaknya pria itu masih bisa berusaha untuk mendapatkan Alina dengan cara baik-baik.
Alina pun kembali memejamkan matanya.
Sampai pintu terbuka seseorang yang tadi pamit untuk pergi ke kantor, berjalan masuk menghampirinya.
"Maafkan aku jika aku telah membuat mu terbangun aku datang karena Mommy meminta ku untuk memastikan keadaan mu."ujar pria itu.
"Heumm,,, tidak apa-apa, aku baik-baik saja."ujar wanita itu berusaha bersikap biasa. karena siapapun sudah pasti akan merasa canggung pada orang asing yang baru dikenal.
"Bunda memang selalu khawatir berlebihan jika begitu aku pulang dulu ini dari Bunda jika butuh sesuatu silahkan minta suster untuk menghubungi nomor rumah."ujar Arthur yang terlihat tak nyaman saat harus berbicara dengan wanita yang baru ia kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments